Chapter 25 - Kemarahan Nabila

Beberapa hari kemudian, pesta sudah di depan mata. Nabila dan Leo sudah siap dan untuk pertama kalinya Nabila berdandan. Dengan bantuan dari jasa make up, Nabila terlihat cantik sekali. Ditambah rambut tergerai panjang bergelombang dan juga gaun makin membuatnya terlihat makin sempurna.

Ini adalah penampilan mempesona Nabila setelah malam pertama mereka. Dalam perjalanan Leo bisa melihat bahwa Nabila sama sekali tak tenang. "Kenapa kau terlihat gugup? Apa ada masalah?"

Nabila tertunduk menatap jari-jarinya yang dia mainkan. "Ya, ini pertama kalinya aku berada di pesta lain dan memakai dandanan. Katakan yang sejujurnya, apa aku terlihat buruk?"

"Tidak kau cantik. Jangan kurang percaya diri seperti itu," Nabila tersenyum getir. Dia sedikit tak percaya dengan ucapan dari Leo. Banyak yang mengatakan dirinya jelek ketika dirinya berusaha menampilkan yang terbaik.

Sesampainya di tempat pesta, mereka disambut baik oleh Jessica yang mengantar keduanya di mana semua orang berkumpul. Di sana juga ada Andre dan Marco. "Kau yakin mau datang ke sini? Dia datang dengan suaminya loh,"

"Aku yakin, entah kenapa aku merasa khawatir dengan dia. Terlebih ini pestanya Jessica yang memang tak suka dengan Nabila. Firasatku mengatakan bahwa Jessica tengah merencanakan hal buruk pada Nabila." Begitu mereka masuk, Leo dan Nabila disuguhi pemandangan pesta layak pada umumnya.

Tatapan Nabila langsung tertuju kepada Marco dan Andre. Dia sangat mengenal sahabatnya itu kendati hanya melihat punggungnya saja. "Leo ayo kita ke sana ada Marco dan Andre."

"Kau duluan saja nanti aku menyusul." Nabila menurut. Mereka berpisah. Nabila menuju Marco dan Andre sedang Leo bergerak mengambil minuman yang tersedia.

"Hai Tuan Leo," Leo memutar tubuh lalu menyunggingkan senyuman tipis pada Jessica.

"Oh Nona Jessica, aku lupa mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Semoga umurmu panjang dan kau diberkahi kesehatan."

"Terima kasih Tuan Leo. Apa kau suka pesta yang aku buat?"

"Yah. Sudah lama aku tak datang ke pesta anak muda." Jessica tertawa.

"Tuan bisa saja, bukankah Tuan juga masih muda?" Lalu keduanya melanjutkan percakapan yang tidak penting.

Di sisi lain, Nabila memanggil nama Marco dan Andre. Mereka berdua terpukau saat mereka memandang sosok gadis cantik yang menghampiri. "Kenapa kalian bengong begitu melihatku? Apa penampilanku buruk?" Keduanya sama-sama menggeleng.

"Kau cantik sekali Nabila dan baru kali ini aku melihatmu make up." kata Andre sementara Marco terpaku.

"Benarkan Marco?" Laki-laki itu bergeming dan terkejut karena Andre menepuk bahunya.

"I-iya kau cantik sekali." Nabila mengerjapkan matanya sesaat sebelum akhirnya tersenyum penuh arti.

"Terima kasih ya."

"Sama-sama." balas Andre dan Marco serempak.

Suara mic membuat semua orang menoleh ke depan di mana Jessica berada di depan dengan mic di tangannya. "Semuanya terima kasih karena sudah mau datang ke sini untuk merayakan ulang tahunku. Sebagai tuan rumah aku merasa tersanjung atas kedatangan kalian jadi marilah kita memulai acaranya."

Kue ulang tahun datang dengan lilin yang menyala. Istimewanya adalah kedua orang tuanya yang membawa kue tersebut. "Ayo tiup lilinnya!"

"Tunggu aku buat permintaan dulu." Jessica menutup kedua matanya dan memanjatkan permintaan dalam hati. Dia lalu membuka mata dan langsung meniup lilin itu.

Dalam satu embusan napas semua lilin mati. Semua orang bertepuk tangan. Jessica kemudian menerima ucapan selamat dari Ayah dan Ibunya disertai pelukan dari mereka. "Jessica beritahukan apa permintaanmu?"

Jessica tersenyum dalam raut wajahnya yang misterius. "Mm ... aku ingin Tuan Leo membuka topengnya di hadapan kita semua." Mata Nabila membulat begitu juga dengan Leo.

Buru-buru Nabila berjalan menghampiri Leo. "Selama ini kita terus melihat Tuan Leo selalu mengenakan topeng jadi kita tak tahu bagaimana rupanya. Apa kau tak keberatan Tuan Leo memperlihatkan wajahmu pada kami?"

Leo diam tanda dia berpikir keras lalu memandang pada Jessica dengan ketepatan hati yang kuat. "Baiklah aku akan membuka topengku."

"Jangan!" Muncullah Nabila. Raut wajahnya khawatir.

"Jangan lakukan itu Leo, aku tak mau kau terluka."

"Tapi Nabila ini adalah ulang tahun Jessica dan dia meminta aku membuka topengku."

"Aku tak mau Leo, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon."

"Tak apa-apa Nabila, aku mengerti. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja kau sendiri yang ingin aku terbuka pada siapa saja kenapa aku tak bisa memperlihatkan siapa aku yang sebenarnya?" Tangan Leo menggenggam lembut tangan Nabila dan matanya menunjukkan keseriusan.

Nabila menunduk seraya membuang napas kasar. "Kalau kau membuka topengmu, apa kau siap mendengar semua hinaan yang akan kau dapatkan?" Leo tersenyum dan mengangguk.

Wanita itu diam kemudian melepaskan genggaman tangan yang menjadi bukti jika dia setuju. Leo tak membuang banyak waktu, dia meraih tali yang berada di belakang kepalanya untuk membuka topeng dan begitu topeng tersebut terlepas tampaklah luka mengerikan di sebagian wajah pria itu.

Semua orang terkejut dan mulailah mereka mendesis layaknya ular berbisa. Mengejek, menghina Leo namun pria itu lebih melihat pada Nabila yang kini mendongak menatapnya. "Aku bangga padamu."

"Wah sama seperti yang dikatakan sama Sarah. Mereka cocok karena sama-sama cacat hahahaha ...." Nabila mengepal tangannya. Dia merasa satu ruangan tersebut mengejek suaminya dan itu membuat amarah muncul dalam hatinya.

"Apa kau puas Nona Jessica?!" suara Nabila yang keras menggema dalam ruangan tersebut. Pandangan mata Nabila terlihat sangat menakutkan menyiratkan dia benar-benar marah sekarang.