Hai, namaku Miruchi. Miruchi Nokatakichi. Margaku terlalu panjang hingga aku kesal jika ada yang memanggilku dengan margaku.
Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bukan benar-benar yang pertama juga sih. Bisa dibilang ini hari pertamaku di kelas 2 SMA.
Sejak kelas 1 aku sudah memiliki beberapa teman. Teringat ketika teman pertamaku, Haruna, mendatangiku yang waktu itu masih pendiam.
"HALO! NAMAKU HARUNA MASAKI! PANGGIL SAJA HARUNA! MAU JADI TEMANKU GA?" Terngiang-ngiang suaranya yang begitu ribut. Sejujurnya aku tidak suka dengan orang ribut tapi karna kebetulan tidak ada yang ingin berteman denganku waktu itu jadi yasudahlah.
Lama-kelamaan Haruna memperkenalkan aku pada beberapa temannya. Lumayan banyak sih. Dan bagiku, ini adalah awal yang menguntungkan.
Setelah kami selesai menerima raport semester dua kelas 1, kami diberitahu bahwa pada saat kelas 2 sebentar, kelas akan kembali diacak dan akan ada pemilihan murid untuk kelas Lucky 7.
Kelas yang diidamkan semua orang. Kelas itu berisikan 13 orang, di mana dianggap sebagai angka buruk bagi manusia dan angka keberuntungan bagi para penyihir.
Sejujurnya aku tidak berminat masuk di kelas itu, hidupku terlalu datar. Dan aku hanya ingin hidup datar. Masuk sekolah, mendapat nilai yang cukup, lulus, lalu pergi kuliah, mendapat pekerjaan yang bagus lalu membahagiakan kedua orang tuaku.
Meskipun sih, aku selalu bertemu dengan orang-orang yang selalu membullyku entah itu mental ataupun fisik. Bahkan rasanya aku sudah terbiasa dibully.
Setidaknya aku kali ini mendapatkan teman-teman di SMA ketimbang SD maupun SMP. Dan aku bisa memanggil mereka rumah. Rumah yang selalu ada ketika semuanya seperti neraka.
Terkadang tiap aku mendapat masalah, bukannya membantuku mereka malah akan menampol diriku supaya aku tidak berbuat kesalahan yang sama.
Kurasa aku sudah ada di persahabatan yang baik. Dan aku bersyukur akan hal itu. Dari segala hal yang seharusnya aku keluhkan, aku hanya perlu melihat mereka dan bersyukur akan segalanya.
Oh ya, aku sampai lupa melanjutkan soal sekolahku.
Aku gugup, sangat gugup. Ini hari pertamaku. Tapi aku bukannya gugup karna hal itu. Tapi saat ini semua orang berbaris rapi di lapangan. Semuanya yang biasanya ribut malah terdiam.
Tentu saja terdiam, ini adalah angkatan sekolah yang ganjil, dimana ketika kami masuk ke kelas 2. Murid-murid untuk kelas Lucky 7 mulai dipilih.
Kelas yang akan memberikan kami Sceau. Sebuah kekuatan yang sangat hebat! Aku yakin semua orang di sini pasti menginginkan kelereng kecil tersebut.
Tunggu, kecualikan aku. Aku tidak menginginkannya. Kenapa? Aku sudah melihat realitanya, menjadi pahlawan itu tidak enak. Dan aku tidak mau mengorbankan apapun hanya untuk menjadi pahlawan. Melelahkan.
Nama-nama yang masuk di kelas Lucky 7 mulai dipanggil. Murid-murid di sekitarku mulai berdoa. Berharap nama mereka yang dipanggil.
"Haruna Masaki." Ah, itu Haruna! Namanya masuk ke dalam kelas Lucky 7! Dia pasti sangat bahagia saat ini. Sialan aku ingin sekali sekelas dengannya lagi tapi di kelas Lucky 7? Lebih baik aku mati saja cuih.
"Miruchi Nokatakichi."
B*ngsat. Namaku. Aku mungkin akan benar-benar mati.
Kakiku terasa berat ketika berjalan menuju ke depan barisan. Aku tidak ingin berada di kelas ini.
Semua planning untuk masa depanku, keinginanku menjadi diplomat, rencanaku ke negeri seberang. Hilang sudah. Aku mau membenturkan kepalaku saja.
"MIRUCHI! KAMU DISINI JUGA ASTAGA ASTAGA ASTAGA AKU DOAIN KAMU LOH SEMALAM BIAR BISA SEKELAS BARENG AKU!" ucap Haruna dengan polosnya.
Oh jadi dia yang mendoakan hal ini. Ingin sekali kupukul kepalanya saat ini.
Terasa sebuah pelukan untukku datang dari belakang. Itu Linnie. Teman bodohku lainnya.
"MIRUCHI MASUK JUGA? HOREEEEE BISA MINTA MAKANAN!"
Orang-orang ini memang cari mati. Siapa yang men-summon mereka di kehidupanku?
Linnie melepaskan pelukannya lalu seseorang yang lain menepuk pundakku. Haneul. Dia adalah murid pindahan dari Korea yang masuk ke sekolah kami pada semester dua.
"Sabar ya Chi. Aku juga ga minat masuk kelas ini tapi.. yasudahlah." keluhnya.
Akhirnya semua namapun selesai dipanggil. Total murid di kelas Lucky 7 ada 13 orang. Sedikit sekali. Mungkin karna pemilihan murid untuk kelas ini sangat ketat. Tapi anehnya... kami sama sekali tidak diminta mengikuti tes apapun.
Semua murid pun dibimbing kepala sekolah untuk memasuki kelas kami. Setelah itu, dia menyuruh kami untuk menunggu di kelas dan meninggalkan kami untuk menuju ke tempat lain.
Baru saja aku menarik nafas penuh penyesalan, Linnie langsung menarikku untuk duduk di sampingnya. Hampir saja aku terjatuh.
Haruna juga buru-buru duduk di depan kami. Lalu Haneul mengambil tempat duduk di samping Haruna.
"YES YES YES YES YES YES YES YES YES" teriak Linnie tak hentinya.
"Sssh! Diam Linnie! Ini bukan konser k-pop!" marah Haruna.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" teriak Linnie makin kencang.
Aku hanya mengusap dahiku saking stress melihat temanku yang satu ini. Dia memiliki image cool dengan muka yang seram. Tidak terpikir di otakku dia akan sebodoh dan segila ini.
Kelas juga sempat ribut karna beberapa teman kami masuk di kelas Lucky 7. Kami berkenalan satu sama lain kecuali murid perempuan yang duduk di pojok kanan depan. Dia hanya diam saja sambil membaca sebuah novel.
Harunapun menghampirinya sebentar. Tapi dari wajah Haruna yang bersemi-semi, tiba-tiba Haruna berubah menjadi murung. Lalu kembali duduk di tempat duduknya.
"Bicaranya irit sekali. Dia hanya fokus ke bukunya juga." ujar Haruna.
Aku langsung teringat rival anime manapun yang selalu berdiam diri di pojokan dan pasti disukai banyak orang.
Semoga bukan aku tokoh utamanya.
"GUYS GUYS GUYS GUYS GUYS"
"Linnie aku sangat ingin memukulmu saat ini." balas Haneul sambil membersihkan kacamatanya.
Linnie pun terdiam namun masih tersenyum dengan polosnya.
Haruna tiba-tiba datang sambil membawa seorang laki-laki yang dia tarik dengan paksa. Aku tidak tau kapan dia pergi tiba-tiba dan kembali bersama laki-laki itu.
Linnie benar-benar mengganggu fokusku.
"Ini Keroppi!" ucap Haruna sambil menunjuk ke arah laki-laki tersebut.
"Nyeeh." balas laki-laki itu dengan ekspresi kesal.
"Namaku Kean, bukan Kero-"
"KEROPPI KEROPPI KEROPPI KEROPPI!" teriak Haruna sambil mengguncangkan badan Kean.
"IYA IYA KEROPPI!" balas teriak Kean.
Haruna menghentikan hal tersebut lalu tertawa puas melihat Kean kesal karna ulahnya.
"Dia temanku dari SMP, dia sangat bodoh dan bau bawang." jelas Haruna. Maksudnya bau bawang itu ya... seorang wibu atau pecinta anime garis keras.
"Bau bawang?" tanya Haneul.
"Wibu." jawab Haruna.
"Ibu?" tanya Linnie.
"Wibu!"
"Hah?"
"Apa?"
"Apa?!"
"Hah?"
Mereka semua saling bertanya satu sama lain layaknya orang bodoh. Aku saja mempertanyakan kenapa aku disini.
Aku melihat ke arah Kean. Wajahnya seperti mempertanyakan kenapa dia harus bertemu dengan Haruna. Banyak penyesalan yang bisa kulihat di wajahnya. Kasian.
Ditengah-tengah perdebatan kami, tiba-tiba muncul lelaki lain yang mengagetkan kami semua.
"Halo-"
"OEMJIH HELLOW!" teriak Linnie. Kurasa dia memang benar-benar kaget. Tidak dibuat-buat. Pure kagetnya.
"Eh- Maaf. Aku cuma mau kenalan hehehe." ujar lelaki itu sambil menggaruk tengkuknya.
"Namaku Porker Kyle. Panggil saja Kyle. Atau mungkin kalian mau nama lain-"
"Pooky!" teriak Linnie sembarangan.
"Linnie, aku mohon jangan-" ucapanku dipotong oleh Linnie.
"POOKY AJA!!! KAN PORKER, SAMA KYLE, P-O-O-K-Y. POOKY!" jelasnya.
Semua orang terdiam. Kami berpikir untuk beberapa saat.
"AAAAAAAAAAH IYAIYAIYA!" ucap semuanya secara bersamaan kecuali Kean dan Kyle.
Aku juga merasa setuju karna ya... tidak ada alasan yang spesifik. Kami hanya gila saja.
"Ah baiklah! Aku harap aku bisa dekat dengan kalian! Maaf jika sedikit canggung, hanya aku saja yang masuk ke kelas ini diantara teman-temanku." jelasnya. Kami mengangguk-angguk menandakan kami menyambutnya dengan hangat ke dalam persahabatan kami.
Semoga dia tidak jadi gila karna Linnie.
Beberapa murid lain belum kami kenal tapi aku harap kedepannya kita sekelas bisa dekat satu sama lain.
Klotak.. Klotak... Klotak...
Bunyi hak berbunyi di lorong sekolah. Bunyinya seperti sedang menuju ke kelas kami. Semua orang langsung kembali duduk ke tempat masing-masing dan suasana kelas menjadi tenang.
Benar saja, seorang guru wanita masuk ke kelas kami. Sesuai info yang kudengar. Kelas Lucky 7 hanya diajar oleh penyihir atau alumni kelas Lucky 7 sebelumnya.
Tapi dengan penampilannya yang formal, aku rasa dia seorang alumni. Wajahnya juga terlihat sudah tua, mungkin dia 50 tahun atau lebih? Aku tidak tau sama sekali.
"Sedikit sekali ya." gumamnya. Dia menghitung jumlah kami lalu bergumam kembali,
"13 orang..."
"Baik. Semuanya, kalian bisa langsung pulang sekarang." ujarnya pada kami.
Tentu saja kami langsung menatap satu sama lain dengan ekspresi heran.
"Tidak perlu bingung. Besok kalian datang pada jam 5 pagi. Tidak ada yang boleh terlambat. Jika kalian terlambat, posisi kalian akan digantikan dengan murid lain dan kalian akan pindah ke kelas biasa." ujarnya.
Yes! Ini adalah kesempatanku untuk pindah kelas dari Lucky 7!
"Dan hukuman itu berlaku bukan hanya untuk yang terlambat, tapi untuk semua murid di kelas ini. Jadi jika ada satu orang saja yang terlambat, maka semuanya akan kupindahkan ke kelas biasa." sambungnya.
Oke, aku tarik kembali perkataanku. Aku tidak boleh terlambat dan mempertaruhkan murid-murid lain.
Guru itu langsung keluar kelas tetapi dia sempat berhenti di depan pintu dan berkata,
"Namaku Lisa-sensei. Aku harap kalian tidak memandang enteng kelas ini." Salam terakhirnya membuat aku menelan ludah. Sialan, seram sekali.
Diapun benar-benar meninggalkan kelas ini dan menuju tempat lain.
"Aku jadi pengen pipis..." keluh Linnie dengan badan yang gemetaran.
Haha sial, pagi yang buruk untuk memulai hari.
.
T o b e c o n t i n u e d