Chereads / Heaven Official Blessing / Chapter 4 - Diskusi Orang-orang Bodoh di Kuil Pada Malam Hari

Chapter 4 - Diskusi Orang-orang Bodoh di Kuil Pada Malam Hari

Sejak saat itu semua menjadi di luar kendali. Selama Seratus tahun, kurang lebih ada tujuh belas pengantin wanita yang menghilang di wilayah gunung Yu Jun. Terkadang dalam setahun penuh tidak ada apapun yang terjadi, sedangkan di lain waktu dalam kurun waktu yang sangat singkat akan ada dua pengantin yang menghilang. Dalam waktu singkat, sebuah legenda yang menakutkan beredar dengan cepat di masyarakat : Ada Seorang Hantu Pengantin Pria Di Gunung Yu Jun. JIka dia menyukai seorang pengantin wanita, maka dia akan menculiknya saat prosesi pernikahan dan kemudian memakan sanak saudara si pengantiin wanita yang mengantarnya.

Awalnya, masalah seperti ini tidak akan diberitahukan kepada khayangan, karena meski ada tujuh belas orang pengantin wanita yang hilang tetapi ratusan ribu pengantin wanita lainnya berhasil melalui prosesi pernikahan mereka dengan aman dan selamat. Bagaimanapun juga, akan sangat mustahil untuk menemukan pengantin-penganti wanita yang hilang itu dan menyelamatkan mereka, jadi masyarakat tidak punya pilihan lain selain tetap melanjutkan prosesi seperti ini.  Hanya saja jumlah keluarga di wilayah ini yang berani menikahkan anak perempuannya menjadi berkurang dan mereka tidak berani membuat prosesi pernikahan yang meriah dan megah. Namun, tepatnya si pengantin wanita ke tujuh belas adalah putri dari seorang pejabat besar. Sang ayah sangat memanjakan putrinya, dan saat dia mendengar tentang legenda ini, dia dengan teliti memilih empat puluh pejabat militer yang gagah berani dan luar biasa untuk mengawal putrinya menuju ke mempelai laki-lakinya. Namun, meski dengan persiapan seperti itu putrinya tetap saja menghilang.

Kali ini si Hantu pengantin pria telah salah mencari mangsa. Ayah si pengantin wanita ini tidak dapat menemukan siapapun di dunia fana ini untuk dimintai pertolongan. Sehingga, dia membuat kerjasama dengan sesame pejabat di pemerintahan dan terus menerus membuat ritual. Dia bahkan menuruti saran dari para tetua untuk membuka lumbung padi dan menolong orang-orang yang miskin. Setelah membuat kegemparan seperti itu, akhirnya dia berhasil mengejutkan para petugas khayangan. Kalau tidak, mana mungkin suara-suara kecil itu dapat sampai ke telinga petugas khayangan.

"Kira-kira begitulah gambaran permasalahannya." Jelas Xie Lian

Karena wajah kedua dewa perang muda ini yang terlihat tidak bersahabat, dia tidak yakin apakah mereka mendengarkan atau tidak. Jika mereka tidak mendengarkan, maka Xie Lian tidak punya pilihan lain selain menceritakannya sekali lagi. Tapi, diluar dari perkiraannya, Nan Feng mengangkat kepalanya dan mengeryitkan dahinya kemudian dia bertanya, "apakah para pengantin wanita ini memiliki kesamaan atau kemiripan satu sama lain?"

Xie Lian menjawab, "Ada beberapa pengantin yang berasal dari keluarga kaya dan ada juga yang berasal dari keluarga miskin. Ada yang cantik dan ada juga yang jelek, ada yang merupakan seorang istri sah dan ada juga seorang selir. Singkatnya, hilangnya para pengantin wanita itu tidak memiliki pola apapun. Bahkan tidak ada yang bisa menebak bagaimana rupa si hantu pengantin pria ini."

"Mmmm," Nan Feng mendengus kemudian mengangkat gelas dan meminum tehnya. Sepertinya dia mulai memikirkan permasalahan ini. Sedangkan Fu Yao bahkan tidak menyentuh sama sekali segelas teh yang diberikan Xie Lian padanya. Dia hanya terus menerus mengusap tangannya menggunakan sapu tangan putih sebelum menanyakan sebuah pertanyaan secara acuh tak acuh, "Yang Mulia Pangeran, bagaimana bisa kau memutuskan bahwa si hantu ini adalah seorang pengantin pria? Itu kan masih belum bisa dipastikan. Tidak ada yang pernah melihatnya. Bagaimana mungkin kita tau apakah dia wanita atau lelaki, apakah dia tua atau muda? Bukankah kau terlalu memikirkan masalah ini dengan terlalu sederhana?"

Xie Lian tersenyum dan kemudian menjawab, "Kesimpulan yang tertulis di gulungan ini adalah ringkasan yang berasal dari Aula Pejabat Khayangan Ling Wen. 'Hantu pengantin pria' adalah sebutan yang digunakan oleh masyarakat di daerah ini. Tapi, apa yang kau sampaikan itu juga masuk akal."

Setelah bertukar fikiran seperti ini, Xie Lian menyadari bahwa cara berfikir kedua dewa perang ini cukup tajam. Meski ekspresi yang mereka perlihatkan tidaklah terlalu bagus, tetapi mereka tidak meremehkan masalah pekerjaan. Hal ini membuat XIe Lian bersyukur. Karena hari sudah semakin gelap, mereka meninggalkan kedai teh tersebut. Xie Lian memakai kembali topi bambunya dan kemudian berjalan. Setelah berjalan beberapa langkah, dia akhirnya sadar bahwa kedua orang dibelakang tidak mengikutinya. Merasa bingung, Xie Lian berbalik untuk melihat mereka dan menyadari bahwa mereka juga sedang menatapnya dengan wajah kebingungan.

Nan Feng bertanya, "Kau mau kemana?"

"Aku akan mencari tempat untuk menginap. Fu Yao kenapa kau memutar bola matamu lagi (haha lama2 baling matanya ni anak) ?" Jawab Xie Lian.

Nan Feng bertanya lagi dengan perasaan bingung, "Lalu kenapa kau berjalan ke arah gunung dan hutan?"

Xie Lian sudah terbiasa makan dan tidur di jalanan. Selama dia bisa menemukan tempat untuk membentangkan pakaiannya di tanah, dia akan berbaring disana sepanjang malam. Seperti biasa, dia berniat untuk mencari sebuah gua dan menyalakan api unggun. Tapi kemudian dia teringat bahwa Nan Feng dan Fu Yao adalah dewa perang yang bernaung di aula istana yang di hormati. Kalau disekitar sini ada kuil Nan Yang atau Xuan Zhen, maka mereka akan pergi kesana. Untuk apa mereka tidur di hutan?

Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah kuil kecil yang sudah usang dan rusak dan terletak disudut. Tempat pembakaran dupanya sudah terbelah, dan tempat ini memberi kesan bahwa sangat jarang ada yang datang kesini. Nama seorang dewa bumi tertulis di sebuah plakat batu bulat yang kecil. Xie Lian memanggilnya beberapa kali, sudah bertahun-tahun tidak ada orang yang memanggil atau membuat persembahan kepada dewa bumi daerah ini. Ketika tiba-tiba dia mendengar sesorang memanggilnya, matanya langsung membulat. Dia melihat mereka bertiga berdiri di depannya. Bahkan area disekitar tubuh mereka diselimuti oleh cahaya yang indah. Sangat sulit untuk melihat wajah mereka dengan jelas. Segera terlonjak karena terkejut, dewa bumi ini bergetar dan merinding sebelum akhirnya berani bertanya, "Apakah tiga petugas khayangan ini memiliki perintah untukku yang rendah ini?"

Xie Lian menganggukkan kepalanya sebagai salam dan kemudian berbicara, "Tidak ada perintah, kami hanya ingin tahu apakah di sekitar sini ada kuil jenderal Nan Yang atau Jenderal Xuan Zhen?"

Dewa Bumi tidak berani mengabaikan mereka, maka dia menjawab, " itu..itu..itu…" dia menghitung dengan jarinya dan kemudian menjawab lagi, sekitar lima li1 dari sini, ada sebuah kuil yang menyediakan persembahan untuk Jenderal Nan Yang."

Xie Lian menyatukan kedua tangannya dan berterima kasih pada dewa bumi itu. Tapi si dewa bumi merasa seperti dia telah dibutakan oleh cahaya yang berkilauan yang berdiri di samping Xie Lian hanya saja dia tidak berani memberitahukannya. Sedangkan Xie Lian, meraba-raba bajunya untuk mencari sebuah koin agar dia bisa melakukan sebuah persembahan kepada Dewa Bumi. Kemudian dia melihat sebuah dupa yang terjatuh, meluruskannya dan menyalakan api pada dupa itu. Selama proses ini terjadi, Fu Yao memutar bola matanya entah untuk yang keberapa kali, sejujurnya Xie Lian ingin bertanya padanya apakah matanya itu sedang lelah? (hahhaha)

Sesuai perkiraan, setelah lima li dilewati, mereka benar-benar menemukan sebuah kuil. Kuil itu dibangun di sisi jalan dan terlihat sangat jaya dan terkenal. Meskipun kuilnya sedikit kecil, segala yang dibutuhkan ada disana.  Namun tempat ini ramai dengan kegembiraan dan kebisingan yang tidak biasa terlihat dari kerumunan orang yang datang dan pergi. Mereka bertiga menyembunyikan diri mereka sebelum memasuki kuil tersebut. Dan tentu saja, sebuah patung Dewa Nan Yang yang sedang memegang panah berdiri dengan kokohnya di altar penyembahan.

Ketika Xie Lian melihat patung yang megah ini, dia berkata "uh..huh.." dalam hatinya.

Untuk sebuah kuil yang kecil di pedesaan, patung yang megah ini dan catnya dibuat dengan kasar (ini maksudnya patungnya terlalu gagah haha). Secara keseluruhan patung ini sangat jauh berbeda dari kesan yang di miliki oleh Xie Lian kepada Feng Xin.

Namun, hampir seluruh petugas khayangan sudah terbiasa melihat patung mereka yang dibuat tidak sesuai dengan penampilan mereka. Jangan heran kalau ibu merekapun bahkan tidak mengenali patung anaknya. Bahkan ada beberapa petugas khayangan yang tidak mengenali patungnya sendiri (terngakak). Yah, mau bagaimanapun tidak banyak para seniman yang telah bertemu para petugas khayangan secara langsung, jadi wajar saja mereka tidak bisa menggambarkan secara tepat. Meski begitu, patung-patung ini bisa menjadi patung yang sangat indah atau bahkan menjadi sangat jelek. Mereka hanya bisa mengandalkan postur khusus yang dimiliki tiap patung seperti senjata, dan pakaian mereka untuk mengenali petugas khayangan manakah yang digambarkan oleh patung itu.

Secara keseluruhan, semakin kaya suatu daerah yang membangun patung itu maka akan semakin miriplah patung itu dengan petugas khayangan aslinya. Semakin miskin daerah yang membuatnya maka dapat dipastikan bahwa patungnya akan menjadi sebuah pemandangan yang sangat tragis. Sejauh ini hanya patung Jenderal Xuan Xhen yang terlihat bagus secara keseluruhan. Kenapa? Karena hampir seluruh petugas khayangan tidak perduli apabila patung mereka dibuat dengan tidak bagus sekalipun. Berbeda halnya dengan Xuan Zhen, jika dia melihat seseorang membuat patungnya dengan jelek,maka dia akan dengan sengaja menghancurkannya agar seniman itu membuatnya kembali dengan lebih baik. Terkadang, dia bahkan membuat mimpi secara samar kepada si seniman untuk menunjukkan ketidakpuasannya, sehingga sekarang semua pengikutnya tahu bahwa mereka harus membuat sebuah patung yang bagus untuk Tuannya.

Anggota di istana Xuan Zhen memiliki kepribadian yang tidak jauh berbeda dengan Jenderalnya. Mereka semua sangat memperhatikan hal-hal yang rinci. Belum sampai dua jam mereka masuk ke kuil Nan Yang, Fu Yao sudah mengomentari kesalahan-kesalahan pada patung itu. Itu bisa saja 'bentuknya tidak benar', atau 'warnanya tidak cocok', atau 'tekhnik yang digunakan oleh si seniman sangat buruk'. Dia  bahkan mengomentari tentang bagaimana selera dari sang seniman yang sangat aneh. Ketika Xie Lian melihat urat-urat di wajah Nan Feng mulai bermunculan, dia mulai memikirkan cara untuk mengganti topik pembicaraan. Secara kebetulan, Xie Lian melihat seorang wanita muda masuk untuk memberi penghormatan pada Nan Yang. Saat wanita muda itu berlutut, Xie Lian mulai berbicara dengan lembut. "seperti yang kita ketahui bahwa wilayah kekuasaan Nan Yang ZhenJun adalah di selatan. aku tidak menyangka bahwa dupa yang dibakar untuk persembahan pada Nan Yang akan sebanyak ini padahal ini adalah daerah utara."

Ketika kuil dibangun di dunia fana ini, mereka dibuat menyerupai gedung-gedung istana di khayangan. Patung-patung dewa biasanya adalah cerminan dari penampilan petugas khayangan itu sendiri. Jumlah pengikut dan dupa yang mereka bakar untuk persembahan menjadi sumber kekuatan spiritual bagi petugas khayangan. Selain itu, akibat dari letak geografis setiap individu, sejarah, kebiasaan social, kelas dan banyak alasan lainnya yang berbeda menyebabkan orang-orang di tiap daerah akan menyembah dewa-dewa yang berbeda pula. Mereka memiliki kekuatan spiritual yang besar di wilayah kekuasaanya masing-masing, yang di kenal juga sebagai keuntungan dari tempat asal mereka. Hanya Kaisar lah yang memiliki kuil yang dibangun di segala penjuru, jadi tidak ada bedanya bagi Jun Wu apakah itu daerah asalnya atau bukan. Nan Feng seharusnya merasa sangat bangga melihat dupa yang dibakar untuk persembahan jumlahnya sangat banyak di sebuah kuil yang tidak berada di daerah kekuasaan Tuannya. Tetapi melihat raut wajahnya, hal itu sepertinya bukanlah hal yang bagus baginya.

Fu Yao berdiri di samping dan tersenyum samar kemudian berkata, "tidak buruk, tidak buruk, Jenderal Nan Yang tidak menerima cinta dan rasa hormat dalam jumlah kecil."

Xie Lian merespon, "tapi, aku punya pertanyaan.. tapi aku tidak yakin.."

Nan Feng memotong ucapannya, "kalau kau ingin mengatakan 'aku tidak tau apakah hal itu pantas ditanyakan', maka jangan lanjutkan."

"bukan. Aku ingin mengatakan 'aku tidak tau apakah ada yang mau menjawabnya." Gumamnya dalam hati.

Meski begitu, Xie Lian sadar jawaban dari pertanyaannya tidak akan baik. Sehingga dia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan lagi.

Sayangnya, siapa sangka bahwa Fu Yao akan berkata dengan santainya, "Aku tau kau ingin bertanya apa, kau pasti bingung kenapa banyak sekali pengikut yang datang kesini hari ini. Kenapa hampir dari semua yang datang adalah perempuan, ya kan?"

Itu benar-benar pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Xie Lian 

Pengikut wanita dari seorang dewa perang biasanya jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pengikut lelaki. Hanya saja dirinya (Xie Lian) sudah menjadi pengecualian sejak delapan ratus tahun yang lalu, dan penjelasannya dibalik pengecualiannya itu sangat sederhana. Alasannya hanya karena beberapa kata : Dia Tampan.

Xie Lian sangat mengerti akan hal ini. Itu bukan karena kebajikan dan martabat, atau bukan juga karena dia memiliki kemampuan yang luar biasa. Melainkan karena patung-patungya dan kuilnya dibuat dengan sangat bagus. Hampir seluruh kuilnya dibangun oleh pekerja dari kerajaan dan patung dewanya dibuat oeh seniman ternama di negerinya. Ditambah lagi karena kata-katanya yang sangat terkenal, 'Raga berada di neraka, tetapi jiwa berada di surga' para seniman itu selalu menambahkan bunga-bunga pada patung dewanya. Dan juga mereka membuat kuilnya terlihat seperti lautan bunga. Sehingga, dulu dia memiliki nama julukan lain. Xie Lian juga dikenal sebagai 'Dewa Perang sang Mahkota Bunga'. Karena itulah para wanita itu menyukai patungnya yang terlihat indah, dan mereka juga menyukai kuilnya yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Hal itu saja cukup untuk membuat mereka bergegas datang. Untungnya mereka juga bersedia masuk dan memberi penghormatan padanya.

Namun, biasanya dewa perang itu identik dan dikelilingi oleh aura membunuh. Makanya kebanyakan wujud dari patung yang mereka miliki biasanya akan berbentuk angkuh, gagah, atau bahkan terlihat seram. Bagi pengikut wanita biasanya mereka lebih memilih untuk menyembah dewa belas kasih dibanding harus menyembah dewa yang memiliki patung seperti itu. Meski patung Nan Yang ini jauh dari kesan yang menyeramkan, tapi itu diluar perkiraan bahwa yang datang kesini hampir seluruhnya wanita. Ditambah lagi Nan Feng tidak ingin menjawab pertanyaan itu membuat Xie Lien berfikir bahwa ada sesuatu yang aneh yang terjadi. Tepat saat itu, wanita muda itu telah selesai berdoa dan berdiri untuk membakar dupa. Dan kemudian berbalik.

Ketika Xie Lian melihat wanita itu berbalik, dia tiba-tiba mendorong kedua orang disampingnya dengan pelan. Awalnya, tidak ada dari mereka yang berniat melihat. Tapi  karena di dorong seperti itu, mereka mengikuti arah pandangannya. Namun, hanya dalam sekali lihat ekspresi keduanya langsung berubah.

Fu Yao Berteriak, "Terlalu Jelek!" 

Xie Lian terdiam sesaat sebelum akhirnya tersadar dan berkata, "Fu Yao, kau tidak boleh berkata seperti itu pada perempuan."

Sebenarnya, apa yang dikatakan oleh Fu Yao itu adalah hal yang benar. wajah wanita muda itu benar-benar datar, seakan-akan ada orang yang menampar mukanya itu. Dan juga jika ada yang mengatakan bahwa wajah wanita ini biasa-biasa saja, maka itu akan memberikan makna negatif pada kata 'biasa-biasa saja'. Jika wajahnya di deskripsikan, Xie Lian takut mereka hanya bisa mengungkapkannya dengan kata 'hidung bengkok dan mata sipit'.

Namun, Xie Lian tidak menunjukkan pada mereka mengenai kecantikannya atau kejelekannya, yang dia tunjuk sebenarnya adalah sebuah lubang yang sangat besar pada roknya yang terlihat ketika dia berbalik. Sangat mustahil untuk berpura-pura tidak melihat hal itu.

Fu Yao juga terkejut awalnya, tetapi dia langsung menenangkan dirinya. Disisi lain, pembuluh darah di dahi Nan Feng yang tadi terlihat sudah menghilang tanpa bekas.

Ketika Xie Lian melihat wajah mereka yang langsung berubah, buru-buru dia berkata, "Jangan panik, jangan panik."

Setelah itu, wanita itu menaruh dupanya di tempat pembakaran dupa dan berlutut sekali lagi. Dia mulai memberikan pernghormatannya dan berkata, "Tolong lindungi kami Jenderal Nan Yang. Aku pengikut wanitamu yang bernama Ying berdoa semoga hantu pengantin pria itu dapat ditangkap secepatnya. Jangan birakan orang-orang yang tidak berdosa merasakan kejahatannya…"

Dia melakukan doanya dengan khusuk, dan benar-benar tidak menyadari ada lubang di roknya. Dia juga tidak menyadari keberadaan ketiga orang yang sedang berjongkok di bawah kaki patung yang dia sembah.

Xie Lian mulai berfikir dan bertanya, "apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin membiarkan dia pergi seperti ini, kan? Semua orang akan dapat melihat itu ketika dia berjalan pulang.

Dan juga, sobekan yang ada pada roknya itu terlihat seperti sengaja dibuat oleh seseorang dengan menggunakan benda tajam. Xie Lian takut orang-orang bukan hanya akan datang dan melihat tapi juga akan ada orang yang dengan tidak sopannya mengejek wanita itu, membuatnya menjadi tontonan publik. Hal seperti itu benar-benar memalukan.

Fu Yao menjawab dengan acuh, "Jangan Tanya padaku, lagipula yang dia sembah bukanlah jenderalku Xuan Zhen. Dan aku tidak melihat ada gangguan apapun."

Disisi lain, wajah tampan Nan Yang berubah menjadi pucat. Dia hanya bisa melambaikan tangannya tanpa bisa mengatakan apapun. Tuan yang baik dan membanggakan ini terpaksa menjadi bisu, dan sudah jelas dia tidak bisa diandalkan saat ini.  Karena itu, Xie lian berinisiatif melakukan sesuatu. Setelah berfirik sebentar, dia melepaskan lapisan jubah luarnya dan menjatuhkannya. Tertiup oleh angin, jubah itu terbang ke arah gadis muda itu dan menutupi lubang di roknya. Melihat itu, ketiganya menghela nafas lega.

Hanya saja, hembusan angin itu sangat jelas terasa, membuat gadis itu ketakutan dan melihat ke setiap arah. Dia kemudian mengambil jubah itu, ragu sebentar dan kemudian meletakkanya di bawah patung. Dia masih tidak menyadari kondisinya. Karena dupanya telah habis terbakar, dia pun bergegas untuk pergi. Jika mereka benar-benar membiarkan wanita ini keluar, Xie Lian khawatir wanita ini tidak akan berani lagi menampakkan wajahnya di depan orang-orang karena merasa malu. Ketika Xie Lian melihat dua orang di sampingnya hanya diam saja, keduanya tampak tidak berguna –dia menghela nafas. Nan Feng dan Fu Yao merasakan tempat disamping mereka menjadi kosong dan menyadari bahwa Xie LIan telah berubah wujud menjadi sosok yang dapat terlihat dan melompat kebawah.

Pencahayaan di kuil ini tidaklah kurang, tapi mereka sengaja membuatnya agar tidak terlihat. Lompatan Xie Lian membuat sebuah hembusan angin lagi, dan membuat api pada lilin berkedip. Wanita muda ini, Ying hanya merasakan pandangannya mengabur dan melihat seorang laki-laki muncul dari kegelapan itu. Bagian atas badannya tidak mengenakan apa-apa. Ketika Xie Lian mengulurkan tangannya pada gadis itu, jiwanya terbang entah kemana karena merasa ketakutan.

Sudah di duga, gadis itu menjerit. Ketika Xie Lian hendak berbicara, wanita itu melayangkan sebuah tamparan dan berteriak, "Ah!! Pelecehan!"

Xie Lian mendapat tamparan di wajahnya. Suara dari tamparan itu sangat jelas. Ketika mereka mendengar itu, wajah kedua orang yang masih bersembunyi di bawah patung itu menjadi berkenyit kaget. Meski dia mendapat tamparan, Xie Lian tidak marah atau kesal. Dia hanya mengulurkan jubahnya pada gadis itu dan mengatakan beberapa kata dengan suara yang tenang. Setelah mendengar apa yang dikatakannya, gadis itu terkejut. Ketika dia menyentuh bagian belakang roknya, wajahnya seketika berubah menjadi merah dan matanya berkaca-kaca dalam waktu sepersekian detik. Tidak ada yang tahu apakah itu tangisan kemarahan atau tangisan menahan malu, tapi dia kemudian menggenggam jubah yang diberikan Xie Lian sebelum tergesa-gesa meninggalkan kuil itu. Hanya sosok Xie Lian yang rapuh yang terlihat di kuil itu. Ketika angin dingin berhembus, dia tiba-tiba merasa kedinginan. 

Xie Lian mengusap wajahnya sebelum berbalik. Mendapati bekas tamparan di pipinya, dia mulai berkata pada kedua dewa kecil ini, "baiklah sekarang semuanya sudah baik-baik saja."

Setelah dia menyelesaikan perkataannya, Nan Feng menunjuk ke arahnya dan bertanya, "kau.. apakah lukamu terbuka?"

Xie Lian melihat kebawah sebelum bergumam, "Oh."

Apa yang terpampang setelah dia melepas jubahnya adalah kulit yang indah seputih batu giok. Namun, dadanya tertutupi oleh berlapis-lapis kain putih, yang terikat sangat ketat. Bahkan leher dan kedua pergelangan tangannya dibalut dengan perban. Dan beberapa luka kecil yang terlihat dibawah balutan perban itu adalah pemandangan yang benar-benar mengejutkan.

Setelah di fikir-fikir, Xie Lian merasa lehernya yang terkilir sudah baik-baik saja, dan dia mulai melapaskan balutan perban itu.

Fu Yao menatapnya lagi dan bertanya, "Siapa?"

"Apa?" jawab Xie Lian.

"Siapa yang bertarung denganmu?"

"Bertarung? Ah, tidak ada…"

"Lalu luka-luka di badanmu?" Sambung Nan Feng.

"Aku terjatuh sendiri."

"....."

Itu adalah luka-luka yang didapatnya karena dia diturunkan dari khayangan. Jika dia benar-benar bertarung melawan seseorang, maka tidak mungkin baginya untuk terluka sampai seperti ini. Fu Yao menggumamkan sesuatu. Xie Lian tidak mengerti apa yang dikatakannya, tapi sudah jelas itu sepertinya bukan sebuah pujian baginya maka Xie Lian mengabaikannya. Dia hana fokus membuka perban yang ada di lehernya. Begitu dia selesai, Tatapan Nan Feng dan Fu Yao, mata mereka menatap fokus pada lehernya.