"Aw!"
Lelaki dengan kain pembebat di lengan kirinya itu merintih. Dia berusaha bangun meski kepalanya terasa berat dan pinggangnya terasa kaku. Saat hendak menggerakkan kaki, hal yang sama dia rasakan. Ah, bahkan sekujur tubuhnya terasa kaku.
Lean duduk bersandar sambil memijit belakang kepala. Dia mengedarkan pandang tapi ruang perawatan itu sepi. Perhatiannya kemudian tertuju ke jaket pink yang tergeletak di sofa. "Kak Stev!"
Tidak ada yang menjawab teriakan Lean. Lelaki itu menggaruk tengkuk, penasaran ke mana perginya Kak Stevia dan maminya. Tidak ingin terus bertanya-tanya, Lean turun dari ranjang. Dia mengangkat tiang infus dan berjalan sambil menyeret kaki.
Ceklek....
Lean membuka pintu kemudian mengedarkan pandang. Lorong rumah sakit terlihat sepi, seolah tidak ada pasien lain di kamar samping kanan-kiri. Dia berjalan ke arah kiri berharap bisa menemukan maminya atau kakaknya.
"Lean!"