"Hai..."
Dava tersenyum melihat Rein membukakan pintu. Namun, senyum itu hilang saat melihat wajah gadis itu memerah dan ada keringat sebiji jagung keluar. "Lo kenapa?"
Rein membuang muka sambil mengusap peluh. "Nggak apa-apa. Panas. Gue habis bersih-bersih soalnya," jawabnya. "Lo ngapain ke sini?" tanyanya sambil menatap Dava kembali.
"Gue tadi ke rumah lo. Tapi bokap lo bilang, lo di apartemen," jawab Dava. "Gue bawain sarapan buat lo."
"Makasih." Rein menerima makanan dari Dava lalu melirik ke dalam. Dia berharap Dava segera pergi, kasihan Lean yang masih bersembunyi di dalam.
"Gue juga mau anterin lo sekalian."
"Eh nggak usah!" tolak Rein cepat. "Gue bisa berangkat sendiri. Jadi lo nggak perlu repot-repot anterin gue."
Dava memperhatikan Rein yang hari ini menunjukkan berbagai ekspresi itu. Biasanya gadis itu cenderung kaku kepadanya. "Ada apa, sih, sebenarnya?" tanyanya bingung.