"Sayang...."
"Hemm...." Lean menoleh, mendapati istrinya itu tengah menatapnya. Dia menatap depan, fokus mengemudi. Sedangkan satu tangannya bergerak, mencari tangan kanan Rein untuk digenggam. "Apa?" tanyanya kala Rein tidak kunjung menjawab.
Rein duduk bersandar, menatap jalanan yang sangat lenggang itu. "Kak Erio tadi nangis."
Lean mengernyit. Wajah Rein terlihat serius tapi wanita itu hanya membahas tentang Erio yang menangis. "Aku pikir kamu bakal ngomong serius. Tahunya malah bahas Erio."
"Kamu emang ngerasa biasa aja?" Rein duduk menyerong menghadap Lean. Dia hendak melepas genggaman, tapi Lean semakin mengeratkan genggaman itu.
"Maksudmu apa aneh seorang lelaki menangis?" Lean melirik Rein sekilas.
Rein menggeleng tegas. "Maksudku, Kak Erio bisa nangis lihat anaknya lahir. Kamu nanti juga kayak gitu nggak?"