"Sayang! Bukain pintunya, dong! Nggak mau angetin gue?" Lean menahan tawa setelah mengucapkan itu. Dia mendongak melihat Rein yang melotot seolah akan membunuhnya dengan tatapan itu. "Bercanda, Sayang. Bukain pintunya, dong."
Rein berbalik tanpa menjawab. Dia melempar ponsel ke ranjang kemudian turun ke lantai satu. Dia mengernyit, mendapati keadaan di lantai bawah sangat sepi. Kemudian dia mempercepat langkah dan membuka pintu. Dia syok, karena Lean sudah berada di depannya.
"Semua pada ke mana?" Lean melongok ke dalam. "Lo di rumah sendirian, ya?"
Wajah Rein masih terlihat bete. Dia mundur beberapa langkah kemudian duduk di sofa single. Dia menghadap ke arah pintu, menghindari tatapan Lean.
Lean tersenyum kecil, melihat Rein yang masih ngambek itu. Dia kemudian duduk di tangan kursi dan menunduk ke Rein. "Masih ngambek soal yang tadi?"
"Menurut lo?"