Aldric berdiri dan tersenyum lebar. "Oh, Tuan--"
"Irlac. Panggil saja Irlac. Dan apakah Tuan Aldric boleh kupanggil paman?" potong pria itu dengan cepat.
Aldric menyadari ini. Mereka telah mencapai kesepatakan tapi dirinya tak mengetahui apa pun tentang penolongnya. Dia menjadi sedikit tidak enak.
"Oh, iya. Masuk Tuan Irlac, aku sangat terkejut melihat tuan di sini. Karena tuan akan memanggilku Paman. Maka aku juga tidak akan sopan."
Irlac tersenyum. "Terima kasih Paman."
Irlac semakin masuk dan memberikan buket bunga yang di bawanya pada Vania. Dia hanya ingin menghormati Vania meski tahu ada seorang Putri yang juga ada di dalam ruangan yang sama.
Vania menerima buket bunga tersebut. Perasaannya sangat baik hingga dia membawa bunga itu pada hidungnya lalu mencium pelan. Senyumnya terkembang. Dia mengucapkan terimakasih dengan sangat lembut.