Chereads / Nightmare Cinderella / Chapter 9 - Trauma!

Chapter 9 - Trauma!

Part belum di revisi.

Banyak typo.

Happy reading!

***

Rumah sakit itu tampak tenang dengan dokter-dokter terbaik pilihan. Saat ini tubuh Ellina terbaring lemah dengan selang infus dan beberapa peralatan medis. Beberapa perawat berjaga untuknya selama beberapa hari. Namun nyatanya tubuh Ellina tak menunjukkan perubahan. Tetap lemah,  atau bisa di katakan koma namun seluruh sarafnya masih bekerja. Ia seakan tertahan oleh sesuatu, hingga tak ingin sadarkan diri di bawah kendali pikirannya.

Seorang pria tengah duduk dengan tangan menekan bibirnya. Tubuhnya tampak tegap dari belakang dengan postur tinggi. Beberapa tindik di telinganya menampakan keliaran sikapnya. Dengan sepasang alis tebal yang rapi lalu di bingkai dengan hidung yang menjulang tinggi. Ketenangannya seakan menghanyutkan, bahkan hanya dengan sedikit senyumnya, maka beberapa dari mereka akan bergidik ngeri. Terlihat sangat ramah, namun percayalah, kau lebih memilih tak mengenalnya atau mati saat melihatnya tersenyum.

"Tuan, gadis itu masih tak sadarkan diri," seorang pria tinggi dengan paras tampan lainnya masuk dengan menundukkan kepalanya.

"Bukankah kau telah mendatangakan dokter terbaik?" pria itu memutar kursinya, menatap sekretarisnya lalu tersenyum manis. "Jadi apa yang di kerjakan mereka hingga tak mampu menyadarkan seorang gadis?"

Udara seakan tersedot turun. Hawa di sana berubah dingin hingga bulu kudu sang sekretaris berdiri. Ia melihat senyum Tuannya. Dan entah kenapa ia memiliki firasat yang buruk. "Tuan, White Fox seakan tak--"

"Lalu tunggu apa lagi. Pecat mereka semua," masih dengan senyum yang manis, perintahnya seakan tak mengandung kesalahan. "Aku akan mengunjunginya nanti."

"Tapi Tuan--"

"Zaccheo," desis pria itu di antara senyumnya. "Aku tak ingin permata perusahaanku mati sia-sia!"

Zaccheo tertegun dan mengangguk. "Aku tahu, Tuan."

Tanpa banyak kata, Zaccheo keluar dari ruangan bernuansa abu-abu dengan paduan baby blue yang terlihat sangat teduh dan nyaman. Atau terlihat sedikit lebih feminim jika di letakkan dalam ruangan perusahaan tertinggi. Namun siapa yang bisa menentangnya? Bahkan perintah dengan senyum manis itu membuat semua bawahannya bertekuk lutut.

Zaccheo mengelus dadanya saat pintu hitam itu tertutup. Lalu ekspresi kacau terlihat dengan cepat. "Kenapa dia tersenyum. Ah, aku sudah menyangka. Bahwa tak akan ada yang beres saat dia tersenyum,"

Zaccheo memiringkan kepalanya sedikit sambil berpikir. Ia telah menjadi sekretaris selama puluhan tahun. Ia sangat mengetahui keinginan tuannya. Dan sejak malam itu, sejak pertahanan keamanan perusahaan berhasil di retas oleh akun dengan id 'White Fox' , tak satu orangpun dapat bertahan di perusahaan.

Tuannya telah mengerahkan seluruh peretas terbaik untuk mencari pemilik id tersebut. Memperkerjakan mereka tanpa henti. Tak peduli siang atau pun malam, seluruh peretas itu berjaga dengan jantung yang seakan berhenti berdetak. Menunggu waktu untuk bertemu orang yang membuat bos mereka terpesona. Dan di sanalah mereka, saat akun White Fox itu kembali muncul, mereka semua berlomba untuk mendapatkan semua informasi dengan cepat.

Mungkinkah sebuah keajaiban, saat itu Ellina tak memperketat keamanan akunnya. Akunnya di retas dan di jelajahi dengan sangat rahasia. Meski membutuhkan waktu, salah satu dari mereka mendapatkan semua informasi Ellina. Hal itu membuat bos mereka tertawa girang. Dengan duduk dan menunggu informasi selanjutnya, data-data tentang Ellina di dapatkan lima menit kemudian.

Lalu keberadaan, dan data-data lainnya menyusul secepat kilat. Mereka semua yang berada dalam ruangan itu tertegun. White Fox adalah seorang wanita. Seorang gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain masih seorang mahasiswa. Mereka semua bergidik ngeri, bagaimana mungkin seorang wanita dengan umur dua puluh tahun mampu menggetarkan seluruh dunia peretasan? Bahkan menarik minat bosnya dengan cepat. Memenangkan semua lomba peretasan yang terpasang hanya dalam waktu satu jam. Mereka semua ingin tahu, seberapa cerdas dan terbuat dari apa otaknya? Ataukah mereka sangat iri, hingga setuju saat bosnya merencakan mendapatkan White Fox untuk perusahaan. Sungguh, bukankah itu sebuah rencana yang sangat briliant?

Namun berita terbaru itu membuat mereka tak bergerak. Saat bosnya tahu bahwa berlian yang tengah di perjuangkannya tengah menghadapi masalah yang tak mudah. Lalu perintah itu kembali turun. Tentu, dengan senyum manis yang membuat orang tahu bahwa bos mereka sangat tampan dan ramah. Namun siapa yang menyangka, bahwa saat bosnya tersenyum, maka akan ada nyawa orang lain melayang atau hidup seseorang akan sengsara.

"Oh, mereka menyakiti berlianku." ucap bosnya saat itu. Wajahnya terlihat sangat besahabat dengan senyum yang selalu terukir. Lalu perintah selanjutnya membuat mereka semua menahan napas. "Hancurkan mereka hingga seluruh keluarga mereka tak dapat melihat matahari terbit. Mau bagaimana lagi. Siapa suruh mereka menyakiti berlianku."

Zaccheo saat itu langsung pusing. Merutuki perintah bosnya yang menghancurkan hidup orang lain dengan wajah tenang dan terlihat imut bagai artis tampan yang tak berdosa. "Tuan--"

"Zaccheo, aku tak ingin satu orang pun menemukan kabar buruk tentang berlianku. Itu akan sangat merepotkan kemudian hari,"

Seluruh orang dalam ruangan itu merasa terkejut. Mereka bergidik ngeri saat menyadari satu hal ini. 'Tak akan ada yang tenang saat melihatnya tersenyum.'

Itulah yang mereka tahu. Namun Zaccheo Iebih frustasi dari siapapun saat itu. Meski itu telah berlalu, namun tetap menyisakan rasa yang menyesakkan.

"Kenapa ia menyerahkan keamanan perusahaan jika begitu marah saat berhasil di retas?" Zaccheo mengumpat kesal. Ia sangat ingat, malam itu Tuannya hanya sedang bosan hingga memasang iklan dengan hadiah besar. Siapa yang menyangka bahwa seorang gadis muncul dan memperakporandakan semuanya?

Bahkan ia juga tak menyangka. Namun ia merasa ngeri saat melihat bosnya tersenyum. "Itu sudah pasti bahwa tak akan ada hari yang mudah. Kenapa dia harus tersenyum saat menghancurkan hidup orang lain? Ahk, itu membuatku frustasi!"

Zaccheo telah keluar dari perusahaan lima belas menit yang lalu. Menyusuri lorong rumah sakit dengan wajah serius. Membuka salah satu pintu kamar pasien dan tertegun saat melihat tubuh seorang gadis masih tergeletak di sana. "Nona, kapankah kau akan sadar? Kau harus cepat sadar, agar banyak dokter tak kehilangan pekerjaannya."

Merasa prihatin, ia menutup pintu kamar lalu datang menemui dokter kepercayaan bosnya. "Kau bisa berhenti jika tak mampu membuatnya sadar,"

Wajah dokter di depannya berubah cepat. "Sekretaris Za, aku baru saja menangani kasus ini selama dua hari. Bagaimana mungkin Tuan Muda memberhentikan tugasku?"

Zaccheo terlihat lebih frustasi. Dia memijit keningnya pelan. "Aku hanya menyampaikan perintah. Kau sangat tahu Tuan Muda dari keluarga E. V.  Tak ada yang bisa menangguhkan perintahnya. Kecuali White Fox sadar, maka kau akan selamat dari pemecatan."

Dokter itu terlihat pucat. "Aku akan berusaha lebih keras. Tidak, katakan pada Tuan Muda, aku akan membuat White Fox sadar."

"Kau bisa--"

Sebuah ketukan pintu membuat percakapan itu terhenti. Seorang perawat muncul dari balik pintu dengan wajah bahagia. "Dokter White Fox telah sadar."

Bagaikan hujan di kemarau yang panjang, berita itu membuat sang dokter berdiri lalu berlari untuk memeriksa. Sedangkan Zaccheo bernapas lega, ia segera mengambil handphonenya lalu menghubungi Tuannya.

"Tuan,  white fox telah sadar."

Tak ada jawaban di seberang sana. Hanya sebuah suara 'klik' dan Zaccheo yakin bahwa teleponnya telag di tutup.

Aku sangat tahu. Pasti Tuan langsung berlari menuju rumah sakit.

Zaccheo menyelipkan pandangannya pada daun pintu yang setengah terbuka. Wajahnya pucat saat melihat gadis yang baru sadar di ujung tempat tidur itu berteriak histeris ketakutan. Menjauhi semua perawat dan dokter dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Lalu goresan pisau yang tak dalam terlihat di pergelangan tangannya.

Tak mungkin. Apa yang telah kulewatkan?

Zaccheo masuk dan langsung bertanya. Matanya menatap tubuh Ellina yang bergetar. Telinganya sangat tajam dengan kerutan kening yang dalam.

"Aku kotor. Aku kotor. Sangat kotor! Ahkkkkk ...!"

"Nona...!"

Lalu semua bergerak mendekat saat tubuh Ellina tak sadarkan diri. Zaccheo menatap khawatir sedangkan sang dokter menggeleng lemah. Para perawat memasangkan infus kembali dengan mengobati luka di pergelangan tangannya.

Pintu ruangan itu masih terbuka, udara yang pengap semakin turun saat sesosok muncul di tengah pintu. Sosoknya yang tinggi tampak menjulang dengan setelan jas rapi meski rambutnya sedikit berantakan.

"Tuan," desis Zaccheo saat tubuhnya bergeser mendekat.

"Ceo Avram," cicit sang dokter lemah. Ia sudah merasakan mengigil hanya dengan pandangan dingin sosok yang baru saja masuk.

"Apa yang terjadi?" tanya sosok itu tak semangat. Dia adalah Ernest Avram. Tuan Muda dari keluarga E. V. 

Dokter mundur dan memberi ruang agar Ernest mendekat. "Tuan Muda, gadis ini mengalami trauma yang sangat dalam. Amat sangat dalam hingga ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Dia selalu berpikir bahwa dirinya kotor, dan mencoba membersihkan dirinya meski kami mengatakan bahwa dirinya tidak kotor sama sekali."

Ernest tercenung. "Apakah ada masalah dengan lainnya?"

Dokter menggeleng. "Seluruh sarafnya tak ada yang terluka. Bisa di katakan ia tetap orang yang sama. Namun, karena trauma dan hal-hal yang baru ia alami, telah mengguncang jiwanya."

Mata Ernest berkilat marah saat kata terakhir di sebutkan. Sang dokter langsung paham dan menggeleng lalu kembali melanjutkan. "Tidak, maksud saya dia tidak gila. Namun dia butuh seseorang yang ahli untuk memulihkan semua traumanya. Dia butuh seseorang yang dia percaya agar pulih dari traumanya."

Ernest mengamati tubuh Ellina yang bernapas teratur. "Apakah sedalam itu traumanya?"

Dokter menganguk. "Hanya dengan melihatnya saja, saya sudah tahu. Dia mengalami banyak hal hingga sisi jiwanya terancam. Alam bawah sadarnya tak menginginkan kehidupan karena trauma dalam yang ia terima. Tuan Muda, jika saya boleh tahu, apakah dia pernah mengalami kejadian yang lebih buruk dari ini? Dia terlihat sangat stress dan ketakutan pada orang asing yang tak ia kenal."

Tak menjawab, Ernest mematung dan mencerna semua hal yang dokter katakan. Zaccheo maju dan mengulurkan tangannya untuk membuka jalan. "Terimakasih atas keterangannya, kami akan mengurus sisanya."

Sang dokter tak memiliki pilihan. Ia hanya bisa undur diri dan membiarkan dua orang itu berada di ruangan.

"Zaccheo, hubungi psikolog terbaik untuk membantunya pulih. Pindahkan dia ke Villa ke dua di kota Z. Udara di sana sangat bagus untuk kesehatannya."

"Baik, Tuan."

"Lalu, aku ingin laporan yang lebih rinci. Tentang hidupnya, apa yang telah dia alami selama ini, dan semua orang yang telah terhubung dengannya dengan lebih rinci."

"Kau akan mendapatkan dalam waktu dekat, Tuan."

Tak banyak kata, Zaccheo mulai menjalankan tugasnya dan membiarkan Ernest di dalam ruangan sendirian.  Ernest duduk sambil memperhatikan Ellina dengan teliti. Keningnya berkali-kali berkerut dengan semua pertanyaan yang tak memiliki jawaban. Matanya menatap gadis yang terpejam damai di tempat tidur.

"Kau hanya gadis kecil tapi mengalami hal terburuk. Yah, aku akan merawatmu hingga sembuh lalu aku akan memperkerjakanmu. Karena otakmu baik-baik saja, itu berarti kemampuanmu masih sama."

***