Kita menangis ketika berpelukan, ada banyak rasa yang tak pernah aku rasakan sebelum nya. entah pikiran apa yang membuat aku merasa kalau aku akan kehilangan az.
itulah terakhir kalinya aku melihat az menangis, 17 oktober 1920.
2 bulan berlalu...
az belum juga membaik dan dokter bilang, hidup az tinggal menghitung hari.
" maaf aku ga bisa terus nemenin kamu az".
" gapapa, lagi pula kamu kan harus sekolah,
jangan sampe karna aku kamu jadi bolos
sekolah". jawabnya dengan nada lemas
aku diam, aku masih punya pertanyaan yang
belum dia jawab. namun aku maju mundur
untuk menanyakannya.
" az ?".
" ya kenapa?".
" kamu ingat kejadian sore itu?, kejadian 2
bulan yang lalu ketika kamu tiba² pingsan".
" tentu saja aku ingat, kenapa?".
" sebelum kamu pingsan aku ga sengaja liat kamu tiba - tiba nangis".
" ya emang, sore itu aku menangis menahan rasa sakit kepala ku yang ga bisa ditahan lagi".
" pernah kah kamu menangis setelah itu?".
" tidak ". jawabnya
" sungguh ?".
" ya, lagi pula kenapa aku harus menangis?".
" kau tidak pernah bersedih lagi karna rasa sakit kepalamu?".
" hahaha". tawanya " untuk apa aku bersedih? kehidupan ini bukan untuk ditangisi, rasa sakit kepala ku bukan lagi alasan untuk aku menangis".
" iya juga sih". jawabku
" menurut mu kenapa manusia menangis?".
" ya karena kita bersedih ".
" kenapa manusia bisa bersedih?".
" emm ya karena ada yang membuat nya sedih". jawabku dengan nada polos.
" ya tentulah, jawaban mu lucu bi". lanjut az dengan sedikit menertawaiku
" iya juga yah". lanjut ku ikut tertawa.