Chereads / Dyani / Chapter 24 - Mana Dyani? .

Chapter 24 - Mana Dyani? .

David menggendong Sarah dari tempat pengobatannya itu.

"Apa yang kau lakukan? " Tanya Sarah kaget karena suaminya ini menggendongnya tiba-tiba.

"Sayang..., Aku akan memindahkanmu ke kamar kita. Aku akan membersihkan tubuhmu!. Bajumu terkena darah kotor dan tubuhmu penuh keringat. Jadi aku akan membersihkannya. !" Jawab David sambil meninggalkan ruangan itu dan menuju kamar mereka. Di tempat pengobatan itu memang menyediakan kamar untuk pasiennya. Karena pengobatan biasanya memakan waktu yang cukup lama, dan tak ada penginapan di sana. Tempat itu sangat jauh dari keramaian.

"Aku bisa jalan. Turunkan Aku! " Kata Sarah kesal, tapi David sama sekali tak mempedulikan protesan istrinya itu.

David membawa Sarah ke kamar mandi di kamar yang disediakan untuk mereka. Sarah langsung berusaha turun dari pangkuan suaminya itu.

"Aku bisa sendiri! " Katanya kesal dan berusaha turun, namun langsung terhuyung karena dia masih pusing akibat pengaruh pengobatan tadi. David segera memeluknya agar tak jatuh. Tapi Sarah keras kepala dan masih berusaha melepaskan dirinya dari pelukan suaminya. Hal yang membuat David kesal adalah Sarah malah mengunci pintu kamar mandi itu.

"Sarah..., buka pintunya! Kamu jangan main-main. Ini bisa berbahaya. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu! " Kata David setengah berteriak. Dia merasa kesal karena istrinya itu memperlakukannya seperti orang asing. Bahkan Sarah tak mau tidur satu ranjang dengannya. Jika David tidur di sampingnya, Sarah akan langsung pindah ke sofa yang ada di kamar itu, sehingga David langsung mengalah dan pindah ke sana.

Sarah keluar dari kamar mandi, Karena melihat David yang ada di sana dia kembali masuk ke dalam kamar mandi itu. Melihat itu David bertambah kesal.

"Aku suamimu! Dan aku sudah melihat semuanya yang ada di sana! Apa lagi yang kau tutupi. Kita bahkan telah menikah selama dua puluh tiga tahun lebih! " Katanya kesal. Sarah tak menggubris malah berkata.

"Bisa tolong ambilkan pakaianku? " David menarik nafas lelah.

"Baiklah! " Jawabnya dengan nada lelah dan menuruti kemauan istrinya itu.

....

kembali ke Distro itu.

Dyani telah berganti pakaian. Namun, perempuan sombong itu masih merasa kesal padanya. Disaat itu, Mark datang dan mendekati Dyani. Matanya menatap lembut gadisnya itu. Mark baru saja datang dari mesjid tempat biasa dia belajar agama.

Tiba-tiba saja perempuan itu mendekatinya.

"Mark..., pegawaimu ini tadi mencoba pakaian itu! Bukankah itu tidak pantas? " Katanya sambil memandang rendah Dyani.

Mark yang mendengar hal itu tampak marah, sehingga pegawai yang lain ketakutan dan langsung membela Dyani.

"Maaf Tuan! kami yang memaksa. Nona ini mengatakan kalau pakaian itu tidak bagus. Jadi kami ingin Dyani mencobanya untuk membuktikan apakah memang pakaian itu tidak bagus! " Jawab salah seorang pegawainya gugup.

"Aku tak marah padanya. Aku hanya tak suka perkataan perempuan ini! " Kata Mark menatap sinis. Brian hanya bisa tersenyum sinis melihat perempuan sombong itu kaget karena perkataan Mark.

"Kenapa kau marah padaku? " Tanya perempuan itu kaget.

"Aku tak suka kau merendahkannya karena dia adalah calon istriku! " Jawab Mark tegas. Senyum Brian langsung sirna nendengar itu. Harapannya kembali pupus. Sementara perempuan itu tampak tidak percaya.

"Bagaimana mungkin? "

"Karena dia tak mau memanfaatkan ku. Aku bahkan rela memberikan seluruh hartaku, tapi dia memilih bekerja untuk mendapatkan uang! " Jawab Mark sambil mengusap lembut kepala Dyani. Teman-teman Dyani pun kaget mendengar pengakuan bos mereka, Pantas saja Bos mereka itu datang setiap hari semenjak Dyani ada di sana.

"Aku ambil ini! " Kata perempuan itu pada Brian. Laki-laki itu langsung membayarnya.

"Apa dia cantik memakai gaun itu? " Tanya Mark pada pegawainya. Setelah kedua orang itu pergi.

"Sangat cantik " Jawab mereka serentak.

"Tolong dibungkus untuknya! Aku ingin membawanya ke pesta malam ini! " Kata Mark sambil tersenyum. Sementara Dyani hanya bisa terdiam.

Pesta? dia sama sekali tak pernah ingat bagaimana pesta itu. Dia takut akan membuat malu Mark di sana.

Andai saja ingatannya tidak hilang, Dyani tak perlu merasa khawatir, Dia telah sering di ajak ke sebuah pesta waktu masih bersama keluarga angkatnya. Dyani bahkan piawai memainkan piano dan suaranya sangat indah. Bahkan kakak angkatnya Jino juga telah mengajarkannya bagaimana cara berdansa. Tapi saat ini dia tak ingat itu semua. Dyani tak ingat apapun tentang masa lalunya.

....

Sementara itu.

Julian telah kembali Ke Indonesia. Ketika dia memasuki rumahnya, Mamanya segera berlari mendekatinya dengan senyuman. Matanya masih memandang kebelakang Julian seolah-olah sedang menanti seseorang hadir disana.

"Mana Dyani? " pertanyaan Mamanya membuat Julian tertegun.

"Kami sudah bercerai! " Jawabnya sambil menunduk. Wajahnya tampak amat sedih.

"Mama yakin ini semua pasti salahmu! " Kata Mamanya langsung menghakimi . Julian tak menjawab. Di wajahnya tergambar penyesalan yang mendalam. Melihat hal itu Mamanya sudah dapat mengetahuinya.

"Ceritakan hal yang sebenarnya! Jangan ada yang di tutup tutupi! " Perintah Mamanya tegas.

Julian mulai bercerita. Tentang mereka menikah tak berdasarkan cinta. Dia masih sangat mencintai kekasihnya itu. Tentang dia yang tak pernah menyentuh Dyani. Tentang Dia yang membawa kekasihnya untuk tinggal bersamanya. Mendengar itu, Mamanya merasa amat murka. Sampai Julian mengatakan kalau dia menjual Dyani karena butuh uang, sementara dia sudah tak bekerja lagi. Mendengar yang satu itu Mamanya langsung menamparnya sekuat tenaga.

Ini adalah pertama kali perempuan itu menampar putranya. Hal yang selama ini yang selalu di hindarinya.

Mama Julian langsung terduduk. Menangis menyesali kebodohannya yang mempercayakan Dyani pada putranya ini.

"Mana Dyani? " Tanya Mamanya saat Julian juga duduk di samping perempuan paruh baya itu.

"Dia hilang ingatan! " Jawab Julian lirih. Mamanya langsung menatap Julian dengan mata basahnya itu.

"Bagaimana bisa? " Jawab Mama Julian khawatir.

"Dia berusaha menyelamatkanku dari kecelakaan. Tapi malah dia yang tertabrak, dan akhirnya dia hilang ingatan. Dia tak mengenalku lagi. Laki-laki itu juga tak mau melepasnya.! " Jawab Julian.

Mamanya semakin geram. "Kau benar-benar bodoh! " Kata perempuan paruh baya itu sambil memukul pundak putranya itu.

"Maafkan aku Ma!" Kata Julian sedih.

"Lalu ngapain kamu pulang? kau meninggalkan dia sendirian di sana? "

"Aku akan mengurus perceraian kami. Aku akan menyerahkan Dyani pada laki-laki itu. Aku yakin dia mencintai Dyani! " Jawab Julian.

"Lantas..., bagaimana dengan putriku? Apa dia mencintai laki-laki itu? " Tanya Mama Julian.

"Aku tidak tau! " Jawab Julian sedih.

"Kau tidak tau dan kau melepasnya begitu saja? " Tanya Mamanya yang berharap pernikahan putranya bisa dipertahankan.

"Ma..., Andaikan ingatannya kembali, dia tak akan mau memaafkanku! Aku yakin itu! " Jawab Julian sedih.

Dia merasa sedih kenapa cinta itu datang setelah Dyani tak mungkin lagi diraihnya. Andaikan dulu dia belajar mencintai gadis itu dan menerima pernikahan mereka, dia yakin, keluarganya akan bahagia.

Ternyata benar. Seseorang akan merasa sesuatu itu berharga jika dia sudah kehilangan. Itulah yang dirasakannya. Julian benar-benar merasa kehilangan istrinya itu.

Istrinya? Apa bisa Dyani dikatakan Istrinya?