"Kak Cecile, mau jadi pacarku ya"
Hah...? Sejanak aku merasa otakku jadi ngeblank dan tidak bisa berpikir apa-apa. Aku hanya bisa melongo saat cowok itu mengatakan hal itu. Oh my god, ini mimpi apaan sih gak jelas banget. Seingatku tadi aku sudah bangun pagi, mandi... oh... aku tau, ini bukan mimpi. Trus kalau bukan mimpi ini tu apaan?
"Jadi pacar kamu?" tanyaku bingung. Sumpah aku masih gak ngerti. Ini bocah kesambet apa sih nembak aku kaya gini? Yah... sebenarnya dia juga bukan bocah-bocah amat sih..., paling usia kami hanya terpaut satu tahun atau mungkin hanya beberapa bulan. Tapi tetap saja dia masih adik kelasku. Jangan-jangan dia sengaja mengeprankku. Ah... tidak mungkin, walaupun video-video prank sedang viral, aku yakin dia bukan orang yang suka mencari sensasi dengan melakukan hal itu.
"Iya, mau ya kak" ucapnya tampak malu-malu. Entah otakku sedang bermasalah atau bagaimana aku juga tidak tahu. Tapi menurutku sikap anak ini benar-benar manis. Dia berdiri di depanku dengan malu-malu. Terlalu malu sampai tidak berani menatapku. Pandangan matanya menuju ke arah lain sambil sesekali melirikku. Wajahnya yang lumayan putih untuk ukuran cowok dan disinari lampu parkiran sedikit memerah karena malu. Aduh... dia imut sekali...
"Ka kalau gak bisa jawab sekarang aku..."
"Ok" What?! Aku omong apaan sih? Apa aku sudah gila?
"Maksudnya ok?"
"Ok, aku mau jadi pacar kamu" Sekarang aku yakin. Sepertinya otakku memang benar-benar bermasalah, bagaimana bisa aku menerima pernyataan cinta seorang adik kelas?!
Cowok itu tersenyum bahagia. Selamat bro, kamu berhasil nembak cewek yang kamu suka.
"Kalo gitu aku pulang dulu ya, udah sore" kataku.
"Ah, em... mau aku anter kak?" tawarnya. Aku meliriknya dan motor CBR yang sepertinya miliknya karena sudah tidak ada motor lain lagi di area parkiran ini. Wajar sih sudah tidak ada motor, soalnya ini sudah teramat sore. Bukannya tidak mungkin ada orang yang masih berkeliaran di sekolah. Hanya saja ini masih minggu pertama semester dua dan ekskul baru dimulai di minggu ke dua atau tiga. Hanya aku saja yang menghabiskan waktu di area sekolah sampai sore demi wifi gratisan, namanya juga masih kere, jadi sukanya barang gratisan. Tunggu sampai aku punya penghasilan sendiri, mungkin aku tidak akan lagi mengandalkan wifi gratisan.
"Gak usah, aku naik bis aja, lagian gak ada helm juga, udah ya, aku balik dulu, keburu ketinggalan bis" kataku.
"Oh, ok, kalau gitu hati-hati kak" ucapnya dengan canggung. Aku membalik badanku hendak meninggalkannya. Baru dua langkah aku kembali membalik badanku, dia agak kaget. Ada sesuatu penting yang harus kuketahui darinya.
"Oh ya, ada yang mau aku tanyain" kataku.
"Tanya apa kak?" tanyanya. Aku menghirup napas dan menghembuskannya perlahan. Dia sepertinya agak tegang melihatku yang jika dilihat-lihat tampak serius.
"Siapa nama kamu?"