Chereads / Continue With You / Chapter 7 - Hari keduaku denganya

Chapter 7 - Hari keduaku denganya

Ku tatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong.

Apa iya.. aku yang lupa?

apa iya.. Bagas itu benar pacarku?

Apa iya.. Yandra itu gak pernah ada?

entahlah, aku tak tau yang mana yang nyata.

Aku bergegas mandi agar pikiranku menjadi tenang terguyur air yang segar. Ku harap begitu.

Sementara itu diruang tamu, ayah.. ibu.. dan Bagas sibuk membicarakan hal-hal yang aku dan Bagas lakukan hari ini. Terdengar sesekali mereka tertawa. Terlihat sekali ayah dan ibu sudah sangat akrab dengana Bagas.

Setelah aku mandi dan berganti baju tidur, aku kembali teringat Yandra. Bagaimanapun juga, dikepalaku Yandra masih Pacarku.

Ku buka Instagramku kembali. Ku lihat pesan yang ku kirim beberapa waktu lalu. Anehnya pesan tersebut sama sekali tak terbaca apalagi terbalas. Yandra tidak pernah seperti itu sebelumnya. Saat aku mengecek nomor telepon Bagas di Ponselku, nomor itu bukan nomor Yandra. Ku ketik nomor Yandra yang sangat ku hafal.

Namun yang terdengar hanya suara operator yang mengatakan nomor tersebut tidak terdaftar. Aneh sekali bukan.

Jika aku benar-benar tidak mengalami apa yang aku ceritakan bagaimana mungkin aku bisa hafal nomor Yandra, bagaimana mungkin aku bisa membuka Instagramku yang ada beberapa foto Yandra dan aku disana. Ah, tapi percuma. Semua ini hanya aku yang rasa. Jadi, untuk sekarang biar ku ikuti saja takdirku yang entah akan membawaku kemana.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, suasana menjadi sepi. Terdengar suara derit jangkrik atau hewan malam lainya karna suasana di Kota B ini masih Asri, alamnya masih terjaga.

Hari yang semakin malam membuatku mengantuk dan akhirnya tertidur lelap.

Cahaya matahari yang menembus masuk karna ibu membuka jendela kamarku membuatku terbangun.

"Ah ibu..." Aku sedikit kesal karnanya

"Bangun sayang, anak gadis kok bangunya siang. Malu ah sama nak Bagas"

"Iya.. iya.."

"Bangun, mandi trus kita sarapan sama-sama. Katanya nak Bagas mau masakin makanan spesial buat kamu"

Hah? masa sih. Boleh juga si Bagas. Lumayan cakep, pinter masak pula. Ah apaan sih. Pikiranku kok ngaco begini.

"Loh kok malah nglamun?"

"Iya iya.. Mishel mandi sekarang nih" Jawabku kesal.

Ibu hanya senyum saja melihat tingkahku.

Setelah selesai mandi aku bergegas ke ruang makan. Aku benar-benar penasaran apa benar Bagas bisa masak.

"Eh Mishel, duduk sini nak ayo" suara ayah menyambutku ketika melihatku berjalan menghampiri mereka.

"Nah, ini semua yang masak nak Bagas"

"Hah? ahahahahahahaha. Apa ini?" Aku tertawa karnanya

"Loh, kenapa?. inikan makanan kesukaanmu" Ibu menjelaskan.

"Hah? Aku bu?" aku memastikan

"Iya... kamu nak. Ini kan makanan kesukaanmu"

"Semur jengkol dan lalapan pete ini????!!!" Aku benar-benar terkejut mendengar pernyataan ibu. Aku harap aku salah mendengar.

"Shel, Shel.. aku juga bikin ini ni" Bagas membuka tutup sebuah mangkuk besar.

Mangkuk itu berisi belalang goreng. Demi Tuhan aku benar-benar bisa membayangkan seperti apa mishel yang mereka kenal.

"Apa Mishel orang yang seperti itu?"

Pertanyaanku membuat ayah, ibu dan bagas hanya melongo terheran-heran tanpa menjawab.

"Oh, bukan-bukan. Maksutnya, apa aku dulu suka makanan-makanan ini?"

"Oohhh... iya nak. Kamu sangat suka, bahkan setiap kali kamu pulang kesini. Kamu slalu minta ibumu membuatkan makanan ini. Ayah saja heran melihat selera makanmu" Ayah menjelaskan.

"Sudah-sudah. Duduk nak.. kita makan sama-sama" suara ibu dengan halus sembari memberikan nasi ke dalam piringku.

Aku masih terpaku melihat menu-menu yang ada di depan mataku.

"Bu, aku.."

Belum selesai ku bicara ibu sudah memotongnya.

"Iya iya.. ibu tau kamu sudah gak sabar kan"

"Bu..."

"Iya iya, ini ibu ambilkan banyak"

"Ibu, Mishel gak suka!" Aku benar-benar kesal. Bahkan rasa laparku sudah hilang entah kemana.

Ibu, ayah dan Bagas hanya terdiam dengan tatapan yang aneh melihatku.

"Aku gak suka bu. Maaf Gas, aku sungguh tak enak padamu yang sudah membuatkanku makanan ini. Tapi aku benar-benar gak bisa makan makanan ini" Aku kembali ke kamarku dan mengunci pintu kamarku.

Aku benar-benar kesal, merasa bahwa orang-orang terdekatku bahkan tidak tau apa yang aku suka ataupun yang tidak ku suka.

Aku kembali terdiam dan merindukan kehidupan lamaku, entah sampai kapan aku seperti ini.

"Mishel.." Ketukan pintu dengan suara Bagas terdengar bersamaan.

"Mishel.. kalo kamu gak mau makan itu, gimana kalau kita makan diluar saja?" Bagas mencoba menenangkanku.

"Tidak Gas, aku sudah tidak lapar" Kataku dari dalam kamar.

"Kalo lu gak mau makan, jangan nyusain orang lain dong. Syukur-syukur Bagas udah bikin makanan buat lu"

Suara itu... aku sangat kenal. Itu suara Yandra.

Terdengar dari balik pintu Bagas memarahi Yandra yang sudah berbicara seperti itu padaku.

Aku bergegas membuka pintu.

"Yandra?" Aku terkaget melihatnya

"Dibilang nama gue itu Aditya. Susah amat sih nginget nama orang" Bahasanya masih ketus.

"Oke oke.. jangan pada ribut" Bagas melerai.

"Mishel, aku kan janji sama kamu buat ngajak Aditya ke rumah atau jalan-jalan bareng kita. Sekarang aku tepatin janji aku. Jadi gimana kalo kita makan di luar saja?"

Aku hanya mengangguk dan tetap menatap Yandra.

"Oke, kita makan diluar sekarang" Bagas memantapkan ucapanya.

"Aku ijin dulu ke bapak sama ibu. Kalian berdua tunggu di Mobil ya" Bagas menambahkan.

Aku dan Yandra mengikuti perintahnya, kami berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Putih milik Bagas yang terparkir di luar rumah.