5 menit lagi suamiku pulang untuk makan siang,
"ahh... kenapa sih aku!" gerutu ku dalam hati menyesali lambannya diriku dalam bekerja...
"belum mateng ya?" tanya suamiku yg entah sejak kapan ada di depan pintu,
"ah iya Mas,5 menit lagi mateng kok,mas ambil wudhu dulu aja ya..."
"iya..." jawabnya singkat sambil berlalu,
fiiuuh...
akhirnya dikit lagi mateng,
"mas mau nasinya segini?" tanyaku,
"kurangi dikit dek,mas masih kenyang"
"tapi ini udah dikit banget kok mas,5 suap aja habis"
"iya kurangin dikit lagi",lanjut suamiku,
yah saya harus menurutinya dengan berat hati,
"kenyang habis makan apa Mas?" tanyaku karena penasaran,
"tadi ada yg bawa kue di kantor,jadi mas masih kenyang"
"Ooohh..." cuma itu kata yg bisa aku ucap,
lagi-lagi aku terbenam dalam berbagai kesimpulan yg aku bikin sendiri,
"kok gak makan sayurnya mas?"
"ini makan" jawabnya
"itu dikit doang,Adek tambahin dikit lagi ya?"
"gak usah dek" jawabnya singkat,
lagi-lagi aku hanya bisa terdiam,aku tau dia terpaksa memakan masakan ku,
andai saja aku bisa masak enak seenak masakan resto kesukaannya,atau seenak masakan ibu mertua, pasti hati ini puas melihat suami makan dengan lahapnya..
rasa sakit cipratan minyak dan luka wajan panas ini gak akan sia-sia,semua terobati bahkan hilang dengan sendirinya,
Tapi....
aah... lagi lagi ini salah ku, kenapa dulu aku selalu menolak untuk belajar masak
dan sekarang aku menyesali..
bisa apa aku??
"gak apa-apa,besok coba cari resep masakan lagi"
mencoba menghibur diri saat melihat sisa makanan yg seperti belum tersentuh,
yah... mungkin bisa dibilang masih utuh 🙂