Deru ombak menyapu tepian pantai menimbulkan suara gemersik air laut yg khas. Angin bertiup sendu menerpa pepohonan sekitar seakan bersiul. Seperti tidak ingin kalah bulan ikut bersinar terang, sayang... Cahaya indahnya tertutupi awan hitam, bintangpun ikut bersembunyi dibaliknya.
Apa-apa an ini? Alampun ikut menyakiti hatinya...
Seorang gadis berjalan gontai tanpa arah menyusuri tepi pantai. Terlihat kacau, sangat berantakan. Namun, tak menutupi keindahan aslinya. Siluet wajah lembut yang sulit dilupakan sebuah kecantikan oriental yang turut memperindah keharmonisan malam. Mata indah bulat coklat seakan memiliki seluruh galaksi dengan binaran bintang didalamnya, walaupun kini tampak sembab karna menangis tetap saja itu mata yang mampu menghipnotis siapa saja. Indah sekali!
Alexa terus berjalan menyusuri tepian pantai tanpa arah dengan tatapan kosong, dia terus menangis, sesekali berteriak dan meraung mengeluarkan semua emosi yang terpendam. Keadaannya begitu kacau memakai gaun putih tak berlengan berkerah V dibawah lutut, gaun yang sangat sederhana tapi sangat cocok dengan usianya. Berjalan tanpa alas kaki dengan masing-masing tangan memegang sepatu hak.
Saat itu sudah pukul 11.30 malam tanpa tahu harus kemana Alexa terus berjalan mencoba menenangkan diri dengan menikmati sensasi lembut kasarnya pasir dikakinya. Hingga merasakan sapuan lembut dingin menerpa kakinya, Alexa berhenti berjalan dan menyadari dia begitu dekat dengan laut.
Jika dia terus berjalan mungkinkah dia akan tenggelam?
Apa alam menegurnya agar tidak mati?
Alexa membalikkan badan menghadap kearah laut menatap kosong sejenak, menutup mata menarik napas sedalam-dalamnya lalu berteriak sekeras yang dia bisa. Membuka mata dia mulai berteriak dan menangis lagi.
"Aku benci padamu!" "Aku benci...aku benar-benar benci padamu..." berkali-kali dia berteriak hingga merasa cukup baik.
"Aku benci padamu! Aku benci kalian berdua! Aku benci semuanya...!" kemudian dia menangis dan terduduk lesu ditepi pantai, ombak terus dan terus menyapu kearahnya, kini gaunnya mulai basah.
"Aku benci diriku sendiri... Aku benci diriku karna aku mencintaimu! Aku benci diriku karna jatuh cinta padamu!" Air mata seperti hujan yang terus mengalir kepipinya. Membuka mata, Alexa melihat tangannya sendiri dengan sepatu hak, merasa terprovokasi dia mulai menatap tangannya sendiri dengan marah, ada kebencian mendalam terpancar dari matanya. Menghapus air mata dengan punggung tangannya Alexa mulai berdiri.
Alexa melangkah kedepan memasuki air laut hingga mencapai betisnya " aku tak butuh apapun yang berasal dari mu!" teriaknya bersamaan dengan melemparkan sepatu ditangan kanannya sekuat tenaga. Namun, sepatu itu hanya terlempar setengah meter darinya entah karna angin yang kuat atau kondisinya yang lemah karena mabuk. Merasa tidak puas Alexa mengerutkan alis dan bibirnya, berjalan kedepan meraih sepatu itu lagi.
Kini air laut telah mencapai lututnya tapi hal yang sama terus terjadi. Tanpa sadar Alexa terus berjalan kedepan dan air telah mencapai pinggangnya, saat ini alexa sedikit lebih puas karena salah satu sepatunya berhasil terlempar jauh.
Tapi,... Yang satunya masih dekat! Pikirnya. Merasa ketidakpuasan hadir lagi dia melangkah maju lebih jauh untuk meraih sepatu itu.
Tiba-tiba.... Alexa merasa kehilangan pijakannya bukanya mendapatkan sepatunya dia justru jatuh kedalam laut. Matanya kini tak bisa melihat apapun, semuanya buram, malam terlalu gelap, awan menutupi bulan hanya sedikit cahaya yg tersisa.
Apa itu berarti?
Baik terang atau gelap tidak bisa berenang ya.. Tidak bisa. Kau tetap akan tengelam!
Apakah ini akhir untuknya?
Apa dia akan mati seperti ini?
Tidak mau! Dia ingin hidup, dia ingin orang-orang m*n*f*k itu menderita dulu! Dia tidak boleh mati seperti ini!
Apa tuhan begitu kejam hingga tak memberinya kesempatan?
Alexa terus berjuang dan berjuang untuk hidup. Dia tidak boleh menyerah! Dia harus hidup! Cukup lama Alexa berjuang agar tak tenggelam terlalu dalam, namun... Kini kekuatannya mulai habis..
Ketika keputusasaan merayap di pikiran dan hatinya, Alexa berhenti berjuang. Alexa berpikir dia akan mati tapi dia tak mau mati... Terus berdebat dengan pemikiran sendiri Alexa hampir kehilangan kesadaran.
Saat Alexa benar - benar menyerah sebuah tangan besar memeluknya dari belakang. Melingkari pinggangnya, sentuhan itu terasa hangat dan nyaman.
Merasa tubuhnya ditarik dengan kekuatan yang lembut mendekati si pemilik tangan. Alexa berusaha mengenali orang tersebut, namun kesadaran nya mulai hilang sedikit demi sedikit.
Siapa kau?
Apa kau seseorang yang dikirim untuk menyelamatkanku?
Atau malaikat maut yang dikirim tuhan untukku?
Apa aku mati?
Aku benar - benar mati!
Berdebat dengan pemikiran sendiri, Alexa tak mampu lagi mempertahankan kesadarannya yang terakhir dan akhirnya benar - benar kehilangan kesadarannya.
Ternyata aku memang mati...