"Lo udah nikah?" tanyanya dengan raut yang berubah serius, aku mengernyitkan dahi dengan pertanyaan asalnya. Aku hanya menggeleng, tak ingin menjawabnya karena malas membahas pernikahan yang tak kunjung selesai-selesai.
"Nikah yuk?" Tanganku dengan cepat mengambil Koran yang berada di dekatnya dan langsung kugulung untuk menjadi pentungan memukul kepalanya.
Pletak
"Echa lo mau tangung jawab kalo gua geger otak?" protesesnya sembari mengelus kepalanya yang aku yakini tak membuatnya benjol atau pun sakit sama sekali. Aku memberi pelototan tajam ke arahnya. "Habisnya lo ngajakin nikah kayak ngajakin main karet tau gak?"
"Gak tau," jawabnya dengan memasang tampang polos.
"Ya Tuhan dosa apa gua ketemu lo di sini? dari sekian banyak negara, tempat, dan pulau kenapa gua harus ketemu lo sih di sini?" tanyaku geram sendiri dengan tingkahnya. Sebego apa dulu gue sampai bisa pacaran sama ni bocah.
"Lo mau tau gak kenapa?" tanyanya.