Mentari bersinar dengan cerahnya, ketika Ayu berjalan keluar dari halaman sekolah. Pandangannya berseri-seri penuh suka cita. Entah apa yang dibayangkan gadis itu.
Ketika anganya mulai melayang, ia dikagetkan dengan tepukan di pundaknya. Ia menoleh dengan wajah yang tampak memerah. Matanya membuka lebar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bibirnya bergetar, akan tersenyum tetapi ia merasa malu. Ia hanya diam membisu.
"Heee...." ucap Pras dengan senyum penuh memesona. Matanya menatap Ayu dengan penuh harapan dan sejuta makna. Dia Prasetya Agung Antara....cowok ngganteng yang sekampung dengan Ayu. Pras saat ini sudah menempuh pendidikan di Perguruan tinggi di kota Semarang. Sedangkan Ayu masih kelas dua SMA di kota kecil lereng gunung Merapi. Walaupun mereka tetangga, tetapi tidak pernah bertemu. Keduanya bertatap muka ketika acara pemilihan Kepala Desa. Pertama bertemu, Pras terus memandangnya tiada henti. Ayupun mencuri-curi pandang untuk menatap Pras yang terkenal tampan itu.
"Hai....Ayuuu....?" ucap Pras lagi, karena Ayu hanya bengong dengan ekspresi yang membingungkan.
"E.....e...e....ka....kamu Pras?" ucap Ayu sambil menunduk menyembunyikan rasa gugupnya.
Melihat tingkah Ayu itu, Pras menahan senyumnya. Ia semakin percaya diri kalau Ayu sedang tersipu. "Mau pulang?" kata singkat Pras, sambil terus memperhatikan Ayu yang tampak memainkan jari-jarinya. Pipi Ayu yang kuning langsat itu semakin tampak merah, sehingga tampak cantik dan semakin memesona. Bulu matanya yang lentik tampak bergerak-gerak menambah aura yang memikat hati pemuda yang memandangnya.
"I....i...iya" jawab Ayu singkat.
"Yuk, pulang bareng saja!"
"Mmmmm....ka...kamu mau pulang juga?" sahut Ayu dengan raut muka yang bingung.
"Iyalah....kalau tidak akan pulang, mana mungkin aku mengajakmu bareng!" kata Pras dengan tatapan penuh harap.
"Tapi...."
"Tapi apa, Ayu?"
"Emmmmm....bener tidak masalah kalau aku pulang bareng kamu?" kaya Ayu ragu-ragu. Ayu kuatir kalau ada yang salah sangka. Apalagi Ayu tahu, bila Pras sudah memiliki calon pasangan. Ayah dan ibunya ingin menjodohkan Pras dengan Tina yang masih ada hubungan saudara dengan keluarga Pras.
"Ayu....kita kan tetangga. Walapun kita jarang ketemu, apa salahnya kita pulang bersama-sama. Toh sejalan tujuan kita," jelas Pras sambil menarik pergelangan tangan Ayu melangkah menuju sepeda motor yang diparkir di bawah pohon jambu di jalan depan sekolah Ayu.
Ayu hanya menurut ajakan Pras. Ia tampak kebingungan dan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya.
Ayu merasa aneh dengan jantungnya yang berdebar-debar sejak pandangan pertama, bertemu dengan Pras. Ia tidak pernah merasakan ini semua sebelumnya.
"Ini...pake!" perintah Pras sambil menyerahkan helm ke tangan Ayu. Namun Ayu masih diam saja. Tangannya masih digenggam saja.
Dengan cepat Pras memakaikan helm di kepala Ayu. Rasa deg-degan Ayu makin terasa. Mulutnya seakan terkunci, tak sepatah katapun yang bisa terucapkan. Ia tunduk dan hanya mengikuti yang dilakukan Pras.
"Aku ini kenapa? Mengapa aku begitu tunduk dengan dia? Padahal aku tidak kenal dia, hanya dengar namanya saja. Baru sekali bertemu, mengapa ini bertemu lagi aku begitu gugup?" batin Ayu.
"Ayo naik!" kata Pras dengan lembut sambil memandangi Ayu yang mematung.
Ayu masih saja diam. Ia tidak segera beranjak. Maka Pras menarik tangan Ayu, agar segera naik di boncengannya. Ayu kaget dan langsung kakinya melangkah naik di atas motor. Setelah Pras menoleh dan melihat posisi duduk Ayu sudah benar, ia segera memasukkan gigi satu dan menarik pelan-pelan gas motornya. Sepeda motor itu segera melaju menuju ke kampung mereka.
Sepanjang perjalanan angan Ayu melayang-layang. Ada rasa lain yang sedang berbunga-bunga. Rasa yang tidak pernah ada sebelumnya. Rasa yang timbul setelah pandangan pertama dengan Pras. Ayu merasakan lain dari yang lain. Walapun Ayu tidak tahu apa yang dirasakan Pras, tapi dengan diajak pulang berboncengan dengan Pras, rasa indah itu merasuk dalam di hati Ayu. Ada sejuta harapan bagi Ayu....