"Nara, kamu yang menolong Iqbal kan?", tanya bu broto, Nara tersenyum menanggapi pertanyaan itu, "iya, kebetulan ada disana dan emang mau ke rumah sakit ini, jadi gak apa apa buk", dengan suara rendah agar Iqbal yang sedang membaca koran tidak mendengar. Tapi seketika itu juga ia sadar bahwa Iqbal tadi pura-pura sakit, jika benar kepalanya sakit maka ia tidak akan berani membaca koran. "ada apa Nara?", tanya bu broto melihat arah pandangNya.
"Sepertinya melihat kondisi anak ibu, dia sudah boleh pulang sore ini!",
"benarkah?, alhamdulillah kalau begitu, makasih ya Nara!", ucap bu broto tulus, dan Nara balas dengan senyumana dan berlalu pergi.
====
Bu broto masuk, dan mendekat pada putranya yang sedang membaca koran.
"kamu sudah merasa baikan?", selidik bu broto.
"masih sedikit pusing!",
"tapi kata dokter kamu sudah boleh pulang hari ini!",
"saya masih ingin tinggal beberapa hari lagi ma!", jelasnya tanpa melihat sang ibu yang duduk disampingnya.
"lho...lho...lho..bukannya kemaren kamu marah-marah ingin pulang segera", bu broto bingung ngelihat tingkah putranya yang aneh.
"ya kalau saya bilang saya belum mau pulang berarti saya merasa belum sehat!", mengabaikan sang ibu.
"baiklah, terserah kamu saja!", kesal dengan Iqbal, "kalau begitu mama mau pulang sebentar dan akan kembali nanti sore bersama ranti!", bu broto pergi dan Iqbal termenung 'jika memang dia yang menolongku kenapa dia tidak ingin diketahui', kemudian dia keluar dari kamar untuk mencari Nara, ntah apa yang merasukinya hingga dirinya yang cuek dan pendiam bertindak diluar kewajarannya.
Nara kembali menemui dr. Rangga
"maaf dok, saya sedikit terlambat!", beritahu Nara, namun sang dokter mengabaikannnya dengan melihat dokumen pasien ditangannya, lalu memberikan ke Nara, "cek pasien ini!".
Nara:"...",
Rangga : "kamu tidak mau?", tanyanya karna Nara tidak merespon.
Nara," baik dokter!", patuh
tersungging senyum dari bibir Rangga dan iapun pergi ke kantornya.
=====
Ketika nara akan beranjak dari tempat berdirinya, ia dihalangi oleh sosok uang tinggi dan tubuhnya wangi, Nara mengangkat kepalamya ke arah wajah orang yang cukup tinggi dihadapanya.
"maaf anda menghalangi jalan saya!", suaranya tegas dan acuh.
"kenapa kamu menolong saya ?", tanya Iqbal
"tidak butuh alasan, untuk membantu sesama manusia!", jawab Nara.
"kenapa kamu tidak menunggu saya siuman baru kamu pergi, setidaknya jika ingin menolong jangan setengah-setengah?", iqbal sedikit emosi.
"saya sudah menghubungi keluarga anda, tidak ada hak atau kewajiban saya untuk menunggu anda siuman, baru saya pergi",
"Tapi setidaknya beri saya waktu untuk mengucapkan terima kasih", Suara iqbal sangat lembut mengucapkan kalimat barusan.
Nara tersenyum sambil berkata, "terima kasih kembali, dan anda bisa pulang sore ini juga".
Iqbal : "_"
"saya permisi dulu, masih ada pasien yang harus saya cek dulu", Nara berlalu dari hadapab Iqbal yang mengepalkan tangannya dengan kencang, ntah emosi apa yang sekarang ia tahan.