Selesai sarapan pagi mereka berdua sudah berpindah ruang, mereka sudah berada di teras depan dengan Armand yang terus mengusap perutnya yang terasa sangat penuh. Arvita yang ada di sampingnya seringkali menertawakan Armand.
"Mangkanya... kalau kamu nggak sanggup bilang saja, nggak usah sok sanggup tapi kenyataannya... lihat tuh napas aja kayaknya kamu susah banget." Cibir Arvita masih saja ia tertawa kecil.
"Tapi kamu sendiri lihat kan, bagaimana kedua orangtua kamu. Tidak sopan bukan, kalau aku menolak." Jawab Armand berusaha untuk membela diri.
"Iya aku paham, tapi tadi kamu lahap juga ya makannya. Buktinya kamu sampai habis lagi makan jengkol balado buatan enyak." Ucap Arvita tidak percaya kalau kekasihnya akan suka jengkol.
"Jengkol? Yang mana? Yang aku makan itu ayam, sayuran, tahu, kemudian kentang." Armand sedang berusaha mengingatbaoa yang dia makan, "apa itu jengkol?" Tanyanya jujur.
