Arvita semakin kesal, rasa penasarannya masih terus membayangi benaknya saat itu. Terus saja ia berlari, dan tidak berniat untuk mengurangi kecepatannya. Sapunya sudah tidak ia bawa lagi, entah dimana Arvita meninggalkannya. Karena ia hanya mengingat, kalau dia sempat melempar sapu terbang tersebut dengan asal, pada saat pengejaran berlangsung.
Si Penguntit mulai kewalahan, napasnya mulai terasa sesak. Mungkin saja jantung dan paru-parunya akan meledak, karena sudah sedari tadi ia berlari tanpa berhenti. Merasa lelah, akhirnya ia pun menghentikan larinya sejenak, tubuhnya sedikit membungkuk dengan kedua tangan yang memegangi kedua lututnya.
Salah satu tangan si Penguntit , ia rentangkan kearah samping tubuhnya. Menyodorkan telapak tangan kanan, agar Arvita terhenti dan tidak mendekatinya.
Anehnya Arvita memang terhenti, dan dia memandang heran pada si penguntit tersebut. "Wahh... udah cape nih ceritanya?" Tanya Arvita, dengan seringai puas.