Steve masih berdiri diantara mereka berdua, melihat adengan dua orang didepannya seperti halnya seorang pasangan yang sedang bermesraan, meskipun Kenyataannya justru sebaliknya Yohan seperti kucing dan anjing yang suka bertengkar bahkan untuk hal-hal kecil.
Ya tuhan... kasihanilah aku yang masih sendiri ini, bos bisa disensor sedikit tidak? kemesraan kalian dihadapan aku hik..hik..pikiran Steve, semakin mengenaskan harus menyaksikan atasannya sedang bermesraan di hadapannya.
Tiara duduk dikursi dekat dengan sang Presdir, entah mengapa ia menurut saja saat Yohan dan orang-orangnya membawanya ketempat itu. " Kau! Kau laki-laki mesum dan brengsek!" bisik Tiara kepada laki-laki yang akan ia nikahi itu.
"Hmm" Yohan cuma tersenyum "Kelinci kecil... Sebaiknya kau segera tanda tangani berkas ini segera, atau aku akan melakukannya disini." ancam laki-laki itu, yang berbalik meniupkan nafasnya dan berbisik kepada wanita cantik yang baru saja ia bawa lari dari aula pernikahannya.
"Kau! Kau benar-benar gila!" mendorong sang Presdir secara reflek menjauh dari tubuhnya. Wajahnya memerah malu, tetapi hatinya juga sangat jengkel. Ingin sekali ia memukul laki-laki mesum di depannya itu, tetapi pada kenyataannya hanya laki-laki didepannya sekarang ini saja, yang bisa membantunya.
" Cepat!" Bentaknya dengan menyodorkan kertas berkas pernikahan yang tertulis namanya dan wanita cantik di depanya. Tiara hanya bisa menurut saja, ia tidak punya pilihan lain selain menikah dengannya. Ia mengambil kertas yang ada didepannya dan membacanya.
" Bagus! Setelah ini aku akan membantumu membalas semua kejahatan mereka kepadamu" ucap sang presdir sembari meraih pinggang Tiara dan merapatkan tubuhnya.
" Kau! Lepaskan aku!" Tiara meronta, ingin melepaskan diri. Tiara seperti nya memang sudah tidak ada pilihan lain, ia tidak mungkin kembali lagi ke rumah keluarga Jiang. Jika dia kembali sama saja menyerahkan nasib lagi kepada mereka.
Aku harus membalas mereka orang-orang yang telah membuat aku menderita seperti ini, Tara tunggu pembalasanku, gumamnya dalam hati. Ia kemudian menanda tangani berkas yang ada di tangannya, begitu juga sang presdir.
" Bagus, anak baik" ucap Yohan kepada Tiara, kemudian ia menyerahkan berkas yang telah mereka tanda tangani kepada asisten Steve.
Asisten Steve menerimanya, dan tetap berdiri di dekat sang presdir dan Tiara.
Yohan berdiri dari tempat duduknya" Steve kami pulang dulu, kamu urus semuanya" ia memerintahkan asisten Steve untuk mengurus berkas pernikahan miliknya.
"Baik Presdir" jawab Steve.
Yohan menarik Tiara berdiri dari posisi duduknya dan mengajaknya keluar dari kantor catatan sipil itu, kedua berjalan keluar bersama. Sesampainya diparkiran mobil Yohan meminta Tiara untuk segera masuk kedalam mobilnya, dan keduanya pergi dari tempat itu. Asisten Steve tetap tinggal di catatan sipil untuk mengurus administrasi mereka, sampai berkas itu selesai.
....
Sang presdir membawa istri barunya itu pulang ke villa pribadinya, "Wow" Tiara benar-benar kagum dengan keindahan dan kemewahan tempat tinggal suaminya ini. Bahkan tempat itu jauh lebih besar dan lebih indah dari rumah keluarganya, tetapi sayang sekali kediaman sebesar dan semewah ini yang menempati adalah laki-laki dingin dan kejam di sampingnya.
" Turun! Kau lihat apa? Jangan sampai air liurmu menetes di mobilku" membuka pintu mobil sambil sesekali melirik ke arah Tiara, ia memang suka sekali menggoda wanita cantik yang mudah emosian itu. Seru dan lucu mungkin baginya, seperti tantangan menaklukkan seekor singa betina.
" Kau!" mengacungkan jari telunjuknya kearah sang presdir" Kau pikir aku anjing yang yang membuang liur sembarangan" Mengerutkan dahi dengan wajah cemberut.
" Hmm! Kau sendiri yang bilang bukan aku" berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Tiara di belakangnya, yang masih enggan untuk memasuki rumah. " Apa kau ingin tidur diluar? Kenapa masih bengong? Cepat masuk!"
Tap tap tap ...Tiara mempercepat jalannya untuk mengikuti Sanga Presdir masuk kedalam rumah. sebenarnya masuk kerumah Yohan setelah keluar dari rumah keluarga besar Jiang, ibarat keluar dari sarang singa masuk ke mulut buaya. "Hemm...tak apalah yang penting bukan buaya darat saja" Gumamnya.
Sesampainya di dalam rumah, Yohan menunjukkan dimana letak kamar mereka berdua" Kamar pengantin?" pikirnya. Apa dia sudah gila. Kita hanya menikah kesepakatan saja, kenapa harus tidur sekamar. Tidak ini gila! aku tidak akan mau sekamar dengan dia, Gumamnya dalam hati.
" Kau harus tidur disini, jangan berpikir macam-macam" celetuk sang presdir.
-