Tara masih berdiri sambil tersenyum melihat laki-laki sombong yang selalu mengerjainya habis-habisan di kota J itu sekarang jatuh lunglai di lantai tak berdaya. Senyuman di sudut bibirnya itu seolah menegaskan sebuah kepuasan yang di perolehannya. Tidak hanya Han Rui yang mengalami kekalahan kali ini, tetapi juga papanya. Dua orang angkuh dan merasa paling berkuasa di kehidupan Tara itu, sekarang terlihat lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Tara berjalan mendekati hanrui yang masih duduk bersandarkan dinding sambil mengatur nafasnya yang menderu dan terengah-engah. Matanya terpejam, tubuhnya terasa sedikit lelah dengan keringat menetes deras mengalir di leher jenjangnya. Begitu seksi, tetapi sayangnya itu bukan keringat yang di hasilkan dari sebuah olahraga. Tetapi keringat dingin karena rasanya tulangnya yang terluka itu seakan retak kembali.