Aku bisa merasakan kegeraman dalam diri kak Arya. Dia menjawab panggilan telpon itu tanpa berpikir panjang dan tak mungkin bisa dihentikan walau ku tahu tindakannya ini akan sia-sia saja. Jordan si pengecut akan langsung mematikan panggilan bila kak Arya yang berbicara langsung dengannya.
"Ada perlu apa kamu sama istri saya?"
"Bukan Dwina ya? Itu kurang asik." Ternyata benar, telpon dimatikan sepihak dan tidak akan bisa kembali tesambung.
"Sialan!" kak Arya hampir meremukan ponselku dalam satu genggaman kuat. Sedangkan aku tetap terdiam, jika sampai salah bicara itu akan memperkeruh keadaan. Emosinya benar-benar meledak, bahkan wajahnya merah padam sulit terelakkan. Padahal dari awal aku tidak ingin kejadian ini sampai membuatnya begini.