Mata elangnya menatap nyalang pemandangan mengerikan di depannya. Mayat-mayat tergeletak di tanah dengan darah berceceran. Panah dan pedang menjadi hiasan tubuh mayat tersebut. Bau amis yang menyengat tidak menghentikan pemuda itu untuk mencari tanda-tanda kehidupan.
Nihil. Lembah yang tadinya hijau dengan pepohonan yang lebat kini menjadi sebuah tempat gersang dengan mayat dan darah berceceran. Sebuah asap hitam tiba-tiba muncul, dan di detik berikutnya asap itu menghilang berganti dengan seorang pemuda berambut pirang.
Pemuda itu membungkukkan tubuhnya. "Ellery sudah tiba, Yang Mulia." Wajah pucatnya terlihat menyunggingkan senyum tipis yang lebih tampak seperti seringaian daripada sebuah senyuman.
"Aku akan segera datang." Pemuda berambut pirang itu mengangguk pelan. Ia kemudian menghilang bersama asap hitam yang entah dari mana datangnya. Setelah puas mengamati sekitar, pemuda dengan mata tajam itu tiba-tiba menghilang. Menyisakan butiran salju dari tempatnya menghilang.
Pemuda itu kini berada di sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Matanya kemudian beralih menatap seorang wanita berambut putih yang memakai pakaian serba putih. Wanita itu menggenggam sebuah bola kristal yang terlihat memancarkan cahaya berwarna kuning keemasan.
"Dia telah lahir," ujar wanita itu seraya mengusap bola kristal tersebut. Cahaya kuning keemasan itu perlahan menghilang dan berganti dengan penampakan seorang bayi perempuan yang berada di gendongan sosok pria berambut pirang.
"Di mana?" tanya pemuda itu tanpa basa-basi. Wajahnya tetap terlihat datar, tetapi jauh di lubuk hatinya ia diam-diam merasa tenang dengan lahirnya sang Penyelamat yang akan membawa Negeri Dongeng kembali damai dan seimbang.
Wanita itu terlihat tengah mengusap pelan permukaan bola kristal tersebut. Dia tersenyum kecil lalu mendongak menatap sang Pangeran yang masih setia berdiri dengan wajah datarnya.
"Bumi."
ooOoo