Begitu An Yan mendengar kata-kata ini, matanya berkedip samar di atas warna yang dalam.
Dia tidak mengatakan apapun, hanya diam mendengarkan.
Mungkin karena tidak ada jawaban di seberang, intuisi Su Xun mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia hanya ingin mengatakan sesuatu yang lebih mendesak. Namun, ketika dia mendapati suara napas terdengar di ujung telepon, kata-kata Su Xun tiba-tiba berhenti.
Suaranya seolah tercekat di tenggorokan.
Saat ini, Su Xun sedang berdiri di depan pintu sebuah vila tempat Ye Zi tinggal. Sebuah mobil diparkir, tetapi dia menunggu di luar dengan payung di tangan. Tepat saat itu, dia mendengarkan dengan seksama suara napas di sana. Seketika, sekujur tubuhnya serasa membeku.
Karena usara napas itu bukan milik Ye Zi.