Su Li adalah bintang film internasional yang sedang naik daun di dunia perfilman internasional.
Ia tumbuh di luar negeri sejak kecil, ayahnya adalah seorang superstar tingkat internasional. Ia mewarisi gen terbaik ayahnya sejak kecil, ketenarannya jauh melebihi ayahnya dan tumbuh lebih hebat dari ayahnya. Su Li hanya tiga tahun lebih tua dari Sang Xia tetapi ia telah sangat populer di seluruh dunia.
Untuk audisi skala besar di Tiongkok, statusnya akan berbeda dengan tamu undangan pada umumnya.
Jadi kehadirannya ini cukup untuk menaikkan citra para penyelenggara.
"Sang Xia, aku beri tahu satu hal. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak berguna. Berikan saja yang terbaik dalam kompetisi ini, mengerti?"
Su Li mengangkat alisnya.
Su Li tahu apa yang dipikirkan Sang Xia.
Karena aktivitas identitas lain yang mereka lakukan bersama, mereka menjadi teman dekat dari dunia jaringan virtual. Sang Xia juga tahu sejak lama bahwa seorang peretas misterius seperti Su Li bisa menjadi bintang film terkenal di dunia.
Meskipun dalam posisi tertentu mereka memiliki banyak perbedaan, tetapi perasaan mereka tidak banyak berbeda.
Hanya saja, setelah banyak peristiwa yang terjadi pada Sang Xia, tidak peduli kesulitan apapun yang dihadapi oleh dirinya, sama sekali tidak ada dorongan dari dalam hati Sang Xia untuk menghubungi Su Li terlebih dahulu.
Karena ada terlalu banyak kekacauan yang terjadi, Sang Xia menghargai tidak ingin terlalu melibatkan Su Li.
Awalnya Su Li tidak berpikir begitu, tetapi kemudian ia mengerti.
Tetapi hanya dalam beberapa hal ia tidak akan terlalu ikut campur.
Ia telah berada di lingkaran hiburan sejak ia masih kecil. Ia memahami betul hal-hal yang dirasakan Sang Xia selagi ia berada di lingkaran dunia hiburan.
Sang Xia mendengarkan kata-kata Su Li sambil menatap langit malam yang gelap dengan pandangan yang rumit, "..."
Akhirnya, ia menundukkan kepalanya dan bergumam ringan.
Sang Xia tidak ingin mengatakan bahwa ia sempat merasa malu.
Bukan karena ada kejadian apa-apa, tapi karena apapun yang terjadi pada Sang Xia, Su Li masih saja bersikap baik padanya.
Di masa-masa suramnya, ia masih mencoba untuk menghubungi Sang Xia.
Hidup dalam lingkaran masyarakat ini tidaklah mudah. Jika ingin sukses tetapi tidak memiliki mimpi, hanya memiliki sedikit kemampuan, ingin semua berjalan lancar tanpa halangan besar, itu hanya angan-angan semata.
Ia tidak bodoh, ia tidak akan memperdulikan gertakan apapun.
Kedatangan Su Li, hubungan sosialnya, dan kekuatannya akan membawa keuntungan besar baginya.
Ia ... tidak ingin menjadi orang baik.
Ia hanya ingin sukses, hanya ingin membalas dendam, hanya ingin menginjak-injak orang yang telah melukai ibu dan adik laki-lakinya, tanpa ampun!
Ia tidak peduli apakah ia akan mencapai kebahagiaan atau pergi ke neraka.
Ia hanya ingin balas dendam!
**
Hari berikutnya.
Sang Xia keluar mengenakan jaket hitam, celana jeans ketat sambil membawa sebuah gitar.
Rambutnya diikat rapi. Ketika angin dingin datang, ia merapatkan jaketnya dan pergi ke lokasi audisi dengan menggunakan kereta bawah tanah. Penyanyi itu seharusnya melindungi suaranya tetapi tadi malam para bajingan itu justru memaksanya untuk minum.
Ia merasa suaranya serak dan tidak nyaman.
Tenggorokan Sang Xia masih terasa panas terbakar.
Tetapi ia berharap semuanya berjalan baik hari ini.
Saat Sang Xia mengikuti audisi ini, ia masih khawatir kalau saja Sang Zhirou akan menghantui dirinya. Meskipun sekarang ia sudah menjadi bintang yang sedang naik daun di dunia musik, Sang Xia tetap khawatir Sang Zhirou masih akan menyabotasenya lagi.
Jadi ia menggunakan nama Inggrisnya untuk audisi, dan sekarang itu juga menjadi nama panggungnya, Joy.
Tidak ada yang akan mengenalnya di sini.
Saat ini di kereta bawah tanah.
Seorang laki-laki asing berumur setengah baya duduk di kereta bawah tanah. Penampilannya sedikit berantakan, berjanggut, dengan rambut setengah panjang dan mata biru tua. Saat melihat seorang gadis bersandar di pintu kereta bawah tanah, ia sedikit terpana.
Gadis itu tinggi, langsing, dan dengan mata yang indah dan sipit terlihat sangat menawan.
Tetapi auranya sangat dingin.
Gadis yang mengenakan gelang itu sedang memegang tenggorokan. Ia nampak sangat tidak nyaman. Kelopak matanya sedikit terkulai, alisnya sedikit mengerut, dan ia membawa gitar di bahunya. Ketika kereta sedikit bergetar, tubuhnya tersandung dan hampir rubuh. Tetapi alih-alih menstabilkan dirinya sendiri, ia justru melindungi gitarnya terlebih dahulu.
Akhirnya, ketika ia sudah merasa baik-baik saja, ia hanya bernafas lega.
Melihat ini, pria asing setengah baya itu mengangkat alisnya…...