Wajahnya tampan, hidungnya juga mancung, dan matanya berbinar.
Tanpa sadar aku menatapnya untuk waktu yang lama.
Tiba-tiba Shang Liqi mengulurkan tangannya dan menggoyangkan lenganku. Saat itu aku baru tersadar.
Shang Liqi tersenyum dan berkata, "Kamu bukan terkesima karena ketampananku, kan?"
"Hih!" aku memalingkan pandanganku kemudian berkata, "Suamiku ada di rumah, mana mungkin aku terkesima dengan ketampananmu."
"Oh ya? Tadi kamu terpana melihatku dan bahkan sepertinya air liurmu menetes."
"Tidak."
"Wah! Kamu semakin tidak tahu malu…" kata Shang Liqi.
Shang Liqi selalu saja seperti itu tapi berkat itu suasana menjadi lebih santai dan tidak secanggung sebelumnya.
Tanpa sadar kami sudah berjalan memasuki gedung sekolah.
Shang Liqi kemudian mengeluarkan 2 senter dari tas ranselnya kemudian memberikan 1 senter kepadaku dan berkata, "Bawa ini."
Aku menerima senter itu.