Beberapa hari setelah kematian Xu Zixi, aku selalu bermimpi buruk, setidaknya aku akan terbangun satu kali di malam hari. Dalam mimpiku, Xu Zixi selalu tiba-tiba muncul di hadapanku. Ketika aku bermimpi sedang berjalan ke kamar mandi, saat aku sedang makan, saat pelajaran hingga saat aku bermimpi sedang tidur. Dia akan muncul tiba-tiba dan menatapku tanpa berbicara apapun.
Biasanya kak Yang Qin akan datang menemuiku saat aku mengalami mimpi buruk, namun sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya sama sekali.
Aku baru menyadari, selama kak Yang Qin ada di sisiku, aku tidak pernah merasakan hantu-hantu berkeliaran dan dapat tidur dengan nyenyak. Tapi saat dia tidak ada aku selalu bermimpi buruk.
Aku berharap kak Yang Qin akan segera datang mencariku, jika memungkinkan, aku ingin dia selalu bersamaku.
Aku mengenakan cincin perak pemberian kak Yang Qin, sehingga Xu Zixi tidak akan bisa merasukiku. Lagi pula aku tidak akan melepaskan penutup mataku, jadi dia hanya bisa menggangguku dalam mimpi.
Tapi walaupun begitu, aku merasa sangat lelah.
Pada jam istirahat hari ini aku tidak bersemangat untuk pergi ke kantin sekolah, aku tidak memiliki tenaga untuk berjalan lagi.
Aku hanya membeli sepotong roti dan susu, kemudian berjalan dengan pelan melewati jalan kecil di belakang sekolah. Aku duduk di sebuah bangku panjang dan makan seorang diri dengan tenang.
Setelah selesai makan aku membuang bungkus roti dan susu ke dalam tempat sampah, dan kembali ke bangku panjang dan berbaring sebentar.
Ini sudah bulan Oktober.
Udara perlahan berubah menjadi dingin. Walaupun masih siang hari, tapi aku dapat merasakan suasana di sekitarku menjadi agak menyeramkan.
Sinar matahari tidak terasa begitu terik karena terhalang oleh dua pohon besar. Sinar matahari yang bersinar melalui celah dedaunan membuat tubuhku terasa hangat.
Jika aku tidur siang sebentar Xu Zixi tidak akan menggunakan kesempatan ini untuk menakutiku kan?
Akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena Xu Zixi selalu muncul tiba-tiba dalam mimpiku dan menakutiku, aku merasa semakin hari tubuhku menjadi semakin lemah. Bahkan lingkaran hitam di mataku terlihat sangat jelas seperti seekor panda. Itu menyebabkan aku sering ketiduran saat jam pelajaran hingga para guru sudah beberapa kali memperingatkanku.
Aku menutup mataku dan merasakan angin yang berhembus dan hangatnya matahari, dalam sekejap aku langsung mengantuk.
"Ratu, ratu…"
Aku tidak tahu siapa yang berbicara hingga membuatku membuka mataku. Aku kira itu hanya hantu biasa yang ingin mencari masalah. Kemudian aku melihat itu ternyata adalah Lu Xi, aku dapat melihat wajahnya yang putih dan dingin sedang menatapku.
"Ratu, anda sudah bangun."
Ratu…
Mengapa dia memanggilku seperti itu?
Aku menegakkan tubuhku untuk duduk kemudian Lu Xi duduk di sebelahku.
Dia mengenakan pakaian serba hitam. Selain membawa pisaunya yang berwarna perak, di punggung belakangnya, ia terlihat membawa pedang yang berat.
"Ratu, kita pernah bertemu sebelumnya tapi aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Lu Xi, aku adalah pengikut raja. Kedatanganku kemari untuk…"
Lu Xi mengatakannya dengan nada serius sehingga membuatku bertanya, "Tunggu.. tunggu.. Ratu?"
Dia menatapku ke arahku dengan sorot mata yang dingin, lebih dingin daripada sorot mata kak Yang Qin. Wajahnya tidak memiliki ekspresi apapun.
"Tentu saja anda adalah ratu."
"Kenapa kau memanggilku ratu?"
"Anda adalah istri raja kami, tentu kami memanggil anda ratu."
"..."
Logika dari mana itu!
"Ratu, apakah anda tidak menyukai panggilan anda?" Tanya Lu Xi dengan nada berhati-hati.
Aku menganggukkan kepalaku dan berkata, "Bukan saja aku tidak menyukainya, tapi sangat tidak menyukainya. Panggil saja aku Sixi."
Walaupun namaku terdengar biasa saja tapi aku menyukainya. Mendengar namaku disebut, mengingatkan aku dengan keberuntungan dan hal-hal yang baik.
Aku tidak nyaman dengan panggilan ratu yang jika diucapkan mirip dengan kata lain yang memiliki arti yang buruk.
"Aku tidak bisa memanggil anda dengan nama anda. Hal itu akan membuat raja tidak senang."
"Aku bilang boleh berarti boleh. Jangan pernah memanggilku ratu, jika kamu masih tidak berani memanggil namaku panggil aku… panggil saja aku Ji. Iya, Ji."
Aku merasa "Ji" jauh lebih baik dari pada "Ratu", guru-guru terkadang juga memanggilku seperti itu.
Lu Xi melihat ke arahku dan mempertimbangkan permintaanku, setelah beberapa lama akhirnya dia mengiyakan permintaanku dan memanggilku dengan panggilan 'Ji'.
Kemudian aku bertanya kepadanya, "Kamu datang untuk mencariku?"
"Iya."
Setelah memperdebatkan soal nama panggilanku, akhirnya kami berbicara mengenai alasan utama kedatangan Lu Xi.
"Dimana kakak?"
Dia terdiam dan berpikir untuk beberapa saat. Setelah Ia memahami 'kakak' yang kumaksud adalah rajanya, dia menjawab, "Dia sedang berada di Dunia Iblis."
"Kenapa dia tidak datang sendiri untuk mencariku? Bilang kepadanya untuk mencariku sendiri."
Aku berharap kak Yang Qin dapat berada di sisiku, walaupun aku harus kesempitan di atas kasur. Dengan keberadaannya, Xu Zixi tidak akan berani mendekatiku.
Aku melihat ke arah Lu Xi, tapi bukannya menjawab pertanyaanku dia malah berbalik bertanya kepadaku, "Ji sudah tidak marah lagi dengan raja?"
"Marah?"
"Raja mengira…" Dia berhenti sejenak kemudian kembali melanjutkan kalimatnya, "Raja mengira Ji marah kepadanya dan anda tidak menyukainya lagi. Jadi raja memutuskan beberapa hari ini dia tidak datang untuk menemui anda dahulu."
Dari mana pemikiran ini?
Mana mungkin aku tidak menyukainya? Aku bahkan ingin dia selalu berada di sisiku, bagaimana dia bisa mendapatkan pemikiran seperti itu?
"Tidak, sama sekali tidak!"
Aku bersumpah atas nama dewa.
Lu Xi melihaku dan akhirnya berkata, "Aku takut raja tidak bisa datang menemui anda."
Aku menjawab dengan nada kecewa, "Mengapa?"
"Raja sedang marah dengan dirinya sendiri."
"Apa yang terjadi?"
Lu Xi bangkit berdiri. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan bahu yang lebar. Lu Xi berdiri dengan tegap dan terlihat ekspresi serius di wajahnya.
"Raja telah menunggu anda tumbuh dewasa sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi pertumbuhan anda sangat lambat. Raja tidak bisa menunggu lagi."
"..."
Hah?!
Apa hanya itu yang ada di dalam pikiran kak Yang Qin?!
Aku teringat malam kematian Xu Zixi, saat itu kak Yang Qin sedang berbaring di kasurku dan tangannya memegang tubuhku. Saat itu aku terkejut dan langsung melepaskan tangannya, jangan-jangan karena itu dia mengira aku tidak menyukainya?
Kak Yang Qin, kamu sungguh lucu.
Aku tidak tahan untuk tidak tertawa.
Lu Xi memandang ke arahku, melihat aku tertawa seperti orang bodoh. Aku berhenti tertawa dan berkata "Katakan pada kak Yang Qin, aku tidak marah kepadanya. Aku sangat sangat, sangat menyukainya dan ingin dia sering datang menemaniku di sini."
Agar kak Yang Qin segera datang mencariku aku dengan sengaja mengulang kata 'Sangat' beberapa kali.
"Aku paham, aku akan menyampaikan pesan anda kepada raja."
Saat dia akan pergi aku menahannya dan bertanya, "Apakah kak Yang Qin dapat menangani hantu yang kesepian?"
Lu Xi menaikkan alisnya dan dengan dingin berkata: "Bukan tidak bisa, tapi tidak mau."
"Kenapa?"
"Sederhananya, raja tidak suka mencampuri urusan orang lain. Hantu kesepian itu merupakan tanggung jawab raja Yan, dan raja tidak memiliki hubungan yang baik dengan raja Yan."
"Jadi di dunia maut ada 2 raja yang bertanggung jawab atas seluruh hantu?" Semakin memikirkannya aku semakin merasa konyol.
Lu Xi menjawab dengan tegas: "Bukan! Raja Yan bertanggung jawab atas dunia kegelapan, sedangkan raja kami bertanggung jawab atas dunia roh. Dunia kegelapan dan dunia roh adalah dua tempat yang berbeda."