Di atas gunung Taihang, di tengah hutan belantara yang jauh dari pemukiman manusia, Liang Yixuan tengah berlari dengan tertatih-tatih sembari menyeret satu kakinya yang lumpuh. Tubuhnya dipenuhi dengan lumpur, seperti baru merangkak keluar dari rawa-rawa. Saat itu tidak tampak lagi sosok Liang Yixuan yang lemah-lembut, ia terus berlari kedepan dengan terhuyung-huyung.
Melihat keadaannya yang seperti ini, Liang Yixuan tampak sedang berada dalam bahaya besar!
Pakaiannya pun compang-camping tidak beraturan dan di tubuhnya banyak bekas luka memar kecil. Nyatanya saat ini keadaannya benar-benar tragis, setiap kali kakinya melangkah, kaki itu meninggalkan jejak-jejak darah di tanah.
Darah itu mengalir turun dari punggungnya, dari luka bekas cakar yang sangat dalam hingga menampakkan tulangnya, darah dan dagingnya tampak terbuka lebar. Meski demikian, ia menahan sakit yang teramat sakit hingga tubuhnya terasa perih menggigil seakan diterpa badai musim salju.