Dong Huiying tenggelam dalam ingatan. Dalam pikirannya, ia melihat dirinya sendiri terbaring diatas kangtou. Tubuh ini, Dong Dabao baru saja membuka mata. Dia mendengar ada suara dari luar ruangannya. Ia duduk dengan marah kemudian menjambak rambutnya dan menguapkan. Seperti seekor sapi gila, ia buru-buru menuju dapur dengan membawa api penerangan.
Saat itu, ada sebuah wajan besi besar yang berwarna hitam di atas kompor. Air dalam wajan itu dipanaskan hingga menguap dari panci. Di sebelahnya ada Liang Yixuan yang sedang memotong beberapa sayuran. Pria ini melihat Dong Dabao. Aneh, tiba-tiba kemarahan Dong Dabao meledak kepada Liang Yixuan.
"Dasar jalang!"
Dong Huiying melihat 'dirinya' berkata dengan kasar, "Sudah tengah malam tapi tidak tidur. Kau malah bangun dan memotong sayuran! Kau kira aku tuli? Kau begitu ribut hingga membuatku tak bisa tidur!"
Sambil memarahi Liang Yixuan, ia menendang kaki pria itu dengan keras.
Liang Yixuan sekejap bergidik, bahunya langsung tersandar pada lemari di dapur. Wajahnya berubah pucat dan tertunduk, "Sang Istri, maaf kau marah karena akulah yang tidak baik. Namun, Ibuku sakit dan ia tidak makan sepanjang hari. Jadi aku pikir perlu memasak sesuatu untuknya."
"Pikir, pikir, pikir! Kau selalu memikirkan ibumu!" Dong Dabao dengan cepat maju dan menghantam wajah Liang Yixuan. Kini, ia menjadi lebih marah, merasa jengkel dan tiba-tiba melayangkan tinju lanjutan ke badan Liang Yixuan.
Liang Yixuan mendengus menahan sakit. Pada saat yang sama, ada seseorang yang pergi ke dapur. Dong Dabao tak melihat wajah orang itu, ia hanya tahu bahwa ada seseorang berusaha menariknya dan mencegahnya melakukan kekejaman terhadap Liang Yixuan. Ini membuatnya makin marah.
"Terkutuk kau!" Teriaknya kepada Liang Yixuan.
Dong Huiying mengambil sekop dan melayangkan benda itu ke tubuh Liang Yixuan. Semua anak dalam keluarga Liang terbangun. Dong Dabao memukulkan benda yang ada ditangannya itu kepada Liang Yixuan. Hal itu membuat Liang Yixuan tampak sangat sedih.
Tidak berapa lama terdengar bunyi 'krak' pada kaki Liang Yixuan. Bunyi itu menandakan kakinya telah patah akibat pukulan bertubi-tubi Dong Dabao. Darah segar membasahi celananya, ia pun merintih menahan sakit.
Dong Dabao menghentikan perbuatannya dan amarah itu akhirnya mereda. Ia memadamkan api kompor dan kembali memarahi Yixuan dengan kata-kata kasar. Selesai menghinanya, ia pun membanting pintu dengan keras. Beberapa menit kemudian, terdengar suara dengkuran yang keras.
****
Dong Huiying menekan pelipisnya dengan keras. Mungkin ini adalah ingatan Dong Dabao yang tertinggal dalam dirinya. Sudut mulutnya bergerak-gerak seakan tidak percaya pada ingatannya ini.
Saat memandang Liang Yuening di hadapannya, kemudian kembali kepada Liang Yixuan di halaman. Ia menyadari bahwa tubuhnya telah mematahkan kaki Liang Yixuan, dalam benaknya ia berkata "Oh, tidak! Dong Dabao lah yang mematahkannya! Selain itu, karena Dong Dabao, ia dijauhi karena kondisinya yang cacat!" Pikir Dong Huiying.
Seraya mendengar suara angin mendesir. Zhou Dachun kembali melihat Dong Huiying. Ia mencegah para petarungnya untuk mengeksekusi Dong Huiying dan Liang Yuening.
Sudut bibir Dong Huiying seketika membeku. Zhou Dachun menggertakkan gigi dan berkata, "Dong Dabao, kulihat nyalimu sungguh besar hingga membuat anak buahku ingin menghadapimu."
Perasaan Dong Huiying menjadi buruk. Ia mulai mengenang kehidupan sebelumnya. Dalam kenangannya, kedua orangtuanya meninggal saat ia masih kecil. Sebagai gantinya ia dibesarkan oleh keluarga pamannya.
Pamannya adalah seorang tentara. Ia telah bersama pamannya sejak kecil dan telah belajar banyak hal darinya. Sayang sekali, setelah pamannya meninggal, ia menjadi orang yang sangat kesepian.
Bahkan sebelum dirinya mati, Dong Huiying diwariskan banyak hal. Tidak hanya seni bela diri seperti tinju dan judo yang telah dipelajarinya sejak kecil, tapi juga kekuatan ajaib yang mampu meningkatkan persentase kemenangannya. Meskipun Zhou Dachun unggul dalam jumlah, hanya dalam sekali pukul saja mereka pasti ketakutan.
Ia menatap Zhou Dachun dengan pandangan menyeramkan. Setidaknya pandangannya ini membuat Zhou Dachun dapat berubah ragu-ragu.
"Dong Dabao, pelunasan hutang tetap harus dilakukan. Bahkan jika masalah ini dilaporkan ke pejabat yang berwenang, itu tetap urusan kita."
"Liang Yuening juga mendapat banyak pukulan. Meskipun kau menganggapnya serius, tapi saat kau seenaknya masuk ke keluarga Liang karena suatu alasan, itu sangat tak masuk akal." Dong Huiying berusaha menegaskan.