'...Gubei juga berkata kalau dia akan mendaftarkan pernikahannya denganku segera setelah perceraian. Dan… aku sudah memiliki anaknya di dalam perutku…'
Kalimat itu seperti hukuman mati bagi anak di perut Yan Siyi. Sorot matanya tampak kosong, setetes air mata tiba-tiba perlahan turun dari sudut matanya. Tangan kecil itu dengan penuh kasih sayang mengelus perutnya yang belum membesar. Hatinya ikut gemetar mengikuti tangan kecilnya.
Bayi kecil kesayanganku menetap di perutku dengan bahagia… Sekarang kandunganku belum satu bulan… Tapi, nanti ketika bayiku lahir, apa yang bisa gadis berusia 19 tahun sepertiku berikan padanya? Apa kebahagiaan atau kegembiraan? Sama sekali bukan dua hal itu. Seorang bayi tanpa keluarga lengkap, bagaimana bisa bahagia, bagaimana dia bisa gembira…? Gumam Yan Siyi dalam hati.
Yan Siyi yang berlinang air mata menutup matanya dengan perlahan. Besok, begitu membuka mata, semua akan baik-baik saja… batinya.
***