"Urusan mendesak?" Yan Sier merasa tidak enak karena didesak. Dia melirik dengan khawatir tubuh Yan Siyi yang berbaring di ranjang. "Tuan, bisakah Anda sedikit memberikan kelonggaran? Adik saya benar-benar tidak sehat. Anda tahu kalau tidak ada orang lain di keluarga kami. Kalau saya pergi maka adik saya akan sendirian di rumah dan demamnya juga belum turun. Saya benar-benar tidak tenang untuk pergi."
Yan Siyi di ranjang bergerak sedikit. Matanya yang jernih dan mengantuk dibuka dengan susah payah.
"Kakak..." Yan Siyi memanggil lembut Yan Sier yang sedang menerima telepon dengan suara berbisik.
Yan Sier membeku sesaat. Dia hampir menempelkan bibirnya di ponsel dan berkata dengan pelan kepada Lu Zichen di ujung telepon yang lain, "Tuan, saya akan menelepon Anda nanti. Adik saya sudah bangun sekarang. Maaf… Maaf…"