"Apa kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan? Apa ada sesuatu yang tidak nyaman?" Begitu Zou Xiaomi mengangkat telepon, Gu Zijun langsung menanyakan tiga hal itu dengan suara lembut.
Wajah Zou Xiaomi menjadi sangat merah saat mendengar hal itu, saking merahnya membuatnya terlihat menakutkan, untungnya Gu Zijun tidak bisa melihat dirinya saat ini. Dia mencoba menjawab dengan suara yang terdengar biasa saja, tidak ingin menunjukkan rasa malunya, "Iya, aku sudah bangun, aku baik-baik saja kok dan tidak ada yang salah. Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan?"
Gu Zijun jarang menelepon Zou Xiaomi pada jam segini. Dia biasanya menelepon pada saat jam pulang kerja untuk memberi kabar dirinya akan pulang makan malam di rumah atau tidak.
"Bukankah aku sudah mengatakan akan memberimu tutor les privat? Dia adalah seorang mahasiswa dan akan datang siang ini. Jika kamu sudah bangun dan sudah mandi, dia mungkin… Akan tiba dalam dua jam lagi," ujar Gu Zijun di seberang telepon sambil melihat jam.
Zou Xiaomi mengiyakan perkataan Gu Zijun dan merasa sangat senang. Beberapa hari yang lalu, pria itu baru saja mengatakan belum menemukan tutor untuknya. Namun, tidak disangka pria itu sudah menemukannya secepat ini sehingga dia bisa memulai les sekarang.
Setelah menutup telepon, Zou Xiaomi segera berganti pakaian. Dia memasak makanan, kemudian memakannya dengan santai. Setelah itu, dia lanjut membersihkan rumah dan menyiapkan tempat untuknya les privat.
Kemarin ruangan itu berantakan, Gu Zijun pun sudah pasti tidak akan sempat membersihkannya. Meskipun ada waktu istirahat bagi para pekerja pemerintahan, tetapi biasanya mereka tiba di rumah pada malam hari, jadi Zou Xiaomi tidak bisa membiarkan rumah itu berantakan.
Zou Xiaomi tidak bisa membayangkan betapa terkejutnya tutor tersebut melihat keadaan rumah yang berantakan. Dia bahkan melupakan rasa sakit di tubuhnya dan terus membersihkan rumah, untungnya bagian luar tidak begitu berantakan seperti di dalam rumah. Setelah selesai, dia pun pergi mencuci buah.
Ding dong! Ding dong!
Tepat di saat Zou Xiaomi selesai membersihkan semuanya dan akan duduk untuk beristirahat, bel pintu rumah berbunyi. Dia melihat jam, rupanya saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Jika dilihat berdasarkan perkataan Gu Zijun saat menelepon, yang datang membunyikan bel pasti adalah tutor untuknya.
Zou Xiaomi sedikit gugup, terlepas dari apakah dia seorang tutor atau guru sekolah yang serius saat pelajaran, dia pasti seseorang yang sangat luar biasa. Dia buru-buru merapikan pakaiannya, kemudian berlari ke pintu dan membukanya. Setelah membuka pintu, dia bersiap membungkuk untuk memberi salam hormat kepada sang tutor terlebih dulu.
"Halo guru," sapa Zou Xiaomi yang bersiap membungkuk. Namun, ketika melihat penampilan tutornya, dia mengurungkan niatnya untuk membungkuk. Dia masih terlalu muda! batinnya.
Postur tubuh sang tutor tinggi dan kurus, wajahnya terlihat sangat tampan dengan hidung mancung, alis hitam tebal dan bola matanya yang hitam membuatnya terlihat jernih. Tutornya tampak seperti gambaran pangeran muda di dalam dongeng. Pria ini terlihat berusia delapan belas atau sembilan belas tahun. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi tutor, pikir Zou Xiaomi.
Selain itu, pria tersebut terlihat tidak asing bagi Zou Xiaomi, namun dia lupa di mana pernah melihatnya. "Permisi, kamu…"
Zou Xiaomi sedikit merasa menyesal telah menyapa pria itu dengan sebutan guru. Dia menggigit lidahnya dan berpikir bahwa sepertinya pria itu bukanlah tutor lesnya, tapi dia juga tidak bisa mengira-ngira siapa orang tersebut sebenarnya.
Pria itu tersenyum membuat wajahnya terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya. Bibir kemerahannya terbuka, lalu berkata "Halo, kamu Zou Xiaomi? Aku adalah tutor yang dikirim oleh Tuan Gu Zijun."
"Hah, apa kamu benar-benar seorang tutor?" tanya Zou Xiaomi yang sangat terkejut.
Pria itu mengangguk dan melanjutkan perkataannya untuk menjelaskan, "Aku seorang mahasiswa tahun kedua. Kamu akan belajar tentang materi sekolah menengah, jadi aku pikir aku bisa mengajarimu."
"Kamu mahasiswa tahun kedua, tapi kamu tampak masih sepertiku." Begitu Zou Xiaomi mendengar dia adalah mahasiswa semester kedua, matanya penuh dengan cahaya kagum. Ketika dia lulus dari sekolah menengah pertama, dia sangat mengagumi mahasiswa. Setiap kali pergi ke universitas untuk menemui Tang Linyan, dia selalu merasa iri dengan para mahasiswa yang ada disitu.
Pria itu tersenyum dan berkata, "Tidak usah merasa iri. Jika kita bisa menyelesaikan materi pelajaran sekolah menengah tahun kedua dan ketiga, saat itu, kamu juga dapat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa."
"Aku harap guru lebih banyak memperhatikanku nantinya. Aku agak bodoh, jadi jangan membenciku, ya, guru," kata Zou Xiaomi dengan wajahnya yang memerah.
Pria itu hanya tertawa kecil dan senyumnya bahkan lebih cerah dari sebelumnya, membuatnya terlihat semakin tampan.