"Kamu tidak mengerti. Semakin seseorang memiliki pangkat tinggi, semakin mereka percaya dengan ramalan. Karena ada terlalu banyak kekhawatiran di sekitarku, aku harus menghibur diri dengan berbagai cara," kata Gu Zijun tanpa rasa malu.
Zou Xiaomi terkekeh dan berkata, "Begitulah orang-orang yang takut bertelanjang kaki dan takut bekerja tidak memakai sepatu. Orang-orang dari kalangan biasa seperti aku tidak akan memiliki apa-apa untuk ditakutkan."
"Tapi aku berterima kasih kepada ayahku karena percaya pada ramalan itu," ujar Gu Zijun yang tiba-tiba menoleh dan menatap Zou Xiaomi.
Mata Gu Zijun terlihat agak sedikit panas, sementara Zou Xiaomi tampak bingung dengan tatapan mata itu. Wajah pria itu menjadi merah tak terkendali, dia pun langsung menunduk dan bertanya, "Kenapa?"
"Jika ayahku tidak percaya pada ramalan itu, aku tidak akan bertemu denganmu..." tutur Gu Zijun sambil tersenyum.
Wajah Zou Xiaomi langsung menjadi merah saat mendengarnya, bahkan lebih merah daripada wajah Gu Zijun. Dia menatapnya, kemudian dengan cepat kembali menundukkan kepala. Sementara itu, melihat penampilan centil gadis kecil di hadapannya yang telinganya telah memerah, membuatnya terkekeh.
Gu Zijun kemudian memarkir mobilnya dengan rapi, setelah itu keduanya keluar dari mobil. Hari sudah sangat larut saat mereka tiba di apartemen. Setibanya di dalam apartemen, Gu Zijun menyuruh Zou Xiaomi untuk mandi dan pergi tidur. Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung mengambil piyamanya dan pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Zou Xiaomi berniat kembali ke kamarnya, namun terlihat Gu Zijun sedang menunggunya di luar dengan piyamanya. Dia hanya mengedipkan matanya dan tidak mengatakan apa-apa pada pria itu.
Gu Zijun mandi dengan cepat. Saat akan keluar dari kamar mandi, dia melihat Zou Xiaomi masih terjaga. Gadis itu duduk di sofa sambil membaca buku yang ada di tangannya. Dia pun mendorong pintu dengan keras, membuat Zou Xiaomi terkejut dan mendongakkan kepalanya. Dia menatapnya dengan ngeri dan berkata, "Apa yang kamu lakukan?"
"Aku kan sudah mengatakan sebelumnya, tentu saja aku akan melakukan hubungan suami istri." Gu Zijun mengangkat alisnya dan berkata dengan senyum ringan.
Wajah Zou Xiaomi seketika menjadi merah. Dia berkata dengan tergagap, " Ka… Kamu, A... Aku… Jangan lakukan itu. Aku belum siap."
"Tidak ada yang harus dipersiapkan, itu bisa dilakukan tanpa persiapan," ucap Gu Zijun sambil tersenyum. Dia telah naik ke sofa dan duduk di samping Zou Xiaomi.
Zou Xiaomi ketakutan hingga buru-buru menyusut ke dalam selimut. Wajahnya tampak tegang dan penuh kewaspadaan. Dia tersipu dan berkata, "Tapi, kita kan belum menikah. Kenapa kamu terburu-buru?"
"Aku tidak suka menyimpan rasa penasaran dari dulu. Dan aku ingin lebih meningkatkan pemahaman di antara kita berdua. Seorang penulis terkenal mengatakan bahwa pemahaman rahasia antara pria dan wanita dapat dikembangkan melalui praktik."
"Ckckck, kata-kata penulis terkenal itu tidak bisa diandalkan," kata Zou Xiaomi yang mencoba menghindar. Wajahnya terus memerah dan tubuhnya menyusut ke dalam selimut.
Akan tetapi, Gu Zijun lebih nyaman untuk memeluknya dalam posisi seperti itu. Dia mencium bagian atas rambut Zou Xiaomi yang tidak tertutup selimut, kemudian berkata sambil tersenyum, "Praktik adalah cara terbaik untuk menguji kebenaran. Kita dapat mengandalkan apa yang dikatakan penulis atau tidak, kita tidak akan tahu jika kita belum mempraktikkannya."
"Tidak!" teriak Zou Xiaomi dengan mata tertutup karena ketakutan. Namun, selimutnya terus merosot dari tubuhnya. Tubuh kecilnya pun menjadi gemetar karena tekanan tubuh Gu Zijun, sementara udara panas yang berembus dari hidung pria itu memenuhi wajahnya. Walaupun tidak membuka matanya, dia tetap bisa merasakan betapa ambigu posisi mereka berdua saat ini.
Ketika Zou Xiaomi masih dalam ketakutan, dia tiba-tiba membuka mata dan melihat bulu mata Gu Zijun sudah sangat dekat dengannya. Tiba-tiba, pria itu pun mencium bibirnya, namun tidak seperti ciuman yang memabukkan seperti semalam, ciuman saat ini penuh kelembutan. Hal itu membuatnya perlahan kembali menutup matanya. Sebelum menutup mata, dia sempat melirik cahaya bulan yang indah di luar.