Mereka berpikir, bagaimana bisa polisi yang mengejar mereka ini menemukan tempat ini. Hal ini benar-benar membuat mereka tidak habis pikir, tapi kemudian membuat mereka tersadar kalau sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu.
"Kita menerobos keluar!" kata pria berkulit putih bersih itu. Dengan suaranya yang rendah kemudian dia berkata lagi kepada yang lain, "Ingat baik-baik! Setelah melarikan diri, jangan sampai kita pergi ke tempat yang sama-sama kita ketahui. Hal itu untuk menghindari, apabila ada salah satu dari kita yang tertangkap, agar tidak mengatakan semuanya kepada polisi!"
Setelah mendengarkan itu, yang lainnya langsung menganggukkan kepala, karena sudah pasti harus seperti ini, kalau tidak begitu maka semuanya akan tertangkap. Kemudian kelima pria itu memegang senjatanya dengan erat, bersiap melarikan diri dari sisi yang berbeda, dan berharap ada yang bisa berhasil melarikan diri.
Bian Yun seperti sudah tahu apa yang mereka pikirkan, maka dari itu dia telah mengatur strateginya tadi. Terlihat dua orang sudah memulai mau membunuh, tetapi polisi yang sedang menahannya, seperti sudah tidak tahan untuk menahan dan melawan pria-pria itu, membuat keadaan di sana semakin memburuk,
Pria berjenggot itu ternyata kekuatannya sangat besar, pria berkulit putih pun mempunyai keahlian bersenjata yang sangat kuat. Walaupun Sun Er tidak bisa silat, tapi dia sangat jago untuk melarikan diri, paling tidak dia bisa membuat polisi kelabakan. Kemudian, kedua pria yang lain juga tidak buruk kemampuannya.
Bian Yun melihat kawan-kawannya yang sudah tidak mampu lagi menahan kelima pria itu. Lalu, dia pun mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghentikan mereka. Kedua polisi lainnya dengan segera langsung mengganti posisi, tapi jika seperti ini dalam waktu yang lama maka mereka pasti akan bisa melarikan diri.
Baru sebentar berpikir, tiba-tiba Sun Er sudah menggunakan keahliannya untuk melarikan diri. Dia melompat keluar wihara, berusaha untuk melewati kepala Bian Yun. Polisi yang ada di dalam wihara terlihat tidak bisa menghentikannya, karena jika mereka mengejar Sun Er, pasti keempat pria lainnya akan memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Setelah mengingat kalau di luar ada dua polisi yang berjaga, membuatnya berpikir kalau harusnya tidak akan jadi masalah.
Sun Er melihat polisi-polisi itu tidak mengejarnya keluar, membuatnya melarikan diri dengan segera. Baru sampai gerbang depan wihara usang itu, tiba-tiba dia dihentikan oleh dua polisi. Tapi yang paling membuatnya terkejut, dia melihat Ning Mojian yang berdiri di tempat yang tidak terlalu jauh dari wihara usang tersebut. Saat itu benar-benar membuat hatinya sangat terkejut, karena ketika dulu bertemu dengan wanita itu, dia sudah merasa bahwa ada yang aneh dengannya, apalagi sekarang.
"Sun We, kami ingatkan kamu, menyerahlah sekarang! Jika tidak, jangan salahkan kami kalau kami tidak akan segan-segan denganmu!" kata salah satu polisi berteriak dengan keras menghadap Sun Er, sambil mengeluarkan pedang di depan dadanya.
Tetapi, mana mungkin Sun Er menyerahkan diri begitu saja, dia pun langsung membawa pedangnya, menyerang, dan bersiap membunuh. Kemudian dia melarikan diri dari sini, jadi dia harus mengalahkan kedua polisi itu. Jika memang dia tidak bisa mengalahkannya, maka dia harus mencari kambing hitam.
Kedua polisi itu dengan sekuat tenaga menyerang Sun Er unutk membuatnya mulai kewalahan menghadapi mereka berdua. Kemudian, pandangannya langsung beralih ke arah Ning Mojian, dengan berusaha keras dia pun berlari ke arahnya.
"Sial!" kata salah satu polisi mengumpat, dia langsung membalikkan badan dengan cepat, dan berusaha untuk menghentikannya, tapi sayangnya semua itu sudah terlambat.
"Kalian semua jangan mendekat!" kata Sun Er sambil mengarahkan pedangnya ke leher Ning Mojian. Lalu, dia berkata lagi dengan kencang, "Kalau tidak, akan aku bunuh dia!"
"Sun Er, membunuh adalah dosa besar, aku harap kamu tidak melakukan hal sebodoh itu!" kata salah satu polisi berusaha untuk membujuk Sun Er.
"Heh, dosa membunuh orang, aku sudah membunuh beberapa nyawa orang, tidak peduli jika hanya ditambah satu lagi!" kata Sun Er sambil memicingkan matanya. Kemudian, dia berkata lagi dengan suara yang rendah dan menekan, "Biarkan aku pergi! Kalau tidak, nyawanya dia tidak akan bisa dipertahankan!"
Kata-kata Sun Er membuat kedua polisi itu langsung menghentikan langkahnya ke depan, saat ini wajah mereka terlihat sangat panik.
Ning Mojian merasakan pedang tajam yang menyentuh kulit lehernya, dan itu sangat dingin. Dia takut kalau Sun Er akan melukai dirinya, tanpa sadar dia pun menengadahkan kepalanya ke arah Sun Er. Lalu, satu demi satu langkahnya mulai mengikuti Sun Er mundur ke belakang.
"Sun Er, kamu tidak akan bisa melarikan diri." kata Ning Mojian, lalu dia berkata lagi, "Apa kamu tidak takut? Jika kamu tidur nanti, maka semua roh anak yang mati itu datang untuk menakutimu dan membalaskan dendam mereka?!"
"Jangan kira dengan kamu berkata seperti itu, hatiku akan melembut! Sejak aku sudah memutuskan melakukan ini semua, aku tidak akan takut dengan apa pun!" kata Sun Er dengan kejamnya. "Jika kamu tidak ingin mati, diam saja!" katanya lagi.
Dengan cepat Sun Er mengambil pedangnya, lalu menggoreskannya ke lengan Ning Mojian, seketika langsung keluar darah merah segar dari luka goresan pedang itu. Belum sempat dia merespon, tetapi Sun Er sudah meletakkan lagi pedangnya itu di depan lehernya...