"Kota Liyin ..." Suara pria itu terdengar sedih, kemudian ia bergumam pelan, "Benar ... Sepertinya ia akan menyukai tempatnya ..."
Tangan Fei'er yang sedang memegang ponsel berhenti bergerak sejenak, ia tampak ragu.
Setelah beberapa saat, dia pun menenangkan diri.
Cuaca di Kota Liyin tidak terlalu bagus dan tampak mendung.
Fei'er memandang ke langit yang sepertinya sudah mau hujan, ia pun menghela nafas dan berlari ke seberang jalan untuk membeli payung, kemudian kembali memasuki lobi hotel.
Pada saat yang sama, An Xiaowan yang berdiri di jendela kamar hotel menatap Fei'er dan mengernyit.
Dia perlahan-lahan mengepalkan tangannya.
Meskipun Fei'er hanya sedang menelepon, tapi entah mengapa An Xiaowan merasa tidak nyaman ketika melihat ekspresinya.
Jika hanya sebuah panggilan telepon biasa, mengapa Fei'er harus menghindarinya dan pergi ke bawah untuk menelepon?