Chereads / Mr.Robot / Chapter 5 - Mr.Robot [4]

Chapter 5 - Mr.Robot [4]

Beby tidak masuk ke kelasnya. Ia memilih pergi menuju rooftop untuk menjernihkan pikirannya dan menenangkan dirinya.

Dirinya benar-benar membenci Devan sekarang. Apa ia harus berhenti dan membiarkan semuanya hilang?

Beby benar-benar pusing.

Ia menatap potongan kertas yang ada di tangannya. Naskah yang ia buat kini hancur walaupun itu hanya fotocopyannya saja.

Beby memutuskan mengirim pesan kepada Jessie untuk memberitahu kepada guru yang mengajar bahwa dirinya sedang ada urusan dan baru bisa masuk kelas setelah selesai jam istirahat.

Sementara di kelas lain, Devan sedari tadi hanya diam tanpa memperdulikan kelakuan teman-temannya.

Ia masih memikirkan bagaimana dirinya memperlakukan Beby tadi.

"Lo kenapa, Dev?" tanya Ken dan Devan hanya menggeleng.

"Dev, si Beby cakep ya? Kalau dia nawarin gue yang jadi pemeran utamanya, langsung mau gue!" ujar Alvin yang membuat Devan semakin merasa bersalah karena Alvin membahas Beby.

"Beby juga tau mana yang harus dijadiin pemeran utama, dan mana yang harus dijadiin sebagai tukang kebun," ledek Ken dan Alvin langsung mengerucutkan bibirnya, membuat Ken memandang jijik ke arahnya.

"Ganteng juga gue dari pada si Devan," ujar Alvin yang membuat Ken malas.

"Waras juga Devan dari pada lo," balas Ken yang membuat Alvin mengerucutkan bibirnya.

"Jahat lo! Siapa yang selama ini bantuin lo?" tanya Alvin dengan nada dramatis.

"Geli!" umpat Ken.

Devan tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya, membuat ketiga temannya bingung.

"Mau ke mana lo?" tanya Ray namun Devan hanya diam dan tetap meneruskan langkahnya.

Devan membawa dirinya menuju rooftop dan sialnya di sana ia malah bertemu dengan Beby.

Sekelibat kejadian muncul di otak Devan. Kejadian di mana ia memperlakukan Beby dengan kasar.

Beby membalikan badannya, dan terkejut melihat Devan yang kini ada di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Beby tidak memperdulikan itu. Ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Devan.

Saat dirinya baru selangkah melewati Devan, Devan memegang tangan Beby kemudian menariknya ke hadapannya.

Kini tatapan mereka bertemu. Beby seolah-olah merasa terkunci oleh tatapan itu.

Beby memberanikan dirinya untuk menatap balik manik mata Devan yang tajam dan menakutkan itu. Bagaimanapun, ia tidak mau dirinya direndahkan seperti tadi pagi.

"Cuma gara-gara itu, lo sakit hati?" tanya Devan yang membuat Beby mengernyit bingung.

"Maksud lo apa?"

Devan tertawa sinis, kemudian menjawab, "omongan gue tadi pagi itu sesuai fakta. Naskah lo emang sampah."

Beby mengepalkan sebelah tangannya yang bebas dari genggaman Devan dengan kuat. Ia pikir Devan akan meminta maaf kepadanya, namun nyatanya, Devan kembali merendahkan dirinya.

"Lo marah sama omongan gue? Saat film lo muncul dengan naskah sampah itu, apa lo yakin orang-orang akan suka sama naskah lo?" sindir Devan dan Beby hanya diam.

"Lo harus punya saran kalau lo mau mengkritik karya orang!" seru Beby dan Devan hanya tertawa.

"Saran gue, mending lo bubarin aja ekskul nggak jelas lo itu."

Devan melepaskan tangan Beby dari genggamannya kemudian pergi meninggalkan Beby yang kini sudah berwajah merah padam.

"Lo pikir cuma lo cowok di sekolah ini? Gue bisa cari pemeran utama pria yang lain, Devan!" teriak Beby penuh kekesalan.

Devan mendengar teriakan itu. Ia merasa semakin bersalah. Niat awalnya adalah untuk meminta maaf dengan Beby. Namun, kenapa sesulit itu untuk menungkapkan kata maaf?

Lo harus terus berusaha sampai gue mau jadi pemeran di film lo, Beb. Batin Devan.