Chereads / Mr.Robot / Chapter 3 - Mr.Robot [2]

Chapter 3 - Mr.Robot [2]

Sesuai yang Boby sarankan. Ditemani dengan Jessie, Beby kini pergi menuju ke kantin untuk mencari Devan yang Boby bilang sangat cocok menjadi sang Mr.Robot di filmnya.

Beruntung bagi Beby karena Jessie mengenali Devan. Jadi dirinya tidak usah susah-susah untuk mencari siapa itu Devan.

Jessie menunjuk meja yang berada di pojok kantin. Saat Beby melihat, di situ memang ada Boby jadi kemungkinan besar di situ juga ada Devan.

"Lo cari yang bola matanya warna abu-abu," ujar Jessie dan Beby mengangguk.

Dengan tekad yang mantap, Beby kini mulai berjalan menuju meja Devan, sementara Jessie menunggunya sembari duduk di salah satu bangku yang berada di kantin.

"Permisi, gue bisa ngomong sama Devan, nggak?" tanya Beby.

Devan yang merasa namanya disebut menoleh ke arah Beby dan langsung mengalihkan pandangannya kembali ke ponselnya.

"Nggak mau ngomong sama Abang aja, Neng? Abang kan lebih ganteng dari Devan." Alvin membeo dan langsung mendapat satu jitakan dari Ken.

"Lo mau diam atau gue siram pakai sambal?" ancam Ken yang membuat Alvin mengerucutkan bibirnya.

"Hirup aing di die disalahkeun deui," ujar Alvin dengan logat khas sundanya.

"Bodoamat," ketus Ken.

Beby berusaha mengabaikan Ken dan Alvin, kemudian kembali fokus pada tujuan awalnya.

"Ada yang mau gue omongan sama Devan. Bisa, kan?" tanya Beby dengan nada yang masih bersemangat.

"Bisa aja sebenarnya. Tapi masalahnya ... Devan nggak pernah mau ngomong sama orang lain," jawab Ken.

Beby mengerutkan keningnya. Ternyata benar kata Boby, Devan sangat irit bicara dan cuek.

"Dev, bisa ikut gue-"

Ucapan Beby terhenti lantaran Devan menarik tangannya dan membawanya menuju taman belakang sekolah.

Ken, Ray, Alvin, Boby dan Gio yang berada di sana hanya bisa melongo lantaran melihat perlakuan Devan.

"Anjir, engasan juga si Devan," ujar Alvin yang membuat Ken memutar bola matanya malas.

"Otak lo emang benar-benar harus dicuci, Vin."

Alvin hanya menyengir dan kembali menyantap makanannya.

Sementara itu, di taman belakang sekolah. Beby dan Devan saling diam sampai akhirnya Beby mengeluarkan suaranya.

"Gue disuruh kepsek bikin film pendek dalam waktu tigas bulan supaya ekskul multimedia nggak bubar. Gue butuh pemeran utama prianya, lo mau bantu gue?" tanya Beby.

Devan hanya memasang wajah datarnya kemudian berkata, "sampai kapanpun gue nggak akan mau bantuin lo."

Beby diam, ia merasa Devan benar-benar kejam. Tapi ia harus menahan amarahnya supaya ekskul tersebut tidak bubar.

"Lo nggak akan kepanasan selama shooting, kulit nggak akan jadi hitam, kalaupun ia, gue akan ganti rugi dan bayarin semua perawatan kulit lo," ujar Beby masih dengan semangat.

Devan hanya tertawa renyah kemudian menatap Beby tajam.

"Lo tau? Tawaran lo bikin gue semakin malas untuk jadi pemeran utama di film nggak jelas lo itu."

Devan memang selalu membuat orang lain diam dan kesal dengan kata-kata pedasnya.

"Kasih gue penawaran yang menarik, dan gue akan ngebantu lo," ujar Devan.

Beby berpikir sejenak kemudian bertanya, "gue harus apa?"

"Punya otak, kan? Bisa mikir dong pasti?" tanya Devan balik yang membuat Beby semakin kesal.

"Terus gue harus apa? Kasih gue clue, kek!" cibir Beby dan Devan malah pergi meninggalkannya.

"Ih, Devan! Nyebelin banget si!" teriak Beby.

Beby hanya mengepalkan tangannya kuat dan menghentakan kakinya di atas tanah lantaran kesal.

"Lo benar-benar Mr.Robot, Devan," gumam Beby.