****
(DI SEBUAH PERHELATAN TEATER)
Hari H pertunjukan, penonton sudah duduk rapi di deretan kursi di aula gedung kesenian kota itu. Tata panggung dan musik benar-benar sesuai konsep. Tidak adanya gebyar warna warni lampu justru membuat perhatian penonton terfokus pada karakter yang ditampilkan para pemainnya.
Aris gondrong benar-benar seperti kerasukan ruh Ken Arok. Diraihnya Ken Dedes ke dalam pelukannya, dan ungkapan cinta pun meluncur deras dari mulutnya. Puji-pujian kepada wanita yang sangat didambanya itu pun lancar diutarakan. Kerinduan yang selama ini ia tahan, ditumpahkan semuanya. Di panggung itu, keduanya berpelukan erat, lama sekali, sambil terus mengumbar kata cinta.
Hey, tiba-tiba sang sutradara merasa ada yang aneh. Kata-kata Arok Dedes seperti itu tidak ada dalam naskah yang ia berikan kepada keduanya. Beberapa saat sutradara menyimak, dan semakin yakin bahwa mereka berdua melenceng jauh dari naskah. Apa yang diucapkan Aris dan Ayu tak lagi sesuai arahannya. Sang sutradara semakin bengong melihat keduanya makin erat berpelukan, sesekali berciuman. Kelakuan mereka sungguh di luar perkiraannya. Tatapan mata Aris dan Ayu jelas menunjukkan orang yang sedang dilanda asmara.
Cemburu. Sang sutradara pun tak tinggal diam, persetan dengan skenario.
Masih mengenakan pakaian Tunggul Ametung, ia menghambur ke panggung. Membentak keduanya dengan suara lantang. Namun, sekeras suaranya menggelegar, sekeras itu pula jerit kesakitan dari mulutnya. Aris menikam perut dan punggungnya, cepat sekali, menggunakan keris koleksi pribadi sang sutradara. Berulang kali. Hingga darah mengucur tanpa henti.
Dan jerit kepanikan terdengar di mana-mana. Penonton pun berhamburan mendekat ke panggung. Petugas keamanan segera meringkus Aris, sementara tubuh sutradara yang bersimbah darah dibawa ke atas dipan, menunggu ambulans datang.
Di sela isak tangisnya, Ayu menutup muka. "Akhirnya bisa juga kuperdaya mahasiswa gondrong itu untuk menghabisi suamiku. Rasakan ajalmu sekarang sutradara tua bangka !!!" batinnya puas.
Sempat dilihatnya di sela kerumunan orang, sosok yang beberapa hari ini tak dirasakan kehangatannya, Tedjo.