Chereads / The Hunter: Sang Malam / Chapter 16 - Mulai Menyusun Rencana

Chapter 16 - Mulai Menyusun Rencana

Bel tanda olahraga pagi dimulai, membuat Safira berlari kecil ke arah lapangan indoor. Di dalam lapangan sudah banyak siswa kelas 10 yang berdiri untuk melakukan pemanasan sebelum latihan fisik harian di mulai.

Sejak sekolah di SMA Andalas, badan Safira pegal-pegal. Anak kelas 10 harus mengikuti program olahraga setiap pagi karena dianggap belum memiliki fisik yang kuat. Program latihan fisik ini dimulai pemanasan selama 10 menit, lari memutari sekolah sebanyak 5 kali dan melakukan gym selama 1 jam. Semua itu harus dilakukan setiap hari kecuali hari libur.

Safira berdiri di sebelah Milie yang sedang melakukan pemanasan. Napasnya terengah-engah karena berlari dari asrama.

"Tumben datang terlambar, Fir?" tanya Milie.

Safira mengikuti pemanasan yang dilakukan Milie. "Semalam aku gak bisa tidur, Mil. Insomniaku kambuh lagi."

Setelah melakukan pemanasan, akan ada instruktur yang memimpin program latihan fisik. Kali ini adalah giliran Instruktur Bram dari kelas 10-2 untuk memimpin.

Instruktur Bram masuk memakai kaus lengan pendek berwarna hitam yang dipadukan dengan celana olahraga panjang dengan warna senada. Rambutnya diikat rapi. Sejenak Safira memandangi Instruktur Bram yang terlihat…

[Ah tidak, aku tidak boleh terus mengagumi pria menyebalkan itu]

Safira masih kesal dengan perkataan Instruktur Bram tempo hari. Dan sejak saat itu, Safira suka menghindar jika tidak sengaja berpapasan dengan pria itu di sekolah. Biasanya begitu Safira melihat Instruktur Bram sedang berjalan di tangga ataupun koridor, ia akan buru-buru balik badan mencari jalan lain. Jika Instruktur Bram masuk ke kelas 10-2, Safira akan sibuk membaca buku dan mengacuhkan pelajaran.

Sekarang seluruh anak kelas 10 berlari memutari sekolah. Mereka berlari melewati halaman luar sekolah. Ini adalah pemandangan yang biasa Safira lihat setiap pagi.

"Safiraaaa!!!" teriak sebuah suara dari arah pintu utama sekolah. Keanu sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

Safira berlari kecil ke arah Keanu. "Hai, Ken, lama gak bertemu."

Keanu tertawa kecil. Senyumnya selalu mengembang saat bertemu Safira. Senyum khas yang membuat Safira yakin Keanu orang yang supel dan punya banyak teman. Dan mungkin saja punya seorang kekasih. "Iya, akhir-akhir ini aku jaga malam terus. Jadi gak sempat menemuimu."

"Jaga malam?" Safira mengelap keringat di dahinya dengan handuk kecil.

"Iya, tiap anak kelas 11 ada piket jaga malam. Biasanya akan dibuat giliran piket minggu ini kelas mana. Kebetulan minggu ini kelasku yang dapat jatah piket."

Safira menaikan alisnya. "Untuk apa jaga malam?"

"Oh iya, aku lupa kalau kamu anak baru jadi banyak gak tahu. Jaga malam itu artinya kita harus menjaga sekolah dan pulau. Siapa tahu ada penyusup yang masuk dan membuat keonaran," cerita Keanu.

Safira mulai paham penjelasan Keanu. Tidak disangka di sekolah ini ada sistem piket seperti ini.

"Oh, pantas waktu aku dikejar Digo ada kamu yang langsung menolongku,"

Keanu menganggung setuju.

[Sebentar… kalau piket jaga malam yang bertujuan agar tidak ada penyusup masuk berarti piket ini juga bisa mencegah siswa kabur?]

"Keanu, menurutmu apakah siswa yang kabur akan ketahuan oleh tim jaga malam?" tanya Safira sambil tertawa. Ia takut Keanu curiga.

"Pertanyaanmu aneh sekali. Tentu saja ketahuan!" tawa Keanu pecah.

"Masak bakal ketahuan?"

Keanu menyunggingkan senyum khas. "Coba saja kalau bisa. Siswa yang berniat kabur setidaknya harus melewati 20 orang tim piket, Digo dan lautan. Aku berani jamin 99 persen mereka akan gagal."

"Oh begitu ya."

Priiitttttt....

Safira dan Keanu melonjak kaget mendengar suara peluit dengan nada melengking. Mereka mencari dari mana suara itu berasal. Instruktur Bram sedang berdiri di halaman luar sekolah sambil memandang tajam ke arah mereka.

Lalu Instruktur Bram berjalan menghampiri mereka.

"Ini bukan jam istirahat. Kenapa kalian mengobrol di sini?" tanya Instruktur Bram dengan dingin. Ia menoleh ke Safira. "Safira, kamu saya tambahi lari memutari sekolah 2 kali. Dan kamu siswa kelas 11, segera masuk ke kelas."

Safira hanya bisa merunduk dan mengumpat dalam hati.

***

Safira sedang berguling-guling di kasurnya. Matanya masih terjaga. Ia tidak bisa tidur meskipun jam sudah menunjukan pukul 11.00 malam. Ini sudah sebulan sejak pertama kali ia menginjakan kaki di pulau ini dan tetap saja insomnianya selalu muncul di malam hari.

Pikirannya melayang. Safira ingat pembicaraannya dengan Keanu tadi pagi. Sepertinya yang pria itu katakan benar. Kabur dari SMA Andalas adalah hal yang mustahil mengingat ketatnya penjagaan. Ada 20 orang dari kelas 11 yang menjaga, petugas keamanan di setiap penjuru gerbang sekolah, lautan yang mengelilingi pulau dan Digo. Ya, Digo adalah hal paling sulit untuk ditembus. Anjing serigala raksasa itu punya penciuman yang tajam. Sejauh yang Safira pelajari dari internet, anjing serigala punya penciuman 100 kali lebih tajam dari manusia. Jadi bisa mendeteksi bau dari radius puluhan kilometer.

Bayangkan begitu ia berhasil melewati gerbang sekolah dan semua penjagaan ketat, Digo sudah duduk menanti Safira. Pasti Digo sudah menunggu di hutan dekat jalan masuk pulau sambil menyeringai tajam ke arah Safira seperti waktu itu. Safira menggelengkan kepalanya ngeri.

[Ini semua sangat menyusahkan. Apakah tidak ada acara agar aku bisa pergi dari tempat ini?]

Safira kembali berguling-guling di atas kasur.

[Tapi, tunggu. Bukankan anjing serigala juga sama dengan anjing lainnya? Suka bermain dan bersosialisasi dengan manusia?]

Safira jadi punya ide bagus untuk menghadapi Digo. Ide yang membuat Safira optimis sekaligus takut. Mendekati Digo!