Erik membuka pintu apartemen Jaeta dengan mudah karena ia juga memiliki kunci dengan tujuan bisa mengontrol artisnya itu.
"Jae!!" panggil Erik kesal berjalan masuk mencari manusia yang rajin sekali membuatnya sakit kepala itu.
"Mana!? Kamu sudah menemukan catatanku!?" Jaeta datang dengan berlari dan mendesak Erik.
"Kamu pikir semudah dan secepat itu!? Kamu bilang catatanmu tertukar tapi kamu malah membuang catatan yang ada padamu, hampir saja buku ini dibuang oleh petugas swalayan!" oceh Erik sambil memukul kepala Jaeta dengan buku ditangannya.
"Ck! Kenapa kamu malah menghabiskan waktu untuk mencari buku itu? Yang hilang itu catatanku! Tidak berguna sekali," kesal Jaeta berbalik dan kini duduk disofa sambil mengacak rambut coklatnya.
"Dasar bodoh! Ini cara kita untuk tahu siapa yang membawa catatanmu!" Erik ikut duduk disebelah Jaeta membuka buku ditangannya yang memang sama persis dengan milik Jaeta yang hilang.
"Lalu kamu sudah mengetahuinya?"
"Dengan cepat, ini pemiliknya," Erik tersenyum sambil melihatkan sebuah tulisan cantik di halaman pertama.
"Nalaprana?" dahi Jaeta mengerut membaca tulisan yang ditulis dengan tinta berwarna emas tersebut.
"Kamu tidak tahu?" Erik seolah tidak percaya mendengar nada heran dari Jaeta.
"Darimana aku tahu?"
"Ini nama brand yang ak..., astaga!!" ucapan Erik terpotong karena kaget mendapati beberapa lembar kertas buku ini yang rusak bahkan sobek, "kamu apakan buku ini!?"
"Apaansih?" heran Jaeta karena Erik begitu panik.
"Kamu merusak buku ini!? Kamu apain sih Jae?"
"Ya nggak sengaja, karena panik aku lempar sembarangan, ya mungkin nggak sengaja robek dan kena tempat yang basah makanya begitu, lagian isinya juga ga penting gitu," jawab Jaeta enteng, berbanding terbalik dengan Erik yang sudah bingung bukan main.
"Astaga Jae!! Kita harus bagaimana sekarang?!"
Jaeta masih memasang wajah tidak paham kenapa Erik begitu cemas, namun bunyi bel mencuri perhatian Jaeta dan membuatnya langsung bangkit dan bergerak keluar untuk membukakan pintu.
"Jae tunggu!" belum sempat Erik menghentikan langkah Jaeta, Jaeta sudah membukakan pintu.
"Apa kamu yang namanya Erik?" ujar seorang wanita bertopi mendongak memperhatikan wajah Jaeta saat pintu baru saja terbuka.
Jaeta memperhatikan sosok didepannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ini wanita bertopi yang membawa pergi buku catatannya. "Kamu yang mencuri catatanku kan!?"
"Mencuri? Hey jaga kata-katamu!" wanita berkaos putih besar itu mendongak tak terima dengan ucapan selamat datang yang diberikan pria dihadapannya ini.
"Ini milikku!" Jaeta langsung menyambar buku ditangan wanita itu dengan cepat.
Sebelum wanita itu bersuara karena tidak suka dengan gerak-gerik Jaeta, Erik sudah disana untuk menengahi.
"Maaf maaf, ini Anala kan?" Erik memundurkan Jaeta yang sudah sibuk dengan catatan berharganya tanpa peduli sikapnya sudah membuat orang lain kesal.
"Iya, aku Anala, kamu yang namanya Erik? Mana buku milikku?" suara gadis bernama Anala itu merendah karena setahunya Erik yang tadi menelfonnya ini sedikit memiliki etika yang baik, jadi tidak ada alasan untuknya tidak bersikap baik.
"Eum.., itu..,"
"Ini kan?" Anala melirik buku ditangan Erik dan mengambilnya.
"Eh tap..."
"Kenapa sudah seperti ini!?" gadis itu terkejut saat memeriksa bukunya, gambaran desain kostum yang ia buat sudah rusak terkena air, bahkan ada yang sobek.
Erik bingung harus menjawab apa, disaat ia sedang memutar otak untuk menghadapi Anala, wanita itu sudah menggesernya untuk bisa berhadapan langsung dengan Jaeta.
"Pasti ini pekerjaanmu bukan? Kamu benar-benar keterlaluan!" omel Anala dengan wajah sangat marah.
"Kenapa kamu marah sekali? Itu hanya gambar tidak jelas, jika mau aku bisa mengganti bukumu yang rusak dengan berkali-kali lipat, managerku yang akan mengurusnya." Jaeta tak ambil pusing dan berniat masuk kedalam.
Namun niat Jaeta terhalang karena wanita itu menahan dengan memegang belakang kaos hitam yang Jaeta kenakan, "kamu bilang apa!?"
"Ish! Lepaskan? Kenapa kamu ribet sekali? Apa kamu penggemarku!? Aku sedang sibuk," Jaeta berusaha melepaskan bajunya dari tangan Anala.
"Penggemar!? Apa alasanku untuk menjadi penggemar pria tidak tahu tata krama sepertimu!?"
"Tidak tahu tata krama? Kamu pikir kamu memiliki tata krama? Kamu seperti wanita jadi-jadian!" balas Jaeta kesal mendengar penuturan wanita berpakaian serba kebesaran dan mungkin rambut yang dilipat asal tertutup topi itu.
"Kamu benar-benar sombong sekali! Dan tadi kamu bilang gambar tidak jelas? Ini bahkan lebih berharga dari catatan berisi omong kosongmu itu!" Anala mengangkat buku miliknya tidak sabar ingin melemparkannya ke wajah menyebalkan pria yang tepat berada didepannya ini.
"Omong kosong!? Apa yang kamu tahu tentang lagu dan musik hah!?"
"Aku tidak peduli, jika milikku rusak kamu juga harus merasakannya!" dengan cepat Anala merebut buku ditangan Jaeta dan merobeknya tanpa pertimbangan.
Mata Jaeta terbelalak seperti ingin keluar melihat lagu ciptaan siang malamnya dirobek didepan matanya sendiri. Erik yang melihat itu juga kaget luar biasa, ia tahu bagaimana susah payahnya Jaeta coba menyusun nada demi nada bahkan sampai tidak tidur sama sekali di studio.
"Apa yang kamu lakukan!!" teriak Jaeta berusaha merebutnya lagi namun Anala sudah berhasil merobeknya.
"Kita impas, bagimu gambarku tak berguna? Bagiku tulisanmu juga tidak berguna," Anala merasa puas dan berniat pergi walau ia tahu kalau dirinya sudah akan frustasi.
"Sialan, wanita jadi-jadian itu benar-benar!!" kesal Jaeta sudah akan mengejar wanita itu dengan penuh kemarahan namun ditahan oleh Erik.
"Diamlah! Berhenti memakinya!" Erik menahan Jaeta sambil menutup mulut asal artisnya itu.
"Kamu tidak melihatnya!? Siapa dia berani-beraninya menghancurkan karyaku? Ini lagu pertamaku yang akan disetujui produser tapi gadis sombong itu! Argh!! Lepaskan aku! Aku akan memberikanya pelajaran!!" geram Jaeta karena Erik terus menahannya.
"Diam disini! Berani kamu mendekatinya aku yang akan memberimu pelajaran!" ancam Erik meninggalkan Jaeta dan berlari mengejar Anala.