Rayyan tak tega meninggalkan Arumi seperti ini. Meski dia bahagia dengan apa yang diucapkan mantan istrinya ini, namun dia tidak begitu saja percaya dan mengiyakan apa yang diucapkan oleh Mamanya si Kembar. Perkataan spontan yang mungkin tidak dari dalam hatinya. Rayyan tak mau memanfaatkan keadaan. Dia pun berbalik menghampiri Arumi yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Rayyan tahu Arumi sedang menangis.
"Kamu tidak perlu mengatakan seperti itu hanya untuk menghalangiku menggagalkan pernikahan Keenan. Ayo duduk." Rayyan mengajak Arumi duduk di kursi yang ada di teras rumah Arumi. Wanita itupun menurut.
"Maafkan aku, Ray."
"Sudah jangan menangis lagi. Kalau memang kamu tidak suka aku melakukannya, aku akan turuti. Tapi bagaimana dengan hatimu? kamu mencintai Keenan, kan? Kalau kamu menganggapku kakak, katakan terus terang padaku. Aku tidak akan marah." ucap Rayyan tulus memandang wajah Arumi lama, lalu mengalihkannya.