Chereads / Princess of Prince / Chapter 4 - Bab empat_

Chapter 4 - Bab empat_

Harus mengalah, harus berjuang demi satu kata yaitu cinta

Malamnya Freda sudah bersiap siap, dia sudah memakai pakaian yang Fashioneble ala Affreda. Dia juga memoles wajahnya dengan make up sederhana, untuk memberikan efek pada wajahnya agar tidak terlihat pucat. Bukan berarti dirinya itu penyakitan yah, hanya saja sore tadi tamu bulanannya datang. Membuat Freda jadi lebih lesu dari sebelumnya, memang jika dia sudah kedatangan tamu dia akan lesu, pucat dan tidak bertenaga. Tadinya ingin membatalkan janji, tapi mau bagaimana lagi. Festival malam itu kan satu kali dalam satu bulan, jadi dia tidak mau melewatkan yang bulan ini.

Dengan berbalut baju lengan pendek berwarna baby pink di padu padan kan dengan rok mini berwarna hitam juga sepatu kets berwarna putih, Freda menuruni tangga guna menuju ke ruang tamu dengan menenteng tas kecil favoritnya. Dia akan menunggu Agas di sana saja.

Saat berada di perjalanan menuju ruang tamu, dia berpapasan dengan sang mama yang akan menuju dapur dengan tangan yang menenteng cangkir teh yang sudah kosong. Mereka saling bersitatap, sebelum Freda memutuskan untuk melanjutkan langkah nya menuju ruang tamu.

"Mau kemana Fre?" Tanya sang mama. Gadis itu hanya memutar bola matanya malas, lalu berbalik dan menatap wanita yang berstatus menjadi ibunya itu.

"Mau pergi, ke Festival malam." Jawabnya.

Andum, yang merupakan ibu dari gadis yang menjadi Princess nya sekolah itu tampak terkejut, dan memberikan raut wajah tegas nya pada Freda. "Mama ngga ngijinin yah, kamu itu perempuan. Ngga baik malem malem pergi gitu, apalagi ke Festival malam. Ngga! Mama ngga setuju!" Tegas Andum dengan berkacak pinggang.

Freda menatap datar sang mama. "Freda ngga sendirian kok." Tukasnya.

"Mau sendirian apa ngga, mama tetep ngga setuju!" Seru Andum.

"Freda pasti di jagain kok, freda perginya juga sama-

Ucapan Freda terhenti saat ada bunyi bell yang tiba-tiba terdengar. Atensi keduanya mengarah ke pintu utama, dan disana sudah ada Bi Emi yang sedang membukakan pintu. Freda dan mamanya terdiam sejenak, ingin tau siapa yang bertamu saat situasi antara ibu dan anak itu sedang panas panasnya. Tapi menurut Freda, itu pasti Agas, karena ini sudah jam-nya dia menjemput.

Saat bi Emi menyuruh seseorang untuk masuk, saat itu pula Freda membulatkan matanya, terkejut saat seseorang yang datang bukanlah Agas, melainkan adiknya. Bramasta.

"Siapa dia bi?" Tanya Andum, mama dari Freda itu mendekat pada tamu yang baru saja datang, sementara Freda masih mematung di tempat.

Bramasta tersenyum sekilas "Assalamu'alaikum Tante, saya Bramasta adik kelasnya mba Freda. Saya disini disuruh Mas Agas buat jemput mba Freda, bolehkan Tante?" Ucap Bramasta sesopan mungkin.

Freda berprediksi jika dia tidak akan di bolehkan pergi kalau bukan Agas yang jemput atau yang mengajak, walau itu adiknya sekali pun. Diam diam Freda tersenyum miring.

.

.

.

Disinilah Freda sekarang, Festival malam yang dia idam idamkan. Akhirnya dia bisa datang ke sini juga. Tapi yang membuat dirinya menjadi patah semangat adalah, dia pergi bersama bocah tengil yang selalu mengejar ngejar dia di sekolah. Siapa lagi jika bukan Bramasta.

Kenapa bisa dengan Bramasta, sementara sebelum nya dia sangat yakin dia tidak akan di ijinkan oleh sang mama jika bukan Agas yang menjemput. Namun, prediksi nya kali ini salah, mama nya malah dengan senang hati memberikan tanggung jawab Freda pada Bramasta. Sebegitu percaya nya mama sama bocah ini? Begitu mungkin isi hati kecil Freda.

"Mba Freda kenapa diem aja, udah sampe loh mba. Mau di atas motor aja bareng saya?" Ucap Bramasta membuyarkan lamunan Freda. Dengan segera gadis itu turun, dan melihat ke sekeliling. Satu buah senyuman tipis terukir di wajahnya, kala dia melihat suasana festival malam yang sudah lama dia tidak datangi.

"Mba Freda, mau jajan apa, ntar saya traktir. Mau pop Ice ngga?"

Tanpa mendengar jawaban dari lawan bicaranya, Bramasta malah sudah pergi guna membeli Pop Ice yang dia sebut tadi, "Saya yang rasa coklat!" Teriak Freda, Bramasta hanya mengacungkan jempolnya.

Setelah sekian lama berkeliling akhirnya mereka sampai di sebuah acara atraksi api, ini yang Freda suka dari Festival malam. Walau dia phobia api, tapi jika sudah melihat atraksi seperti ini, jadi malah terlupa akan phobia nya.

"Mba Freda, katanya Mas Agas ngga jadi kesini?" Ujar Bramasta, sementara Freda sadar tidak sadar hanya menjawab seadanya. Karena dia asik melihat atraksi api yang di suguhkan di hadapannya.

"Hm, iya."

"Mba Freda ngga papa kan? Pulangnya nanti sama saya lagi?"

"Hm, iya."

"Atraksinya bagus yah?"

"Hm, iya."

Bramasta heran dengan kakak kelasnya yang satu itu, selalu menjawab kata yang sama. Satu buah ide nakal hinggap di kepalanya, dengan cepat dia mengatakan nya pada sang kakak kelas.

"Mba Freda mau jadi pacar saya?"

"Hm, iya."

Eh? Tunggu seperti ada yang ganjil? Freda memalingkan pandangan dari atraksi yang dia lihat, ke samping dimana Bramasta dengan tidak berdosanya melempar senyum puas pada Freda. Membuat Gadis itu menggaruk rambutnya bingung.

"Yey! Mba Freda udah jadi pacarnya Bramasta!!!!" Teriak Bramasta bak bocah yang mendapat kan permen satu kilo.

"APAAAA!!!"

_______________________

Pagi ini si Princess of School sedang berlari-lari keliling lapangan, bukan karena dihukum. Memang pagi ini adalah jadwalnya kelas XII IPA 1 pelajaran olahraga, dan sekarang sedang materi lari 100 meter bolak balik. Oke, sebenarnya Freda pandai olahraga, semua olahraga dia bisa. Bahkan pernah ikut lomba bola Volly dan mendapatkan juara umum tingkat nasional. Tapi yang jadi permasalahan nya adalah Freda harus lari dalam keadaan dia yang sedang sakit. Iya, perutnya dari tadi pagi itu sakit, akibat datang bulan. Tadi pagi pun dia enggan membuka mulut, teman temannya yang lain bahkan khawatir dengan dia karena dari tadi wajahnya pucat.

Freda telah menyelesaikan larinya dan berhasil mencetak waktu yang baik. Lebih cepat dari pada teman-teman nya yang lain. Saat ini bahkan gadis itu sedang duduk bersandar pada pohon yang tak jauh dari lapangan, mengibas ngibaskan tangannya pada wajah. Lalu dia membuka botol air minum dan menengguknya. Disaat yang lain masih sibuk dengan acara larinya atau hanya sekedar bersorak untuk memberikan semangat. Disini justru dia tengah leyeh-leyeh menikmati semilir angin yang menerpa dirinya.

Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya. "Hai Mba Freda!" Sapa seseorang, membuat Freda refleks berdiri dan menatap sengit seseorang yang ada di hadapannya.

"Ngapain sih kesini!" Ketusnya sambil bersidekap dada.

Siswa itu yang tidak lain adalah Bramasta, hanya terkekeh pelan. Lalu tangannya terulur memberikan Jaket hitam nya pada Freda.

Gadis itu menatap bingung Bramasta, seperti meminta jawaban atas apa yang laki-laki itu lakukan. "Ngapain?"

Bramasta hanya terkekeh menanggapi pertanyaan kakak kelas favoritnya itu. Lalu tanpa aba-aba siswa yang menjabat sebagai Prince sekolah itu mendekat ke arah Freda dan mengikat jaketnya di pinggang gadis itu.

Alhasil Freda yang memang masih cengo, hanya diam dan memperhatikan adik kelasnya itu.

"Kamu ngapain sih!?" Tanya Freds saat Bramasta selesai memasang Jaketnya di pinggangnya.

"Mba Freda tembus tuh." Setelah itu Bramasta pergi tanpa rasa bersalah, tertawa puas sepanjang jalan menuju kelasnya. Sementara Freda, terkejut setengah mati, bagaimana dia tidak tau jika dari tadi dia tembus.

"Pantesan berasa celana aku basah." Pipi Freda menjadi merah, malu lah pasti. Masa saat dirimu sedang datang bulan dan tembus, hal itu di ketahui oleh orang lain, lawan jenis lagi. Bisa di rasakan malunya bagaimana kan?

"Freda, ngapain disitu? ayo cepetan! pelajaran olahraga udah selesai!" Seru Clevo dari kejauhan. Setelah itu Freda memilih cepat-cepat pergi dari lapangan itu.

.

.

"Kamu tadi pake jaketnya siapa?" Tanya Clevo, kini mereka berdua sudah berganti pakaian dan sedang dalam menuju ke kelas. Clevo melirik jaket yang di pegang Freda.

"Jaketnya Bramasta."

"Hah!" Seru teman satu kelasnya itu,membuat mereka menjadi atensi beberapa anak yang ada di Koridor.

"Lebay banget sih, kagetnya sampai segitunya." Cibir Freda.

"Kenapa kamu bisa pakai jaketnya Bramasta?" Tanya Clevo penasaran.

"Tadi ternyata aku tembus, kan aku ngga tau, eh tiba-tiba bocah itu dateng terus ngiket jaketnya ke pinggang aku." Saat Freda menceritakan itu, gadis itu hanya cengo mendengar nya.

Saat mereka masih dalam perjalanan menuju kelas, tiba-tiba suara seseorang membuyarkan segalanya.

"Mba Freda!!!" Teriak seseorang.

"Astaga, kenapa sih bocah tengil itu masih ngikutin aku." Gumam Freda sambil menatap Bramasta sengit.

"Hai Mba cantik." Bramasta melempar senyum nakalnya pada Freda, dan dibalas delikan kesal oleh gadis itu.

"Ngapain sih, mau ngambil jaketnya?" Tanya Feeds ketus.

"Eh, ngga kok."

"Yakali jaket kotor gitu mau di balikin, ngga di cuci lagi? Jorok banget ihh." Cerocos Axel yang datang bersamaan dengan Agas.

"Iya, nanti saya cuci."

"Ngga usah repot repot kok mba, di laundry aja." Jawab Bramasta.

Agas menoyor kepala sang adik pelan. "Itu mah malah nambah mahal." Ujarnya.

"Eh tapi nanti pake uang akan kok."

"Ngga usah, nanti saya cuci." Freda yang memang tidak ingin lama lama berhadapan dengan fans nomer satunya itu, segera dia beranjak pergi disusul oleh Clevo.

Saat Freda sudah hampir di ambang pintu, Bramasta kembali menghentikan langkah nya.

"Nanti ke kantin bareng ya...Pacar." Ucapan Bramasta barusan membuat yang lain kaget setengah mati.

"Apa!!!"

"What!"

"Hah!"

"Astaghfirullah!"

"Yey, peje!!!"

Tau lah yang terakhir siapa, kalo bukan Axel.

"Bramasta, bocah tengil sialan!"