Sambil duduk di pinggir sawah Justine memperhatikan beberapa pekerja yang masih menanam padi dengan sangat giatnya. Walau hari sudah sore mereka tidak peduli dan tetap menyelesaikan pekerjaannya.
Beberapa kali Justine menghela nafas panjang merasakan sepi yang tidak ada batas.
"Justine." panggil Ronney pamannya Justine yang sudah merawat Justine sejak usia Justine sepuluh tahun.
Justine menoleh ke arah pamannya dengan kedua mata sedikit merah.
Hatinya sudah bertekad tidak ingin lagi berlama-lama diam di desa memendam rasa sedih dan dendam pada seseorang yang telah membunuh kedua orang tuanya.
Ingatan Justine pada pria berkulit putih dengan tubuh kekar dan sebuah tato bergambar burung elang di punggung tangannya telah mengakar kuat dalam ingatannya.
Saat itu Justine dalam keadaan trauma akut. Kematian kedua orang tuanya yang meninggal di hadapannya dengan luka tembak di kepala membuat Justine sangat shock dan tidak mau bicara sampai sekarang.