Chereads / CINTA SEORANG PREMAN JALANAN / Chapter 12 - SUAPAN PERTAMA

Chapter 12 - SUAPAN PERTAMA

"Hemm,...terimakasih ya Sih,...sudah mau menjaga ku,..." ucap Abimanyu dengan hati yang semakin meleleh.

" Sama-sama, bukankah sesama manusia harus saling tolong menolong, sekarang tidurlah biar demammu cepat turunnya, besok pagi-pagi aku harus cepat balik,..." ucap Kasih dengan lembutnya.

" Hmmm,...baiklah, selamat malam Bu Dokter,..." ucap Abimanyu dengan hati yang kembang kempis karena bahagia.

Sambil menjaga Abimanyu yang sudah tertidur, Kasih membuka ponselnya, ada beberapa pesan dari Gilang dengan kata-kata amarahnya.

Selain dari Gilang ada juga kiriman gambar dari Jane sahabatnya, mengirim foto Gilang dengan seseorang wanita.

Kasih menghela nafas panjang, Gilang memang tak pernah berubah, selalu menyakiti hatinya dan selalu seperti itu.

Seandainya tidak ada perjodohan itu, dan seandainya dia bukan anak yang penurut, pasti dia akan menolak perjodohan yang tidak dia inginkan ini, perjodohan paksa, perjodohan tanpa cinta.

" Jangan pergiiiiii,...aku mohon bundaaaaa,...!" teriak Abimanyu dengan tiba-tiba.

Kasih tersentak, dengan pelan Kasih menepuk pipi Abimanyu, di lihatnya wajah Abimanyu yang terlihat gelisah, bulir-bulir keringat terlihat keluar dari kening Abimanyu.

" Abi,...bangunlah,..." ucap Kasih sambil menepuk pelan pipi Abimanyu.

Abimanyu yang masih belum tersadar dari mimpinya, meraih tangan Kasih dan memegangnya dengan sangat erat.

" Jangan pergi bunda,...biar aku yang pergi..." rancau Abimanyu dengan suara yang tersengal-sengal.

Kasih yang tak tega melihat racauan Abimanyu, tanpa sadar menarik punggung Abimanyu dan menenggelamkan dalam pelukannya.

" Sasstttt, Abi,... sadarlah,...ada apa denganmu,...?" tanya Kasih sambil mengusap berulang-ulang punggung Abimanyu dengan sangat pelan.

Abi yang mulai sadar dari mimpi buruknya, hanya bisa terdiam dalam pelukan Kasih.

" Maafkan aku, jika membuatmu takut,..." ucap Abimanyu menjauhkan punggungnya dari pelukan Kasih.

" Aku bukannya takut, tapi aku ingin tahu ada apa antara kamu dan Bundamu,...?" tanya Kasih menatap wajah Abimanyu yang tiba-tiba

berkesan sangat dingin.

" Itu bukan urusanmu, sebaiknya kamu tidur ini sudah malam,..." sahut Abimanyu dengan suara yang datar, sambil memunggungi Kasih.

" Kalau kamu tidak mau cerita, aku tidak akan memaksamu Bi, tapi kamu tidak perlu bersikap dingin seperti itu,...kamu masih demam jadi jangan lepas lagi kompresnya,..." balas Kasih sambil meletakkan handuk basah di kening Abimanyu.

Setelah mengompres kening Abimanyu, Kasih kembali duduk mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja.

Dengan posisi duduk, Kasih memejamkan matanya. Rasa kantuk sebenarnya sudah menyerangnya dari sore, hanya karena ingin menjaga Abimanyu Kasih harus menahan rasa kantuknya.

Abimanyu terdiam lama sambil memegang handuk di keningnya, sambil memejamkan matanya, Abimanyu mengingat kata-kata Kasih yang masih terngiang di telinganya.

Tanpa mengeluarkan suara, Abimanyu turun dari ranjangnya, melihat Kasih yang tertidur dalam keadaan duduk tanpa memakai selimut.

Sambil menahan sakit di punggung dan di pundaknya, Abimanyu meraih jaket yang tergantung di tembok, dan di selimutkannya dengan pelan di tubuh Kasih yang sudah tertidur nyenyak.

" Maafkan aku Sih, aku belum bisa menceritakan apapun padamu,...tapi percayalah suatu saat aku pasti akan menceritakan semuanya,..." gumam Abimanyu sambil menatap wajah cantik Kasih.

###

Udara yang dingin menyeruak masuk dari sela cendela Abimanyu, membuat Kasih terbangun dari tidurnya.

Sambil menahan kantuk, melihat ada jaket yang menutup dadanya.

Kasih menatap Abimanyu kemudian tersenyum tipis, Kasih tahu Abimanyulah yang menyelimutinya dengan jaketnya.

Berlahan Kasih meraih ponselnya yang di atas meja kemudian menyalakannya.

" Sudah jam lima pagi, aku harus menyiapkan sarapan buat Abi,..." gumam Kasih sambil melihat Abimanyu yang masih tertidur.

Dengan mengendap-endap, Kasih berjalan keluar kamar mencari ruang dapur untuk memasak.

Karena rumah Abimanyu memang kecil, tak membutuhkan waktu lama Kasih sudah menemukan dapur untuk memasak. Tidak pakai ribet Kasih sudah memasak bubur dan dadar telor untuk sarapan Abimanyu.

Sambil membawa semangkuk bubur yang masih panas, Kasih kembali ke kamar Abimanyu yang masih tertidur pulas.

" Abi,...bangun, sudah pagi nih,...aku harus pulang sekarang,..." ucap Kasih sambil menepuk pundak Abimanyu dengan pelan.

Dengan gerakan pelan, Abimanyu membuka matanya yang masih mengantuk.

" Sudah jam berapa Sih,...?" tanya Abimanyu sambil bangun dari tidurnya untuk duduk bersandar.

" Sudah setengah enam, aku harus pulang,..." ucap Kasih sambil memegang kening Abimanyu yang sudah tidak panas lagi.

" Biar aku telpon Jonny untuk mengantarmu pulang,..." ucap Abimanyu dengan berat hati karena tidak bisa berdua lagi sama Kasih.

" Tidak usah Bi, biar aku naik taxi saja, oh ya itu aku buatkan bubur untukmu,...makanlah sebelum minum obat nanti,..." ucap Kasih penuh perhatian.

" Kamu,...! membuat bubur untukku,...?" tanya Abimanyu dengan perasaan tak percaya, setelah semalam menyinggung perasaan Kasih.

Kasih mengangguk dan tersenyum.

Hati Abimanyu kembali meleleh, perasaannya campur aduk ingin memeluk Kasih dalam pelukannya, tapi apa daya Kasih sudah mempunyai seorang kekasih. Cinta Abimanyu bertepuk sebelah tangan.

" Sstt tunggu, cintaku bertepuk sebelah tangan,...? apa aku mencintai Kasih,...?" batin Abimanyu panik sambil memegang dadanya yang terasa berdegup kencang.

" Ada apa Bi,...? apa kamu melamunkan sesuatu,...?" tanya Kasih menatap Abimanyu dengan lembut.

Sungguh melihat tatapan Kasih yang teduh membuat Abimanyu tak ingin Kasih hilang dari pandangannya, ingin Kasih berada di sisinya.

" Kasih,...bisakah menyuapiku sebelum kamu pulang,...?" ucap Abimanyu dengan ragu-ragu takut Kasih menolaknya.

Kasih berpikir sejenak kemudian mengangguk pelan.

" Baiklah, tapi kamu harus berjanji padaku dalam satu hal,..." ucap Kasih dengan serius.

" Berjanji tentang apa,...?" tanya Abimanyu menatap Kasih penuh tanda tanya.

" Berjanjilah padaku, untuk selalu menjaga orang tuamu, selagi mereka masih ada bersamamu,...tidak seperti aku yang sudah kehilangan kedua orang tuaku,...aku tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari Bi,..." ucap Kasih menatap lembut wajah Abimanyu.

Ucapan Kasih bagaikan air dingin yang mendinginkan kebenciannya pada papanya.

Abimanyu menatap Kasih tanpa mampu menjawab pertanyaan Kasih yang sangat berat baginya.

" Aku tidak bisa berjanji saat ini Sih, tapi aku akan berusaha untuk menghilangkan perasaan benci dan kecewa ini,..." ucap Abimanyu sambil memegang dadanya yang terasa sesak oleh kepedihan.

" Tidak apa Bi, semua butuh proses, yang terpenting di hatimu sudah ada niat untuk berusaha memperbaikinya,..." ucap Kasih seolah tahu apa yang di rasakan Abimanyu.

" Sepertinya kamu tahu semua isi hatiku, apa kamu malaikat Sih,...? kamu tidak akan mengambil nyawaku kan,...?" tanya Abimanyu dengan nada bercanda.

" Sudah, kamu suka sekali ngelantur kalau bicara, ayo buka mulutmu,..." ucap Kasih sambil menyuapi satu sendok bubur ke mulut Abimanyu yang sudah terbuka.

Abimanyu menatap Kasih dengan mata tak berkedip, begitu sangat telaten dan perhatian Kasih menyuapinya.

" Aku tidak apa-apa jika harus terluka berkali-kali Sih, asal kamu yang menjagaku dan menyuapiku seperti ini terus,..." batin Abimanyu dengan hati yang bahagia.