Chereads / Subarashii Classroom: Kelas Aneh! / Chapter 40 - Kesulitan Diterima

Chapter 40 - Kesulitan Diterima

(POV Kensel)

Liburan musim panas adalah waktu paling ditunggu-tunggu semua makhluk multiseluler yang sedang mengenyam pendidikan di bangku SMA.

Liburan musim panas diadakan karena cuaca panas yang terlampau ekstrim sangat tidak cocok digunakan untuk belajar. Jadi, daripada otak mendidih gara-gara cuaca panas, mending kita makan es milo kepal saja. Kebetulan, di daerah sini ada orang Indonesia yang sedang berjualan.

"Pak, saya pesan es milo kepalnya 2 porsi."

"Siap."

Aku berjalan kaki sambil menggendong tas. Es kepal milo yang tadi kubeli kumasukan ke dalam tas supaya tidak meleleh. Siang ini, aku akan mengerjakan PR di rumah Maggiana. Meskipun sekarang sedang liburan sekolah, sebuah tugas yang bernama PR tetap saja ada. Daripada mengerjakannya sendirian, mengerjakan dengan orang yang kita suka akan jauh lebih menyenangkan.

*Ting tong!

Aku menekan bel rumah Maggiana setelah sampai di depan rumahnya.

Tapi, orang yang muncul dari balik pintu bukanlah Maggiana, melainkan seorang lelaki yang terlihat sedikit lebih tua. Sepertinya, dia kakak laki-lakinya.

"Cari siapa?" tanya lelaki itu.

"Anu, apa Maggiana ada?"

"Maaf, tidak ada orang yang bernama Maggiana di muka bumi ini."

Setelah berkata begitu, dia langsung menutup pintunya.

"Apa aku salah masuk rumah? Ah, rasanya tidak mungkin," batinku.

*Ting tong!

Aku menekan bel rumahnya lagi.

Lelaki itu membuka lagi pintunya, dia memandangku tajam.

"Pergi sana." Dia mengusirku.

"Anu, saya sudah janjian dengan Maggiana. Kami berdua mau belajar bareng," kataku, menjelaskan.

"Siapa kau? Apa kau pacarnya Maggiana?"

"Bu-bukan, saya teman sekelasnya."

"Maggiana gak punya teman, satu-satunya teman Maggiana adalah aku. Cepat pergi sana!" Dia mengusirku lagi.

"Ta-tapi..."

"PERGI!!!"

Saat lelaki ini marah-marah, aku melihat Maggiana sedang turun dari tangga.

"Nii-san!!!" Maggiana berteriak, ia menoleh ke belakang. "Nii-san, dia teman sekelasku, aku mau ngerjain PR bareng dia," ucap Maggiana, dia kemudian menarik lenganku.

Lelaki yang ternyata kakaknya Maggiana, terlihat marah.

"Kenapa kau mengerjakan PR dengan orang seperti dia? Kamu kan bisa meminta bantuanku!"

"Hah? Mana mungkin! Nii-san kan bodoh!"

*Jleb.

Mungkin itulah yang dirasakan oleh kakaknya. Dia langsung berlari ke kamar setelah Maggiana menyebut dirinya bodoh. Aku tidak tahu apakah dia memang bodoh atau tidak, tapi aku sedikit merasa iba kepadanya. Maggiana memang sadis.

"Maaf, kakakku sedikit merepotkan. Dia seorang siscon." Maggiana geleng-geleng kepala.

"Ah, wajar saja. Adiknya sangat imut, sih," kataku.

*Plakk!

Maggiana menamparku.

"Makasih," ucap Maggiana, malu-malu.

Aku dan Maggiana belajar di ruang keluarga. Ayah dan Ibu Maggiana sedang pergi bekerja, jadi ruangan ini tidak dipakai.

"Ini es kepal milo buatmu, yang satunya lagi buat kakakmu," kataku, sambil menyodorkan keresek tadi.

"Waah makasih, aku sangat suka es milo kepal. Buat aku dua-duanya aja, ya?"

"Ya, terserah."

Meskipun aku bilang akan mengerjakan PR, sebenarnya yang mengerjakan PR cuma Maggiana, aku hanya menemaninya. Aku menggunakan kekuatan anehku agar PR musim panasku dan Maggiana bisa cepat selesai.

Aku duduk di samping Maggiana supaya dia mendapatkan tambahan kepintaran. Dengan begitu, Maggiana bisa mengerjakan PR musim panas dengan sangat lancar dan cepat. Setelah PR Maggiana selesai, aku akan langsung menyalin semuanya. Sungguh efektif, bukan?

Setelah es milo kepal itu habis, Maggiana langsung mengambil PR-nya dan segera duduk di sebelahku. Aku sedikit deg-degan, Maggiana yang memakai baju rumahan terlihat sangat menawan.

"Ayo kita mulai," ucap Maggiana.

"Ok," balasku yang sedang duduk di sampingnya.

Maggiana terlihat sangat serius, dia benar-benar jadi orang yang pintar. Soal-soal yang sangat sulit pun dapat dikerjakan dengan mudah. Kekuatan anehku membuat otak Maggiana jadi encer, seperti otaknya Sera dan Akemi.

Aku yang duduk di sampingnya cuma bisa memperhatikan saja, tidak berani mengganggu.

Satu jam berlalu, tiba-tiba aku merasa ingin kencing.

"Aku ke kamar mandi sebentar, ya."

"Oke," balas Maggiana yang masih mengerjakan PR.

Saat kembali dari kamar mandi, Maggiana sudah tertidur. Padahal dari tadi dia sangat bersemangat mengerjakan PR. Sepertinya otaknya kelelahan gara-gara mendapatkan kepintaran yang berlebihan.

Sekarang apa yang harus aku lakukan?

Aku tidak berani membangunkan Maggiana, soalnya dia sedang ngacai. Kalau aku bangunkan, nanti dia merasa malu. Tapi, mengambil fotonya saat sedang ngacai sepertinya bukan ide yang buruk.

*Cekrek!

Aku mengambil foto Maggiana yang sedang ngacai. Kemudian, aku jadikan foto itu sebagai wallpaper di handphoneku.

Karena gak ada kerjaan, aku pun cuma duduk-duduk di sofa. Sambil menunggu Maggiana terbangun, aku streaming cuplikan sepak bola. Klub sepak bola favoritku adalah Manchester United.

Di saat sedang asyik streaming, kakak laki-laki Maggiana memanggilku dari balik tembok. Dia menyembunyikan dirinya, seperti detektif yang sedang mengintip penjahat.

"Oi kau, kemari!"

Aku pun mendekati kakaknya.

"I-iya, ada apa?" tanyaku.

"Namamu Korsel, 'kan? Mau kah kau membantuku?"

"Namaku Kensel bukan Korsel! Ya, minta bantu apa?"

"Sudahlah, namamu tidak penting. Bantu aku mengerjakan PR, kudengar kekuatan anehmu bisa menambah kepintaran. Benar, 'kan?"

"Ya, benar. Oke deh."

Kakaknya langsung tersenyum setelah mendengar jawaban dariku.

Aku kemudian masuk ke kamar kakaknya.

Kakaknya mengambil buku PR, kemudian duduk di sebelahku.

"Kamu jangan ke mana-mana, ya!" pinta Si Kakak.

"Siap."

Kekuatan anehku aktif lagi, kakaknya Maggiana berubah menjadi orang yang pintar. Dia dapat mengerjakan soal-soal yang sulit dengan mudah. Bahkan saking pintarnya, dia bisa menulis PR menggunakan kaki.

Kakaknya menulis menggunakan kaki, aku sangat tercengang melihatnya. Dia bahkan tidak melihat soal, dia mengerjakan soal sambil memejamkan mata. Sambil mengerjakan PR, dia menyanyikan sebuah lagu yang sangat aneh, bunyinya 'hime-hime'.

Dia hanya melihat soal sepintas saja, kemudian dikerjakan dengan mudah. Apakah kekuatan anehku sehebat itu? Aku jadi iri pada diriku sendiri.

Setelah dia bosan bernyanyi 'hime-hime', dia mulai menceritakan tentang dirinya dengan Maggiana. Kakaknya sangat menyayangi Maggiana, daripada kata 'sayang', mungkin kata 'terlalu sayang' lebih tepat untuk menggambarkan perasaannya. Seperti kata Maggiana, kakak laki-lakinya benar-benar seorang siscon (Sister Complex = Menyukai adik sendiri).

Akhirnya, PR musim panas dia sudah selesai dikerjakan. Ini pertama kalinya aku melihat orang mengerjakan PR menggunakan kaki.

"Makasih banyak. Kau benar-benar membantuku!"

"Ya, sama-sama," jawabku.

(Aku tidak melakukan apa-apa, loh.)

Tiba-tiba, raut wajah kakaknya berubah serius.

"Anu... es milo kepalnya masih ada?"

"Gak ada, sudah di makan Maggiana dua-duanya," jawabku.

(Kirain nanya apa.)

"Astaga... anak itu benar-benar rakus. Tapi, itulah yang aku suka darinya," ucap sang Kakak.

"Iya, aku juga menyukainya."

Mendengar hal itu, kakaknya langsung marah.

"Hah? kau berpacaran dengan Maggiana, ya? Mengaku saja!"

"Tidak, maksudku es kepal milo, bukan Maggiana."

"Oh... kirain." Si Kakak terlihat lega.

(Hampir saja)

Di saat sedang mengobrol, tiba-tiba Maggiana masuk ke ruangan ini.

"Kalian terlihat akrab sekali. Sedang membicarakan apa?" tanya Maggiana.

Aku kaget ketika melihat Maggiana, dia tidak memakai kacamata.

"Maggiana, kau tidak pakai kacamata? Kekuatan anehmu tidak aktif?" tanyaku.

"Kekuatan anehku tidak aktif kalau sedang berada di rumah," jawabnya.

"Oh, begitu."

Aku belum sempat bertanya, apakah Maggiana memakai kacamata selama-lamanya? Apakah dia memakai kacamata saat tidur dan mandi? Sekarang aku tahu jawabannya. Aku bisa tidur dengan nyenyak.

"Nii-san, Kensel. Ayo makan semangka, aku sudah potongkan buat kalian berdua," ajak Maggiana.

"Iya, nanti aku dan Korsel menyusul. Kamu duluan saja," balas Si Kakak.

"Oke."

Maggiana meninggalkan kami berdua.

"Hei Korsel, wajahmu terlihat aneh. Kau ingin berkata sesuatu padaku, ya?"

Astaga, orang ini sangat pandai membaca ekspresi.

"Y-ya. Aku memang ingin mengatakan sesuatu. Sebenarnya, aku berpacaran dengan Maggiana. Tapi, kalau kakak tidak suka, aku akan putus sekarang juga," kataku, mengaku.

Dia hanya tersenyum.

"Ya, aku sudah tahu, kok. Tidak apa-apa, gak usah putus. Tolong jaga Maggiana baik-baik, ya!"

Sungguh jawaban yang tak terduga. Aku senang mendengarnya.

"Baik!" kataku.

Sifat si kakak mendadak berubah, sekarang dia terlihat seperti kakak sungguhan.

"Tapi..."

"Tapi apa?" tanyaku.

"Kamu punya foto Maggiana saat ngacai, 'kan? Aku minta dong, hehehe."

"Ya, aku punya. Kakak punya foto Maggiana saat lepas kacamata, gak?"

"Oh, punya dong."

"Bagus. Ayo kita barter!"

"Oke!"

Di hari itu, aku dan calon kakak ipar saling bertukar foto Maggiana. Kita berdua jadi semakin akrab.

Aku bersyukur karena kakak laki-laki Maggiana orang yang baik, meskipun sifatnya agak sedikit aneh. Kita berdua memiliki banyak kesamaan. Sama-sama menyukai gadis berkacamata, sama-sama menyukai Manchester United, dan sama-sama menyukai es milo kepal.