Chereads / You Are Mine, Viona : The Revenge / Chapter 8 - Acrophobia

Chapter 8 - Acrophobia

Viona harus bertahan bekerja sebagai pengasuh untuk Zevanya selama ia belum berhasil menemukan barang-barang pribadinya yang disimpan oleh Fernando didalam rumah besarnya. Fernado tak memberitahukan dimana ia menyimpannya, karena khawatir Viona akan kabur ketika sudah menemukan barang-barang peninggalan ibunya. Sebenarnya yang Viona ingin sekali temukan adalah buku tabungan yang ia simpan bersama tumpukan album foto ibunya karena semua uangnya disimpan ditabungan itu.

"Aku harus segera menemukan buku itu supaya bisa melanjutkan hidupku setelah pergi dari sini," ucap Viona lirih.

"Buku apa kak Vio?"tanya Zevanya penasaran.

"Akhh bukan apa-apa anak cantik, ayo berangkat sudah mau terlambat kita,"jawab Viona gugup.

"Ayoo,"teriak Zevanya riang.

Hari ini sekolah Zevanya mengadakan tamasya ke Niagara Skywheel untuk menikmati pemandangan air terjun niagara yang luar biasa itu. Karena Fernando sedang sibuk akhirnya Vionalah yang menggantikannya sebagai pendamping bagi Zevanya. Viona memakai pakaian yang mempunyai warna yang sama seperti pakaian yang dipakai oleh Zevanya.

Setibanya di taman sekitar Niagara Skywheel, Zevanya berlari kesana kemari dengan riang bersama teman-temannya yang membuat Viona tak melepaskan pandangannya pada gadis cilik itu. Karena kondisi yang ramai ia harus melakukan pengawasan ekstra.

"Ayo kak, Zeze mau naik Niagara Skywheel itu,"rengek Zevanya berulang-ulang.

"Kakak takut ketinggian Zeze," tolak Viona lembut, ia punya phobia ketinggian sejak kejadian di panti asuhan dulu dimana ia terjatuh dari lantai dua dan membuat kakinya patah.

"Tapi Zeze mau naik itu kak huaaa," tangis Zevanya pecah.

Mendengar Zevanya menangis membuat Viona panik, ia berusaha menenangkan anak asuhnya agar tak menangis dan berjanji mau naik bianglala terbesar di canada itu. Tapi dilain sisi lain ia takut tak mampu mengontrol dirinya ketika ada diatas nanti, Viona akhirnya mengalah untuk mengikuti kemauan Zevanya. Wajahnya menjadi pucat ketika melangkahkan kakinya di pintu masuk bianglala.

"Tunggu,"ucap seorang pria yang tiba-tiba ikut masuk ketika pintu kabin akan ditutup.

"Daddy!!"teriak Zevanya senang.

Rupanya Fernando menyusul pergi ketempat Zevanya melakukan tamasya bersama teman-temannya, ia bahkan meminta Natasya sang sekretaris untuk mewakilinya pergi meeting. Dengan senyum tampannya Fernando masuk kedalam kabin bianglala, ia memilih duduk disebelah Zevanya sedang Viona duduk dihadapannya mereka bertiga nampak seperti keluarga kecil yang bahagia.

Viona berusaha sekuat mungkin membuat dirinya melawan rasa takutnya ketika ada diketinggian didalam bianglala, keringat dingin mengalir di wajahnya yang memucat ketika kabin bianglala benar-benar ada di puncak tertinggi. Ia berusaha memalingkan wajahnya dengan memandang air terjun niagara yang terlihat jelas dari atas, Fernando merasa ada yang aneh terjadi pada diri Viona. Dengan perlahan Fernando berpindah tempat duduk disebelah Viona, ia kemudian menggengam tangan Viona dengan erat dan sempat terkeju saat menyadari tak ada penolakan dari Viona seperti biasanya yang selalu menolak jika disentuh olehnya.

Brukkk

Tiba-tiba Viona terjatuh kebawah dengan sigap Fernando menangkap tubuh gadis itu supaya tak terbentur lantai bianglala, ia membaringkan tubuh Viona di bangku bianglala dan mencoba menyadarkannya sedang Zevanya nampak sangat terkejut melihat Viona pingsan.

"Kak Vio kenapa Daddy?"tanya Zevanya sedih.

"Kakak cuma mengantuk saja sayang, dia sedang tertidur sebentar lagi juga bangun,"jawab Fernando pelan berusaha menenangkan Zevanya yang terlihat akan menangis.

"Zeze lanjutkan lihat pemandangan saja ya," imbuh Fernando lembut.

Zevanya mengangguk penuh semangat, dia kemudian kembali mengangumi keindahan pemandangan Horseshoe dan American Fall (bagian dari air terjun Niagara), Niagara River, dan Niagara Park. Fernando berusaha membuat Viona tersadar dengan menepuk pipinya perlahan, tapi Viona tetap tak terbangun dengan sedikit panik Fernando menghubungi pengawalnya yang menunggunya dibawah untuk menyiapkan ambulan dan meminta petugas untuk mempercepat bianglala supaya cepat sampai dibawah.

Setelah mengertahui ada orang pingsan didalam kabin bianglala, para petugas kemudian mengosongkan area untuk segera menerima pasien yang pingsan. Tak lama kemudian terlihat kabin yang membawa Fernando, Viona dan Zevanya sampai. Para petugas dengan cekatan meraih tubuh Viona yang sudah makin lemas mereka dengan cekatan memasang oksigen pada Viona untuk alat bantu bernafas. Fernando menggendong tubuh kecil Zevanya yang terlihat kebingungan melihat Viona dibawa dengan menggunakan ambulance.

Ambulance yang membawa Viona berjalan dengan cepat menuju rumah sakit dibelakangnya mengerkor tiga mobil milik Fernando, didalam mobil Zevanya terus menerus menanyakan alasan kenapa Viona dibawa dengan menggunakan ambulan yang membuat Fernando makin gelisah memikirkan kondisi Viona.

Fernando berlari menuju ruang IGD tempat dimana Viona mendapatkan perawatan insentif, dari balik kaca ia bis melihat beberapa dokter terlihat sibuk memasangkan jarum infus ditangan Viona. Dua puluh menit kemudian para suster dan dokter yang menangani Viona keluar, mereka mengatakan tinggal menunggu waktu sebentar lagi untuk Viona siuman. Mendengar ucapan dokter membuat Fernando menghela nafas panjangnya, matanya menatap lurus ke arah ranjang dimana Viona masih memejamkan matanya.

"Kenapa kau memaksakan dirimu kalau kau takut ketinggian?"tanya Fernando marah pada Viona yang sudah sadar.

"Saya tak mau membuat Zeze sedih," jawab Viona lirih.

"Gadis bodoh, kau justru membahayakan dirimu dan Zeze kalau aku tak ada disana," hardik Fernando jengkel.

"Maaf hiks,"isak Viona merasa bersalah.

"Sudah lah jangan menangis, semuanya sudah berlalu sebentar lagi kita bisa pulang dan malam ini kau tidur di kamarku,"ucap Fernando tanpa rasa bersalah.

"Apa!" pekik Viona kaget setelah mendengar ucapan Fernando.

"Zeze menunggumu dikamarku sampai tertidur, tadi pelayan dirumah menghubungiku," ucap Fernando menjelaskan.

Viona terdiam dan merasa malu karena sudah berfikiran jelek pada Fernando, perlahan ia menurunkan kakinya kelantai dibantu oleh seorang suster untuk duduk di kursi roda kemudian mendorongnya menuju mobil di lobbi rumah sakit.

Fernando membopong Viona masuk kedalam mobil yang kemudian berjalan meninggalkan rumah sakit menuju rumah Fernando. Di dalam mobil Viona tertidur dengan bersandar pada jendela, karena tak tega akhirnya Fernando memindahkan kepala Viona kepahanya supaya bisa tidur dengan nyaman. Saat sampai dirumah Fernando memilih tak membangunkan Viona dan dengan perlahan ia mengangkat tubuh Viona masuk kedalam rumahnya menuju kamarnya. Saat ia membuka kamarnya terlihat sosok kecil Zeze tengah tertidur diatas ranjangnya sambil memeluk boneka kesayangannya, yang dibelikan oleh Viona beberapa waktu lalu. Dengan perlahan Fernando menurunkan Viona diatas ranjangnya.

"Kalian bersihkan tubuh nona Viona dan ganti pakaiannya lalu siapkan makan untukku, setelah mandi aku akan makan."Perintah Fernando pada keempat pelayannya yang tengah berdiri didepan kamarnya.

Para pelayan itu kemudian dengan cepat masuk kekamar sang tuan, sesaat setelah sang tuan rumah masuk kedalam kamar mandi. Mereka dengan cekatan membasuh tubuh Viona dengan handuk basah lalu mengganti pakaian dengan pakaian tidur.

"Kenapa tuan sangat baik memperlakukan Viona? Padahal ia cuma pengasuh,"ucap seorang pelayan muda dengan berbisik.

"Diam kau, Tuan tak pernah menganggap Viona sebagai pengasuh," jawab seorang pelayan lainnya.

"Bagaimana dengan nona Natasya? " tanya pelayan muda itu penasaran.

"Sudah sudah jangan bahas lagi nanti tuan mendengarnya kita bisa dipecat, ayo kita keluar tugas kita sudah selesai," bisik pelayan lainnya.

Para pelayan itu segera meninggalkan kamar Fernando setelah mendengar bunyi shower yang berhenti, yang menandakan Fernando sudah selesai mandi dan benar saja sesaat setelah pelayan itu keluar pintu kamar mandi

terbuka dan muncullah Fernando dengan piyama tidurnya.

Fernando tersenyum melihat pakaian Viona sudah diganti, ia membatalkan makan malamnya dan mendekat ke arah ranjang untuk bergabung dengan anaknya dan Viona yang sudah terlelap.

"Kita akan selamanya seperti ini Vio, jangan buat aku khawatir lagi," ucap Fernando lembut sambil memeluk Viona dari belakang lalu memejamkan matanya.

Bersambung