Chereads / You Are Mine, Viona : The Revenge / Chapter 41 - Happy wedding Anniversary

Chapter 41 - Happy wedding Anniversary

Fernando terbangun di atas meja kerjanya dengan berkas-berkas yang berhamburan. Dengan malas pria itu berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap kekantor, saat sampai di depan pintu kamar mandi ia terhenti ketika mengingat berkas-berkas yang berhasil ia kumpulkan beberapa tadi malam.

"See u soon Viona,"ucap Fernando lirih sambil masuk ke dalam kamar mandi yang luas.

Setelah pulang dari pencarian tempat tinggal Fernando baru teringat bahwa detektif swasta yang ia sewa untuk mencari tau tentang saudara-saudara Viona di panti sudah menunggunya dirumah, sebagai imbalan Fernando menyerahkan uang sebesar 500 ribu dollar karena telah berhasil menemukan anggota keluarga Viona yang masih hidup. Karena Fernando tak tau orang tua kandung Viona akhirnya ia mencari saudaranya yang dulu tinggal bersamanya di panti.

Tok

Tok

"Tuan muda diruang tamu ada beberapa orang yang sudah menunggu tuan."

Suara kepala rumah tangga dari balik pintu memberitahu pada Fernando yang masih memakai pakaiannya.

ceklek

Fernando keluar dengan pakaian yang sudah rapi, dengan setelan jas seperti biasa ketika ia akan berangkat kekantor.

"Pagi Tuan,"sapa Teddy sang kepala rumah tangga di istana Fernando dengan hormat.

"Sudah yakin mereka yang ada di list itu, Teddy?"tanya Fernando alih-alih menjawab sapaan pelayan setianya.

"Iya Tuan, saya sudah memastikan berulang kali," jawab Teddy sopan.

Fernando tersenyum tipis lalu berjalan menuju ke tangga untuk turun menemui tamu spesialnya, Fernando berdiri ditangga dan melihat ke ruang tamunya yang sudah penuh karena kedatangan sepuluh orang gadis yang sepantaran Viona.

"Terima kasih sudah datang ke rumah saya,"ucap Fernando saat tiba diruang tamu.

"Tuan Fernando,"pekik para tamunya hampir bersamaan, mereka tak percaya kalau mereka ada dirumah pengusaha yang sedang naik daun itu.

"Ikut saya ke ruang makan, saya tau kalian pasti belum sarapan,"ucap Fernando mengajak tamunya makan bersama.

Fernando berjalan ke arah ruang tamu yang biasa dipakai kalau ada acara jamuan penting, meja makan yang panjang dengan deretan kursi mewah yang bisa menampung empat puluh orang sekaligus. Tamu Fernando nampak berbisik-bisik berdecak kagum melihat interior ruang makan itu yang membuat Fernando tersenyum tipis.

Fernando memimpin acara makan paginya dengan mengangkat wine ke hadapan para tamunya, setelah toas bersama mereka akhirnya menikmati sarapan mewah itu.

"Perkenalkan diri kalian,"ucap Fernando tiba-tiba.

"Saya Liona."

"Saya Bella."

"Saya Ivy."

"Saya Demi."

"Saya Paula."

"Saya Amber."

"Saya Elsa."

"Saya Claudia."

"Saya Laura."

"Dan saya Vivian "

"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda,Tuan Fernando,"ucap semua gadis itu secara bersamaan.

"Kalian tau kenapa aku kumpulkan dirumahku?"tanya Fernando sambil menyeka sisa makanan yang ada di bibirnya dengan sapu tangan.

"Tidak tuan," jawab semua gadis itu hampir bersamaan.

"Aku ingin kalian bisa bekerja di perusahaanku,"ucap Fernando lantang.

"Kantorku membutuhkan banyak karyawan wanita untuk menjadi call center karena seperti yang kalian tau perusahaanku sedang berkembang secara pesat," imbuh Fernando sambil mengambil sebuah amplop coklat yang ia bawa semalam untuk diserahkan pada para tamunya itu.

"Bagi satu persatu,"titah Fernando pada Teddy sang kepala pelayan yang sejak tadi berdiri disebelah Fernando.

Pelayannya menganggukan pelan lalu membagikan kertas perjanjian kerja pada semua gadis yang Fernando kumpulkan itu, setelah mereka menerima nampak beberapa gadis itu berbisik satu sama lain karena melihat angka yang tercantum dikontrak itu. Mata mereka terlihat berbinar-binar hingga membuat Fernando tersenyum kecil karena telah berhasil menjerat mangsanya.

"Tuan apakah ada posisi kosong untuk sekertaris pribadi anda?"tanya seorang gadis dengan payudara silikon yang bernama Amber pada Fernando.

"Apa diantara kalian ada yang kuliah?" tanya Fernando balik pada semua gadis yang terlihat bahagia itu.

"Tidak tuan kami hanya sekolah sampai sekolah menengah atas saja,"jawab semuanya kompak begitupun juga Amber yang nampak kecewa itu.

"Tak apa kalian tak usah malu, yang penting kalian ada kemauan untuk bekerja itu sudah cukup dan mengenai posisi sekertaris saat ini sudah terisi oleh orang kepercayaan ku tapi tak menutup kemungkinan aku akan mencari sekertaris wanita baru,"ucap Fernando dengan tersenyum tipis.

"Jadi sekarang sekertaris anda ...

"Ya, sekertaris ku seorang lelaki,"sahut Fernando memotong ucapan Amber ia tersenyum tipis pada gadis itu seperti sedang memberi lampu hijau.

Mendengar perkataan Fernando membuat Amber tersenyum puas, ia mengedipkan salah satu matanya pada Fernando yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Fernando.

"Kalian sudah boleh pulang, besok pagi datang kekantor ku dengan membawa surat kontrak itu dan tolong perhatikan pakaian kalian," ucap Fernando sambil menatap pakaian gadis-gadis yang ada dihadapannya itu sambil bergeleng-geleng.

Bagaimana tidak ia heran karena semua gadis yang ada dihadapannya memakai baju dengan belahan rendah semua hingga memperlihatkan belahan bukit mereka secara jelas. Bahkan ada beberapa gadis yang tak memakai bra sehingga memperlihatkan puncak bukit kembar mereka yang tercetak di baju yang mereka pakai termasuk Amber yang mempunyai ukuran paling besar.

"Baik tuan kalau begitu kami permisi dan sekali lagi terima kasih atas kesempatan ini,"ucap gadis-gadis itu bersama.

Fernando mengangkat tangannya pelan untuk menjawab ucapan terima kasih tamunya itu, Fernando menatap kepergian tamu-tamunya dari balik kaca rumahnya.

"Sepertinya memang hanya kau vio yang terbaik diantara mereka," ucap Fernando lirih saat melihat tamunya pergi.

"Iya tuan sepertinya hanya nona Viona yang mempunyai pekerjaan paling bagus dan terhormat diantara adik-adik sepantinya itu,"sahut Harry sang sekretaris baru Fernando yang menggantikan Nessie.

"Apa latar belakang pekerjaan mereka sebelumnya?" tanya Fernando balik.

"Sembilan diantara mereka adalah pekerja bar dan hanya satu yang bernama elsa yang bekerja sebagai petugas di wahana bermain tapi ia hidup bersama dengan kekasihnya yang diduga sebagai seorang preman di daerah itu," jawab Harry cepat.

"Hehhh jadi memang benar hanya Vionaku yang paling bersih diantara mereka,"celetuk Fernando dengan membanggakan Viona.

"Benar tuan walau mereka tumbuh di panti yang sama dengan nona Viona tapi mereka di adopsi oleh orang tua asuhnya saat berusia delapan tahun hampir secara bersamaan dan hanya nona Viona yang menolak di adopsi padahal banyak pasangan suami istri yang ingin mengangkat nona Viona sebagai anak tapi ditolak oleh nona Viona dengan alasan ingin tetap di panti bersama ibu Maria si pemilik panti,"ucap Harry menjelaskan pada Fernando.

"Semua info yang kau dapat valid bukan?"tanya Fernando dingin pada sekertarisnya itu.

"Saya jamin 100 % tuan,"jawab Harry dengan serius.

"Bagus,"celetuk Fernando, ia kemudian berjalan menuju mobilnya yang sudah siap mengantarnya pergi kekantor diikuti Harry dibelakang dengan membawa sebuah tas berisi laptop milik Fernando.

Harry diperintahkan Fernando untuk mencari tau tentang kehidupan Viona di masa lalu sewaktu dipanti, setelah pencarian hampir satu minggu akhirnya Harry berhasil mendapatkan info kehidupan Viona dari mantan staff yang bekerja di panti asuhan cahaya beberapa tahun lalu.

Di dalam mobil Harry menceritakan secara detail info yang sudah ia dapat dari mantan pekerja di panti asuhan cahaya, Fernando tersenyum tipis saat mendengar cerita tentang Viona yang sangat penurut itu bahkan Viona lebih sering mengalah pada adik-adiknya.

"Jadi vionaku merelakan kesempatannya untuk kuliah supaya adik-adiknya bisa sekolah begitu?" tanya Fernando kaget saat mendengar cerita Harry.

"Iya tuan nona Viona merelakan beasiswanya demi adik-adiknya" jawab Harry cepat.

Fernando nampak terkejut mendengar cerita Harry, ingatannya membawa ke peristiwa 6 tahun lalu dimana ia bertemu dengan Viona ditempat laundry baju. Ia masih mengingat betul betapa mudanya Viona saat itu, dimana seharusnya gadis seusianya sudah mengenyam pendidikan tinggi tapi ia memilih bekerja. Mengetahui masa lalu Viona membuat Fernando merasa terharu dan bangga, tapi ia bersyukur karena itulah ia bisa bertemu dengan Viona dan mempekerjakannya di rumahnya selama tiga bulan .

Ditempat lain gadis-gadis yang baru keluar dari istana Fernando nampak sangat bahagia, mereka berteriak kegirangan sepanjang jalan karena akan bekerja di perusahaan Fernando.

"Tuan itu sangat tampan dan gagah,"ucap Ivy sambil tersenyum mengingat Fernando.

"Hehe kau benar Ivy, aku yakin dia pasti sangat perkasa di ranjang ha ha.." imbuh Bella dengan bersemangat dan disambut gelak tawa gadis lainnya.

Hanya Amber yang nampak tak suka dengan perkataan saudara sepantinya itu, ia merasa harus bisa memiliki Fernando seorang diri. Sejak keluar dari panti asuhan mereka saling berkabar sampai dewasa hingga akhirnya memilih tinggal bersama setelah kabur dari rumah orang tua angkatnya masing-masing. Mereka lebih memilih bekerja sebagai wanita penari telanjang di bar yang notabene lebih banyak menghasilkan uang dibanding harus tinggal bersama orang tua angkat mereka yang sederhana.

Seperti kasus Paula yang kabur dari rumah orang tua angkatnya setelah bercinta dengan kakak angkatnya dan membawa kabur uang sebesar 500 ribu dollar untuk dipakai membeli narkoba waktu itu bersama saudara sepantinya yang lain dan akhirnya sejak saat itu mereka memutuskan kabur dari rumah orang tua angkatnya masing-masing.

"Aku harus mendapatkanmu Fernando, aku sudah muak hidup susah," ucap Amber dalam hati sambil menatap saudaranya yang lain tertawa.

Dan tanpa mereka tau satu sama lain rupaya para gadis itu mempunyai niat yang sama seperti Amber, mereka sudah terlanjur silau dengan kekayaan Fernando.

Di rumah sakit tampak Viona sudah disibukkan dari pagi karena harus menangani kasus kecelakaan yang mengharuskan dirinya melakukan operasi dadakan bersama team dokter dari divisi lain dibantu dengan team profesor Frank.

"Ya Tuhan kakiku mati rasa,"ucap seorang dokter muda yang duduk disamping Viona dikantin karena kelelahan.

"Iya luar biasa hari ini," sahut dokter lainnya sambil memijit tengkuknya.

Mereka bekerja di ruang IGD dari jam delapan pagi sampai jam dua siang karena kasus kecelakaan itu hingga membuat para dokter itu kelelahan termasuk Viona yang merupakan dokter spesialis bedah.

"Terima kasih prof,"ucap Viona tulus pada Frank yang sedang menikmati segelas kopi.

"Itu sudah pekerjaanku dokter Viona,"sahut Frank dengan tersenyum.

"Iya kami juga ingin mengucapkan terima kasih pada profesor karena mau turun tangan membantu kami di IGD,"pekik dokter negro yang duduk di kursi paling ujung sambil bertepuk tangan untuk Frank sebagai tanda penghormatan dan langsung disusul oleh dokter dan suster yang lain termasuk Viona.

"Sudah sudah ini semua adalah keberhasilan kita bersama,"ucap Frank merendah sambil melirik ke arah Viona yang nampak sibuk memainkan ponselnya itu.

Seketika hati Frank menjadi panas ketika melihat Viona tersenyum saat memainkan ponselnya, ia merasa cemburu sekali dan ingin segera menghampiri Viona akan tetapi ia tahan semuanya karena tak ingin merusak citra baiknya didepan dokter muda lainnya. Ia hanya berusaha tersenyum merespon sanjungan dokter lainnya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Viona.

Tak lama kemudian Viona nampak keluar dari kantin karena ia ada keperluan hari ini dan ia sudah ijin hari ini untuk pulang lebih cepat karena ingin pergi ke suatu tempat. Saat Viona pergi tak ada satupun dokter dan suster yang menyadari kepergiannya termasuk Frank yang sudah asik berbincang dengan dokter lainnya.

"Terima kasih dokter Lila sudah mau meneruskan jam kerja ku,"ucap Viona tulus pada dokter Lila.

"It's oke dokter Viona, be carefull," sahut dokter Lila sambil tersenyum.

Viona mengangguk pelan lalu berganti pakaian di loker dan bergegas pergi. Ia ingin bertemu dengan orang yang paling ia cintai dihidupnya karena ingin merayakan hari ulang tahun orang yang ia cintai itu. Dengan menaiki taksi Viona pergi ke pinggiran kota menuju komplek pemakaman.

Viona turun dari taksi dengan membawa dua buah buket bunga lili putih dan sekantung bunga mawar tabur untuk ia taruh di rumah ayah dan ibunya di komplek makam itu, langkah Viona berhenti di depan dua makam yang masih mempunyai buket bunga lili putih yang masih nampak segar itu. Karena memang Viona sengaja berpesan pada penjaga makam untuk selalu menganti bunga lily yang ada di makam kedua orang tuanya tiap tiga hari sekali.

Di depan makam yang bertuliskan nama George Robert Horrison dan Maria Jessica Horrison lah Viona meletakkan buket Lily putih itu dengan perlahan, ia juga menaburkan kelopak bunga mawar merah diatas nisan itu.

"Ayah.. ibu.. Anjie datang, selamat ulang tahun pernikahan ibuku sayang .. apa kabar ibu disana? Viona rindu sudah hampir tujuh tahun ibu ada dirumah baru bersama ayah . Ibu pasti bahagia kan ??Anjie juga bahagia disini ibu hiks hiks ....ayah George pasti menjaga ibu dengan baik kan ... walau Anjie tak terlahir dari benih kalian berdua tapi bagi anjie kalian adalah satu-satunya orang tua anjie ..."ucap Viona lirih sambil menangis.

Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan dokter George dan suster Maria yang menikah 60 tahun lalu di Montreal dan untuk itulah Viona menyempatkan diri datang hari ini kemakam kedua orang tua angkatnya itu.

"Anjie akan jadi dokter hebat seperti ayah George,"ucap Viona dalam hati saat berpamitan pulang.

Viona berjalan menyusuri jalanan menuju jalan raya dari komplek makam khusus yang dipersembahkan untuk para pejuang kemanusiaan, karena sang ayah George meninggal dalam tugasnya maka dari itu ia dimakamkan disana dan menyisakan satu makam lagi untuk istrinya suster Maria yang tak menikah lagi sepeninggal suaminya padahal waktu itu mereka baru menikah satu tahun saat dipisahkan takdir. Karena pengabdiannya pada masyarakat akhirnya sepasang tenaga medis itu bisa di makamkan disana dan itu membuat Viona bangga sebagai anak.

"Sampai jumpa di keabadian ayah .. ibu..."ucap Viona dengan tersenyum tiap kali meninggalkan komplek makam.

Bersambung