Tia terdiam mematung mendengar pertanyaan Dian. Orang seperti Dian tidak bisa dibohongi. Tia merengut kesal, tidak mau jika rencananya dan Rere berantakan karena Dian.
"Kamu diam berarti kamu mengiyakan pertanyaanku. Masalah apa yang tengah terjadi?"
"Saya diam bukan mengiyakan Bu. Saya lagi berpikir darimana Ibu tahu. Saya seperti bicara dengan cenayang." Tia tertawa terkikik berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Apa kau bisa dipercaya Tia?" Dian mengelus perutnya yang tengah membuncit. Usia kandungannya masuk bulan ke-tujuh. Dua bulan lagi akan melahirkan.
"Jika Ibu tidak mempercayai saya mana mungkin Ibu menempatkan posisi saya sebagai sekretaris Pak Bara menggantikan Ibu."
"Kamu sudah pintar bicara rupanya." Sarkas Dian seraya mengunyah buah pir.
"Saya belajar dari Ibu," kekeh Tia merendah untuk meroket.
"Katakan padaku apa yang terjadi selama di KL!".