Aku tersadar dari pingsanku. Entah berapa kali aku pingsan semenjak aku menggigit telinganya. Aku buka mata dan memendarkan pandangan ke sekeliling aku tak melihat si bajingan itu. Kemana dia? Aku melihat kak Bara tergolek lemah di kursinya dengan kondisi terikat. Kuremas dadaku menahan pelik di hatiku. Tertatih-tatih aku mengambil pakaian dan memakainya. Tubuhku masih lemah dan tak bertenaga. Selangkanganku masih sakit dan ngilu.
Aku berusaha bangkit dan berbaik sangka jika si bajingan itu telah pergi meninggalkan kami. Aku berjalan selangkah demi selangkah mendekati kak Bara. Aku akan membuka ikatannya dan kami akan lari dari sini. Aku pun bertanya-tanya. Tidakkah orang tua kami datang mencari? Atau mereka belum menemukan keberadaan kami? Aku tak tahu berada dimana sekarang. Walau pun kami terkurung disini tanpa melihat matahari tapi aku tahu jika kami telah berhari-hari berada disini. Selama itu pula aku menjadi budak nafsu laki-laki bajingan itu. Dia memuaskan birahinya padaku.